Puluhan Napi Lapas Kelas I Surabaya Diuji Usap Setelah Empat Orang Positif Covid-19
Puluhan narapidana dan petugas Lapas Kelas I Surabaya diuji usap, Selasa (25/8/2020). Tindakan ini diambil untuk mempercepat penanganan dan memutus rantai sebaran Covid-19 menyusul empat napi terkonfirmasi positif.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
DOKUMENTASI LAPAS KELAS 1 SURABAYA
Puluhan warga binaan pemasyarakatan Kelas I Surabaya dan pegawai menjalani uji usap massal, Selasa (25/8/2020).
SIDOARJO,KOMPAS — Puluhan narapidana dan petugas Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Surabaya di Kecamatan Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, menjalani uji usap, Selasa (25/8/2020). Tindakan ini diambil untuk mempercepat penanganan dan memutus rantai sebaran Covid-19. Hingga kini, empat narapidana terkonfirmasi positif.
Kepala Lapas Kelas I Surabaya Gun Gun Gunawan mengatakan, jumlah narapidana yang menjalani uji usap sebanyak 23 orang. Mereka merupakan warga binaan pemasyarakatan (WBP) yang hasil uji cepatnya dinyatakan reaktif. Selain WBP, sejumlah pegawai lapas juga menjalani uji usap terutama mereka yang berkontak erat dengan pasien terkonfirmasi positif.
”Uji usap ini dilakukan di dalam lapas menggunakan laboratorium PCR (reaksi berantai polimerase) mobile milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Sebelumnya, sebanyak 23 napi yang reaktif itu sudah menjalani isolasi di ruang khusus,” ujar Gun Gun Gunawan.
Sebelumnya, sebanyak 23 napi yang reaktif itu sudah menjalani isolasi di ruang khusus.
Gun Gun Gunawan mengatakan, WBP yang terkonfirmasi positif saat ini sebanyak empat orang atau bertambah dari sebelumnya dua orang. Dua kasus positif yang terjadi pertama kali adalah SLH (56) dan DA (36). Mereka merupakan terpidana kasus narkotika dengan masa hukuman 16 tahun untuk SLH dan masa hukuman 13 tahun enam bulan untuk DA.
Adapun dua kasus berikutnya diketahui beberapa hari kemudian karena hasil uji usapnya tidak keluar secara bersamaan. Sebenarnya lapas saat itu mengirim lima WBP ke RSUD Sidoarjo untuk pemeriksaan rutin karena mereka memiliki komorbid, seperti diabetes dan jantung. Hasil uji cepat mereka menunjukkan nonreaktif. Namum, saat diuji usap, hasilnya terkonfirmasi positif.
DOKUMENTASI LAPAS KELAS 1 SURABAYA
Puluhan warga binaan pemasyarakatan Kelas I Surabaya dan pegawai menjalani uji usap massal, Selasa (25/8/2020).
Mereka mengeluh mengalami gejala klinis mirip Covid-19, seperti sesak napas, mual, dan nyeri dada. Gejala klinis itu kadang hilang sendiri, tetapi di lain waktu kambuh. Berdasarkan pemeriksaan awal oleh dokter lapas, para WBP ini didiagnosis menderita diabetes melitus, neuropati, pneumonia, hingga sesak napas. Hasil pemeriksaan RSUD menyatakan para WBP juga menderita penyakit lain, seperti jantung koroner dan pneumonia suspek Covid-19.
Menindaklanjuti adanya WBP yang terkonfirmasi positif, pihak lapas melakukan penelusuran kontak erat pasien. Penelusuran itu ditargetkan menyasar para pegawai ataupun WBP lain yang memiliki riwayat berinteraksi dengan pasien terkonfirmasi positif Covid-19, terutama teman yang berada atau tinggal satu blok. Hasil tracing menemukan 73 orang yang dicurigai terindikasi Covid-19.
Sebanyak 73 orang ini kemudian diuji cepat dan didapati sebanyak 23 orang reaktif. Untuk mencegah penularan, sebanyak 23 orang yang reaktif ini tidak dikembalikan ke blok asal, tetapi dipindahkan ke blok khusus kesehatan yang memiliki kapasitas 120 orang. Mereka menjalani isolasi mandiri dengan pengawasan tim kesehatan lapas.
Gun Gun mengatakan, beragam upaya sudah dilakukan untuk menangani Covid-19, termasuk yang terkini melakukan uji usap. Harapannya, hasil uji usap segera diperoleh sehingga penanganan bisa dilakukan secara cepat dan tepat. Contohnya, WBP yang bergejala klinis akan dirujuk ke RS rujukan Covid-19.
”Adapun WBP yang tidak bergejala klinis atau orang tanpa gejala (OTG) akan ditempatkan di ruang isolasi khusus dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Mereka juga akan mendapatkan perawatan optimal supaya cepat sembuh,” ujar Gun Gun.
DOKUMENTASI HUMAS KANWIL JATIM
Salah satu warga binaan Lapas Porong Sidoarjo melakukan panggilan video yang difasilitasi pengelola,Senin (25/5/2020).
Beragam upaya sudah dilakukan oleh pengelola Lapas Kelas I Surabaya untuk mencegah sebaran Covid-19. Contohnya menyemprotkan disinfektan secara rutin, mewajibkan seluruh WBP memakai masker, melarang kunjungan keluarga, dan sebagai gantinya memfasilitasi panggilan video. Selain itu, menyediakan fasilitas penitipan barang untuk WBP.
Menurut Gun Gun, implementasi protokol kesehatan paling sulit adalah menjaga jarak fisik sebab kondisi lapas penuh penghuni bahkan jumlahnya melebihi kapasitas. Sebagai gambaran, jumlah WBP saat ini 2.356 orang atau dua kali lipat jumlahnya dari kapasitas lapas sebanyak 1.050 orang. Meski demikian, pihaknya tetap berupaya maksimal dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan.
Sementara itu, Kepala Dinkes Sidoarjo mengatakan, sebaran Covid-19 di wilayahnya masih tinggi dan belum terkendali sehingga semua pihak harus mewaspadainya. Penambahan kasus baru terus terjadi dengan jumlah yang berfluktuasi. Hal ini berisiko tinggi bagi masyarakat terkena virus korona galur baru penyebab Covid-19.
KOMPAS/RUNIK SRI ASTUTI
Tim medis Kampung Tangguh Desa Pepelegi, Kecamatan Waru, Sidoarjo, Jawa Timur, mengedukasi lansia tentang cara mencuci tangan yang baik dan benar, Jumat (27/6/2020). Di desa ini terdapat sekitar 200 lansia yang merupakan kelompok rentan terkena Covid-19. Edukasi rutin menjadi kunci melindungi mereka.
Kepala Polresta Sidoarjo Komisaris Besar Sumardji mengatakan, untuk mengendalikan sebaran Covid-19, pihaknya menerapkan dua strategi, yakni pemberdayaan masyarakat melalui kampung tangguh dan penegakan hukum. Operasi pendisiplinan masyarakat terus digalakkan dengan memberikan sanksi sosial bagi pelanggar.
Sebaliknya, pihaknya memberikan penghargaan kepada para pihak yang turut serta berjuang memutus rantai sebaran penyakit. Contohnya memberikan apresiasi kepada Kepala Desa dan Ketua Kampung Tangguh Desa Wonocolo Kecamatan Taman. Selain itu, penghargaan yang diserahkan Selasa pagi itu juga diberikan kepada Ketua Kampung Tangguh Desa Waru.
Desa Wonocolo Taman dan Desa Waru pernah menjadi kluster besar sebaran Covid-19. Puluhan penduduknya terkonfirmasi positif sehingga dua desa itu harus dikarantina. Namun, setelah warga membangun kampung tangguh, mereka menjadi berdaya dalam melawan Covid-19. Dua desa tersebut sekarang menjadi zona hijau.