Pesawat N219 Ditargetkan Masuk Pasar Domestik pada 2021
PT Dirgantara Indonesia menargetkan pesawat N219 bisa masuk ke pasar domestik pada 2021. Perusahaan itu juga tengah mengembangkan prototipe N245 yang diharapkan bisa dipasarkan pada 2025.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — PT Dirgantara Indonesia menargetkan pesawat N219 bisa masuk ke pasar domestik pada 2021. Perusahaan itu juga tengah mengembangkan prototipe N245 yang diharapkan bisa dipasarkan pada 2025. Hal itu upaya untuk mengembangkan dunia kedirgantaraan negeri.
Direktur Umum dan Sumber Daya Manusia PT Dirgantara Indonesia Sukatwikanto mengatakan, pemerintah telah berkomitmen mengembangkan industri kedirgantaraan di Indonesia. Sejak 2012, perusahaan itu telah merekrut anak bangsa dari sejumlah perguruan tinggi kelas dunia guna memajukan pengembangan pesawat buatan negeri.
”Kami sedang membuat roadmap (peta jalan) industri dirgantara bangsa kita mulai dari tahun 2020 hingga 2045. Ini sedang dibahas bersama sejumlah kementerian bagaimana grand strategy yang akan dijalankan,” kata Sukatwikanto di sela-sela peresmian monumen pesawat N250 Gatotkaca di Museum Pusat Dirgantara Mandala, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (26/8/2020).
Menurut Sukatwikanto, tahun ini perusahaan tersebut akan memperoleh technology certificate (TC) untuk pesawat N219. Pesawat itu digunakan untuk mengangkut penumpang sipil. Selanjutnya, production certificate (PC) diharapkan juga bisa diperoleh tahun depan. Dengan demikian, pesawat itu sudah bisa masuk ke pasaran dengan target pasar domestik.
Sukatwikanto menambahkan, setelah rampung mengembangkan N219, pihaknya akan melanjutkan dengan pembuatan N245. Pesawat ini juga akan difungsikan mengangkut penumpang sipil. Ditargetkan, pada tahun 2025, pesawat itu sudah bisa mengikuti N219 masuk ke pasaran.
Sementara itu, dalam peresmian tersebut, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan, pesawat N250 Gatotkaca karya Presiden ke-3 RI BJ Habibie akan mulai dipamerkan di Museum Pusat Dirgantara Mandala, Yogyakarta, September mendatang. Karya monumental tersebut diharapkan mampu melecut semangat generasi muda mengembangkan industri kedirgantaraan.
”Kehadiran (N250) Gatotkaca di Yogyakarta bisa menjadi pembangkit semangat generasi penerus untuk menunjukkan kecintaannya pada Tanah Air melalui karya-karya nyata yang bermanfaat. Sebagaimana para pendahulu yang telah menghadirkan N250 Gatotkaca,” kata Hadi.
Karya monumental tersebut diharapkan mampu melecut semangat generasi muda mengembangkan industri kedirgantaraan.
Hadi menyampaikan, pesawat tersebut merupakan karya anak bangsa yang membawa kebanggaan bagi Indonesia. Karya itu sekaligus penanda kehebatan bangsa ini dalam hal kedirgantaraan. Dengan dipamerkan di museum tersebut, menurut dia, negara juga ingin memberi penghargaan terhadap BJ Habibie sebagai pemrakarsa perancangan pesawat.
Pesawat N250 Gatotkaca tiba di Yogyakarta sejak Jumat (21/8/2020). Setelah tiba di Yogyakarta, perakitannya memakan waktu kurang dari satu pekan. Ada sedikitnya 80 personel yang dilibatkan dari pelepasan hingga perakitan ulang pesawat. Para personel yang dilibatkan berasal dari PT Dirgantara Indonesia dan TNI Angkatan Udara.
Pesawat N250 Gatotkaca diterbangkan pertama kali pada 1995. Pesawat berkapasitas 50 orang itu sudah menggunakan peralatan elektronik fly by wire. Teknologi ini membuat pesawat tersebut menjadi yang tercanggih di kelasnya pada zaman itu. Produsennya adalah perusahaan pelat merah, yakni Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN), yang kala itu dipimpin Habibie.
Ada sedikitnya 80 personel yang dilibatkan dari pelepasan hingga perakitan ulang pesawat. Para personel yang dilibatkan berasal dari PT Dirgantara Indonesia dan TNI Angkatan Udara.
IPTN mencapai kejayaannya di bawah kepemimpinan Habibie. Perusahaan itu tak hanya memproduksi pesawat dan helikopter berdasarkan lisensi perusahaan lain, tetapi juga membuat rancang bangun pesawat murni buatan anak bangsa. Salah satunya adalah N250 Gatotkaca. Jam terbangnya sudah mencapai 600 jam (Kompas, 19/12/2015).
Publik sempat memiliki keyakinan anak bangsa mampu menguasai teknologi penerbangan. Akan tetapi, mimpi itu dibuyarkan krisis moneter tahun 1997. Selanjutnya, IPTN berubah nama menjadi PT Dirgantara Indonesia pada tahun 2000. Kondisinya nyaris bangkrut. Banyak tenaga profesional didikan puluhan tahun akhirnya berkarya di luar negeri.
Dalam peresmian monumen pesawat N250 di Yogyakarta itu, Kepala Program N250 Gatotkaca, Joko Sartono, mengenang, pihaknya sempat merasa sedih saat proyek tersebut harus terhenti. Namun, optimismenya kembali muncul dengan dijadikannya pesawat itu sebagai monumen di museum. Ia meyakini, kelak akan lahir generasi muda yang menjadi penerus dalam memajukan teknologi kedirgantaraan di Indonesia.
”Di satu sisi, kami agak sedih karena kelanjutan dari ini (pesawat N250 Gatotkaca) terhenti. Namun, di lain pihak, saya bersyukur. Dengan dipamerkannya prototipe ini, bisa dimanfaatkan seluruh masyarakat, terutama adik-adik kalangan milenial sekarang ini,” kata Joko.