Warga di Limapuluh Kota Bongkar Paksa Peti Jenazah Positif Covid-19
Warga di Limapuluh Kota, Sumatera Barat, membongkar paksa peti jenazah pasien positif Covid-19 yang hendak dikubur sesuai protokol Covid-19. Pemkab menyiapkan tes usap massal bagi warga yang kontak dengan jenazah.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Warga di Limapuluh Kota, Sumatera Barat, membongkar paksa peti jenazah pasien positif Covid-19 yang hendak dikubur sesuai protokol Covid-19. Pemerintah Kabupaten Limapuluh Kota menyiapkan tes usap massal sebagai antisipasi adanya warga yang terlibat insiden itu terpapar Covid-19 dari jenazah.
Wakil Bupati Limapuluh Kota Ferizal Ridwan, Selasa (25/8/2020), menjelaskan, kejadian itu berlangsung pada hari Senin (24/8/2020) malam di rumah almarhum YS (47), di Jorong Padang Parit Panjang, Nagari Taeh Baruah. Keluarga besar pasien hendak menyelenggarakan sendiri pemakaman jenazah dan tidak setuju jenazah dimakamkan sesuai protokol Covid-19.
”Ketika ambulans datang, masyarakat langsung mengerubungi dan mengarahkan jenazah ke rumah duka, bukan ke tempat pemakaman. Di rumah, keluarga membuka peti dan plastik jenazah, memandikan, menshalatkan, baru kemudian menguburkan,” kata Ferizal.
Menurut Ferizal, YS dinyatakan positif Covid-19 sejak Jumat (21/8/2020). Pada Senin (24/8/2020), sekitar pukul 18.00, YS yang mempunyai penyakit penyerta meninggal di RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi.
Istri YS setuju penanganan jenazah diselenggarakan dengan protokol Covid-19 di rumah sakit dan langsung dibawa ke tempat pemakaman. Di rumah almarhum, kata Ferizal, pejabat kecamatan, nagari, serta tokoh masyarakat sudah sepakat pemakaman jenazah menerapkan protokol Covid-19. Namun, belakangan, keluarga besar almarhum menolak hal itu dan ingin menyelenggarakan sendiri penanganan jenazah.
”Pada pukul 20.45, saya dikontak Polres Limapuluh Kota karena ada perdebatan soal penyelenggaraan penanganan jenazah. Pukul 21.00, saya tiba di sana dan menanyakan duduk persoalan. Saya diminta tokoh masyarakat untuk menjelaskan soal pentingnya protokol Covid-19 ini dalam penyelenggaraan penganganan jenazah. Saat akan diskusi, ambulans sudah datang dan masyarakat langsung mengerubunginya,” tutur Ferizal.
Ferizal melanjutkan, ia dan pejabat lainnya berupaya menjelaskan dan mengingatkan kepada masyarakat agar menggunakan alat pelindung diri ketika melihat dan menyelenggarakan penanganan jenazah almarhum. Namun, dirinya dan jajarannya justru diusir oleh keluarga besar almarhum.
Namun, dirinya dan jajarannya justru diusir oleh keluarga besar almarhum.
Kejadian ini, kata Ferizal, mengkhawatirkan karena ada puluhan orang yang terlibat untuk memandikan hingga memakamkan jenazah tanpa menggunakan alat pelindung diri. Sementara itu, di sekitar rumah almarhum, ada sekitar 500 orang yang berkumpul, dari anak-anak hingga orangtua, dan sebagian besar tidak menggunakan masker.
”Hari ini, kami menyiapkan untuk tes usap massal di sekitar lokasi kejadian pada Rabu (26/8/2020) besok. Semakin banyak yang ikut tes usap semakin bagus. Takutnya dari kejadian ini ada warga tertular Covid-19 dan memicu kluster penularan Covid-19 di sana,” ujar Ferizal.
Kepala Dinas Kesehatan Limapuluh Kota Tien Septino mengatakan, Selasa ini, petugas kesehatan didampingi pihak jorong melakukan pelacakan terhadap orang yang berkontak dengan jenazah. Untuk jumlahnya, Tien belum dapat memastikan karena pelacakan masih berlangsung.
Saat tes massal dan pelacakan kasus besok, petugas kesehatan didampingi anggota TNI, Polri, petugas satpol PP, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah sebagai antisipasi kerusuhan karena suasana di sekitar lokasi masih panas. ”Karena suasana masih panas, petugas kesehatan takut. Setelah kami rapatkan dengan tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten, kami butuh pendampingan untuk tes usap. Tes dilakukan di lokasi kejadian,” kata Tien.
Secara terpisah, Gubernur Sumbar Irwan Prayitno mengatakan, kejadian pembongkaran paksa peti jenazah pasien positif Covid-19 di Taeh Baruah akibat kurangnya pemahaman masyarakat. Irwan berharap sosialisasi terus dilakukan sehingga tidak terjadi lagi kasus serupa.
”Sosialisasi harus terus dilakukan. Kadang-kadang, orang tidak tahu dan tidak mau tahu soal bahaya Covid-19. Ketika berdampak kepada diri dan keluarga, mereka baru menyadari bagaimana sakitnya nanti (terpapar Covid-19), apalagi kalau ada korban. Susah urusannya kalau masyarakat tidak mau tahu,” kata Irwan.