Lonjakan wisatawan di Kota Batu akan dievaluasi. Di lapangan ditemukan sejumlah kekurangan, mulai dari tempat cuci tangan yang kurang hingga ketidakdisiplinan wisatawan.
Oleh
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
BATU, KOMPAS — Lonjakan jumlah wisatawan selama libur panjang Tahun Baru Islam 1442 H yang terangkai dengan akhir pekan menjadi bahan evaluasi Pemerintah Kota Batu, Jawa Timur. Dinas Pariwisata setempat memperkirakan lebih dari 100.000 wisatawan berkunjung ke Batu selama 20-23 Agustus.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Batu Arief As Shidiq saat dihubungi, Minggu (23/8/2020), mengatakan, setidaknya ada dua hal yang akan menjadi bahan evaluasi, yakni soal penyediaan sarana dan prasarana serta prosedur protokol kesehatan oleh penyedia obyek wisata dan wisatawan.
”Sarana dan prasarana akan kami evaluasi. Begitu pula terkait dengan padatnya pengguna jalan pada Sabtu (22/8) muncul banyak titik macet. Ini semua akan dievaluasi,” ujar Arif yang mengaku belum mendapat data pasti mengenai berapa jumlah total wisatawan yang berkunjung ke wilayahnya.
Adapun terkait dengan protokol kesehatan, menurut Arief, pihaknya menemukan beberapa hal yang perlu ditingkatkan. Beberapa hal itu, antara lain, adalah ketersediaan titik pengambilan hand sanitizer dan tempat cuci tangan—yang terdapat di fasilitas umum—dinilai masih kurang. Selain itu, masih ada wisatawan yang tidak melaksanakan protokol kesehatan dengan benar, salah satunya dalam mengenakan masker.
”Di beberapa titik kami lihat (wisatawan) sampai antre untuk cuci tangan. Ini perlu ditambah lagi. Sabun di beberapa titik juga ada yang habis. Ini mustinya harus dicukupi lagi, termasuk thermometer gun kami harapkan untuk bisa ditingkatkan. Ini akan dievaluasi,” katanya.
Sementara itu, Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI) Kota Batu Muklas Rofik mengatakan, kondisi wisatawan dan tamu yang menginap di hotel selama empat hari terakhir juga akan menjadi bahan evaluasi yang akan dilakukan beberapa hari ke depan. Selain hotel, menurut rencana, evaluasi juga dilakukan di tingkat homestay karena di Batu jumlah homestay cukup banyak.
Di beberapa titik kami lihat sampai antre untuk cuci tangan. Ini perlu ditambah lagi
”Tanggal 26 Agustus, kami (PHRI) mau meeting evaluasi untuk hotel, sedangkan homestay tanggal 26-27 Agustus meski eduksi secara pelan-pelan (sampling) terhadap homestay sebenarnya sudah. Tetapi, yang khusus evaluasi dan pelatihan selama tiga hari dilakukan lusa itu,” ucapnya.
Menurut Rofik, sejauh ini hotel di Batu melaksanakan protokol kesehatan dengan baik meski ada satu-dua hotel yang terpaksa menerima tamu sampai melebihi kapasitas 50 persen daya tampung dengan alasan mereka tidak bisa menolak tamu. Tamu dari jauh sudah telanjur datang dan membutuhkan tempat menginap.
”Meski lebih dari kapasitas, protokol kesehatan tetap dilaksanakan. Di luar itu, yang kerap terjadi justru pihak hotel harus sering mengingatkan kepada para tamu untuk mematuhi protokol kesehatan. Kadang tamu bandel, terlalu merasa percaya diri sehingga menganggap enteng masalah kesehatan,” ucap Rofik.
Sementara itu, masih soal libur panjang akhir pekan, Manajer Humas PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasional VIII Surabaya Suprapto mengatakan, hari Minggu (23/8) ini merupakan puncak arus balik dari sejumlah kota, termasuk Malang. PT KAI Daop VIII juga masih menyiapkan layanan tes cepat Covid-19 seharga Rp 85.000 di Stasiun Malang, Surabaya Pasar Turi, dan Surabaya Gubeng.
Menurut Suprapto, pada 23 Agustus jumlah penumpang total kereta di wilayahnya 11.800 orang, yang mana 4.300 orang di antaranya penumpang kereta jarak menengah/jauh. Jumlah penumpang hari ini lebih tinggi dibandingkan dengan tiga hari sebelumnya yang mencapai 11.280 (19/8), 11.631 (20/8), 9.528 (21/8), dan 10.567 (22/8).
”Untuk mengantisipasi peningkatan penumpang, kami mengoperasikan 26 kereta jarak menengah/jauh dan 46 kereta lokal,” ujarnya. Menurut Suprapto, penumpang diharuskan mengenakan masker, pakaian lengan panjang, dan suhu tubuh di bawah 37,7 derajat celsius.