Berbagai upaya dilakukan untuk menyelamatkan 672.000 usaha mikro, kecil, dan menengah di Sumatera Utara yang terpuruk akibat pandemi Covid-19. Di kawasan Danau Toba, misalnya, lebih dari 6.000 UMKM pariwisata tutup.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
SAMOSIR, KOMPAS — Berbagai upaya dilakukan untuk menyelamatkan 672.000 usaha mikro, kecil, dan menengah di Sumatera Utara yang terpuruk akibat pandemi Covid-19. Di kawasan Danau Toba, misalnya, lebih dari 6.000 UMKM sektor pariwisata tutup selama empat bulan. Pemerintah kini berfokus menyalurkan bantuan produktif usaha mikro agar UMKM bisa bertahan.
”Untuk tahap pertama, sebanyak 28.162 UMKM sudah diverifikasi untuk mendapat bantuan produktif usaha mikro (BPUM) sebesar Rp 2,4 juta per unit usaha,” kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Sumut Ridho Haykal Amal, Sabtu (22/8/2020).
Ridho mengatakan, BPUM merupakan program untuk membantu UMKM bisa bertahan selama pandemi. Sebagian besar data penerima BPUM tahap pertama mereka himpun dari perbankan. Untuk tahap berikutnya, pelaku UMKM juga masih bisa mendaftar ke dinas koperasi dan UKM kabupaten/kota masing-masing. Ada 72.000 pengusaha yang akan mendapat bantuan untuk tahap kedua.
Selain mengandalkan BPUM, kata Ridho, mereka juga akan melakukan sejumlah langkah untuk menyelamatkan UMKM di Sumut, antara lain program alih usaha, relaksasi pembayaran pinjaman, serta inovasi dan digitalisasi pemasaran.
Khusus untuk membantu UMKM di kawasan Danau Toba, Gubernur Sumut Edy Rahmayadi juga telah mengundang perwakilan 10 perusahaan yang beroperasi di wilayah tersebut. Edy meminta agar perusahaan-perusahaan itu membantu UMKM untuk bangkit dari keterpurukan.
UMKM yang paling terdampak selama pandemi Covid-19 ini adalah yang bergerak di sektor pariwisata. Di tujuh kabupaten di kawasan Danau Toba ada lebih dari 6.000 UMKM yang terdampak langsung pandemi.
”Lebih dari tiga bulan kami tutup total karena tidak ada pengunjung. Di tengah keterpurukan, kami mulai mencoba bangkit lagi sejak awal Agustus ini,” kata Mangoloi Sihaloho (43), pengusaha toko suvenir dan jasa pariwisata di Pantai Pasir Putih Parbaba, Kabupaten Samosir.
Mangoloi mengatakan, ratusan UMKM berupa toko suvenir, rumah makan, rumah inap, dan jasa pariwisata di kawasan Pantai Pasir Putih Parbaba tutup sejak Maret hingga akhir Juli karena hampir tidak ada pengunjung. Selama periode itu, mereka merumahkan atau memberhentikan pekerja.
Sejak awal Agustus, kata Mangoloi, pengusaha UMKM di Pantai Pasir Putih Parbaba memilih untuk bangkit kembali. Mangoloi, misalnya, mulai belanja lagi untuk melengkapi toko suvenirnya. ”Kami memakai pinjaman dan tabungan yang tersisa,” kata Mangoloi.
Meskipun sudah mulai buka, omzetnya pun kini masih sekitar Rp 200.000 per hari pada akhir pekan, masih sangat jauh dibandingkan dengan sebelum pandemi yang biasanya bisa mencapai Rp 1,5 juta.
Sejak pandemi merebak, kata Mangoloi, mereka belum pernah mendapat bantuan apa pun dari pemerintah. ”Kami mendengar pemerintah menjanjikan banyak hal untuk menolong UMKM. Namun, hingga saat ini kami belum mendapat bantuan apa pun terkait penyelamatan UMKM,” katanya.
Hal serupa juga dialami Pantas Simarmata (40), pemilik toko suvenir di Pantai Pasir Putih Parbaba. Ia juga belum mendapat bantuan terkait UMKM. ”Saya hanya mendapat bantuan bahan pokok dari pemerintah,” katanya.
Pantas mengatakan, ia sangat sulit untuk bangkit kembali karena modalnya tidak ada. Ia pun tidak bisa meminjam dari bank karena pinjaman yang sebelumnya belum lunas. Pembayaran cicilan pinjaman juga terkatung-katung selama pandemi karena hampir tidak ada pemasukan.
Saat membuka kembali toko suvenirnya, ia hanya mengandalkan barang yang lama dan menambah sedikit barang baru. Ia pun berharap pemerintah bisa memberikan bantuan kepada mereka.