Sulut Ekspor Hasil Pertanian Senilai 47,8 Miliar Dollar AS Ke 15 Negara di Tengah Pandemi
Sektor pertanian dan perkebunan akan tetap menjadi prioritas Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·3 menit baca
MANADO, KOMPAS — Sebelas pengusaha Sulawesi Utara mengekspor 10 jenis komoditas hasil pertanian dan perkebunan senilai Rp 47,8 miliar ke 15 negara, Selasa (25/8/2020). Gubernur Sulut Olly Dondokambey menyatakan, pertanian dan perkebunan menjadi sektor utama yang menopang perekonomian Sulut di tengah kelesuan akibat pandemi Covid-19.
Mayoritas komoditas yang diekspor adalah produk turunan kelapa, yaitu kelapa parut, air kelapa, tali sabut kelapa, serabut kelapa, dan santan. Selain itu, ekspor juga mencakup minyak distilasi asam lemak kelapa (CNFAD), minyak distilasi asam lemak kelapa sawit (PFAD), gliserin, dan cengkeh.
Olly Dondokambey memberangkatkan paket-paket ekspor ini dalam seremonial di Terminal Peti Kemas Pelabuhan Internasional Bitung. Produk-produk pertanian dan perkebunan khas Sulut ini akan dikirim kepada konsumen ke 15 negara, antara lain Singapura, Vietnam, China, India, Australia, Belanda, Spanyol, Turki, dan Amerika Serikat.
Menurut Olly, pandemi Covid-19 berdampak negatif kepada semua sektor ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Sulut tumbuh negatif 3,89 persen selama triwulan II-2020. Perekonomian nasional juga berkontraksi sebesar 5,32 persen.
”Tetapi, di tengah perlambatan ekonomi, yang harus disyukuri adalah bangsa Indonesia masih dikaruniai hasil pertanian dan perikanan yang melimpah. Hasil pertanian, perkebunan, dan perikanan inilah yang menjadi penopang ekonomi kita di tengah pandemi,” kata Olly.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut, nilai ekspor nonmigas Sulut tumbuh dari 68,3 juta dollar AS pada Juni 2020 menjadi 70,3 juta dollar AS pada Juli 2020. Selama semester I-2020, total ekspor nonmigas Sulut juga tumbuh 11,5 persen dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Ekspor Sulut masih didominasi produk turunan hasil pertanian, utamanya lemak dan minyak hewan atau minyak nabati, senilai 39,8 juta dollar AS atau setara 47,77 persen. Karena itu, pembangunan pertanian dan perkebunan tetap menjadi prioritas Pemerintah Provinsi Sulut. Sektor ini menyumbang Rp 6,8 triliun atau 22,21 persen dari total pendapatan domestik regional bruto Sulut.
”Penguatan di sektor pertanian dipercaya akan mampu memperkuat dan mempertahankan perekonomian daerah selama masa penanganan Covid-19. Ini akan diambil melalui beberapa kebijakan,” kata Olly.
Ekspor 10 komoditas ini juga menjadi momentum untuk memperjuangkan Bitung menjadi pelabuhan simpul internasional. ”Ini akan melengkapi upaya Sulut menjadi daerah yang berdikari dalam ekonomi dan eksis sebagai pintu gerbang Indonesia ke kawasan Pasifik,” kata Olly.
Di sisi lain, Kepala Balai Karantina Pertanian Manado Donni Muksyidayan Saragih mengatakan, volume ekspor Sulut meningkat 136 persen dibanding pada tahun sebelumnya selama semester pertama. Hasil pertanian Sulut diminati di 46 negara.
”Ada 25 ragam komoditas selama pandemi ini. Produk pertanian di Sulut juga laris di pasar ekspor karena kualitasnya baik dan telah memenuhi persyaratan sanitary and phytosanitary,” kata Donni.
Di saat yang sama, Pemerintah Kota Manado juga menggencarkan gerakan bertani di masyarakat. Alih-alih ekspor, orientasi kebijakan ini untuk menguatkan ketahanan pangan keluarga. Gerakan ini sudah dimulai sejak akhir Februari 2020 sebelum pandemi menyerang Manado dan Sulut.
Wali Kota Manado Vicky Lumentut pun menyalurkan bantuan bibit berbagai jenis tanaman pangan, seperti jagung, cabai, serta sejumlah jenis sayur dan buah untuk ditanam di lahan tidur milik masyarakat. Panen sudah dilaksanakan beberapa kali dalam enam bulan terakhir.
Di samping itu, Pemkot Manado juga mendorong masyarakat mengembangkan budidaya perikanan air asin. Di Kelurahan Sindulang I, Tuminting, misalnya, pemkot membina masyarakat dengan menyediakan tiga keramba yang masing-masing berisi 3.000 benih ikan bobara. ”Rencananya akan kami kembangkan lagi menjadi enam keramba,” kata Vicky.
Budidaya ikan di tengah pandemi, kata Vicky, juga merupakan kiat mempersiapkan kembali pariwisata setelah pandemi mereda. ”Keramba ikan laut ini nantinya bisa menyuplai pariwisata. Jika ada wisatawan ingin makan ikan segar, tinggal memancing saja,” katanya.