Libur Panjang Gairahkan Pariwisata Kawasan Gili di Lombok
Kawasan Gili di Lombok Utara menjadi salah satu tujuan masyarakat saat masa libur panjang. Meski jumlahnya tidak banyak, itu cukup menggairahkan pariwisata di sana setelah lesu akibat Covid-19.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·4 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Libur panjang dimanfaatkan masyarakat untuk berlibur ke sejumlah obyek wisata di Nusa Tenggara Barat, termasuk kawasan Gili, Lombok Utara. Meski jumlahnya masih jauh dari normal, tetapi hal ini cukup menggairahkan kegiatan pariwisata setempat.
Ketua Gili Hotel Association (GHA) Lalu Kusnawan saat dihubungi dari Mataram, Minggu (23/8/2020), mengatakan, selama libur panjang dari Jumat hingga Minggu, 5-10 persen wisatawan masuk ke tiga gili, yakni Trawangan, Meno, dan Air. Jika rata-rata jumlah kunjungan normal ke gili sebelum pandemi Covid-19 mencapai 3.000-4.000 orang, pada libur panjang ini berkisar 300-400 orang.
”Selain dari lokal, juga ada wisatawan domestik. Termasuk juga wisatawan mancanegara yang masih berada di Bali dan datang ke Gili menggunakan kapal cepat,” kata Kusnawan.
Sejak pertengahan Juli, satu kapal cepat dari Bali telah kembali beroperasi, yakni Blue Water Express. Selanjutnya akhir Juli, Ekajaya Fast Boat juga kembali beroperasi. Adapun Blue Water Express beroperasi dua kali sepekan dan Eka Jaya tiga kali dalam sepekan.
Sebelumnya, pada pertengahan Maret 2020, Pemerintah Provinsi NTB menutup akses cepat dari Bali ke kawasan Gili untuk mencegah penyebaran Covid-19. Akibatnya, aktivitas pariwisata lesu.
Seiring masa normal baru, kapal cepat kembali beroperasi sehingga wisatawan dari Bali bisa kembali berkunjung ke Gili.
Saat ini, seiring masa normal baru, kapal cepat kembali beroperasi sehingga wisatawan dari Bali bisa kembali berkunjung ke Gili. Pada saat sama, tidak ada lagi pembatasan penerbangan sehingga wisatawan domestik juga bisa masuk ke Lombok.
”Tidak hanya ke Gili, wisatawan yang datang dari Bali menggunakan kapal cepat juga ada yang turun di Pelabuhan Bangsal (untuk kemudian ke obyek wisata di Lombok),” kata Kusnawan.
Menurut Kusnawan, jumlah wisatawan yang masuk memang masih sangat jauh dari normal. ”Namun, saya tetap positif. Memang sedikit, tetapi paling tidak membantu dalam kondisi seperti sekarang ini,” ujarnya.
Kusnawan mengatakan, mereka memang terus berupaya menggairahkan pariwisata di kawasan Gili. Pada Juni lalu, para pegiat wisata lokal menggelar ”Gili Gets Ready for New Normal Tourism” yang menandai kesiapan Gili untuk kembali menerima wisatawan dalam kondisi normal baru.
Pada 17 Agustus lalu, Gili Sands Resort and Beach Club di Gili Terawangan menggelar kegiatan peringatan Hari Ulang Tahun Ke-75 Republik Indonesia. Menurut Kusnawan, GHA dan sejumlah pihak terkait memberikan dukungan untuk kegiatan tersebut, mulai dari upacara bendera, perlombaan, hingga bazar untuk masyarakat.
”Semua itu, selain untuk menghidupkan perekonomian masyarakat, juga menggambarkan bahwa aktivitas di Gili sudah hidup kembali,” kata Kusnawan.
Ika Diyanti (32), salah satu pengusaha kuliner di Gili Trawangan, menuturkan, selama libur panjang beberapa waktu terakhir, banyak wisatawan berkunjung ke kawasan ke Gili. ”Lebih banyak lokal, tetapi tidak masalah. Karena saya jual makanan, jadi tetap dicari. Setidaknya ada, daripada sebelumnya sepi,” katanya.
Menurut Kusnawan, mereka berharap tidak ada kasus positif Covid-19 di kawasan Gili. Oleh karena itu, antisipasi terus dilakukan, misalnya dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.
”Kami koordinasikan itu dengan pihak kepolisian yang juga saat ini tengah menggelar kegiatan Kampung Sehat. Termasuk juga dengan kelompok sadar wisata dan pihak dusun di tiap pulau,” kata Kusnawan.
Pihak pengelola wisata juga tengah menyiapkan skenario penanganan Covid-19 di kepulauan. Hal itu akan dikolaborasikan dengan Dinas Kesehatan Lombok Utara dan kepolisian.
Selain itu, kata Kusnawan, mereka juga tengah menyiapkan skenario penanganan Covid-19 di kepulauan. Hal itu akan dikolaborasikan dengan Dinas Kesehatan Lombok Utara dan kepolisian.
”Jadi, akan ada dokter yang berjaga di Gili. Kami siapkan tempat praktik sekaligus ruang isolasi,” kata Kusnawan.
Selain itu, kata Kusnawan, mereka juga menyiapkan ambulans darurat berupa motor listrik dengan bak di belakang. Selanjutnya, Kepolisian Resor Lombok Utara menyiapkan dua kapal cepat di Teluk Nara dan Gili Trawangan.
”Kami memang tidak berharap ada kasus positif. Meski demikian, harus tetap disiapkan skenario terburuk. Apalagi kami di kepulauan. Dalam waktu dekat, akan kami simulasikan terlebih dulu langkah-langkahnya,” kata Kusnawan.
Terkait dengan protokol kesehatan, pengamat ekonomi Universitas Mataram, M Firmansyah, mengatakan, meski pemerintah sudah menggaungkan normal baru, masyarakat masih memiliki rasa cemas saat berada di pesawat, bandara, ataupun tempat wisata.
Oleh karena itu, menurut Firmansyah, jika pariwisata tetap mau didorong, protokol kesehatan harus ketat. Hal itu untuk meyakinkan wisatawan yang akan datang terjamin keamanannya.
”Sementara kasus di Lombok masih terus meningkat. Oleh karena itu, rasa aman tersebut perlu dibangun. Misalnya bagaimana masyarakat bisa disiplin menerapkan protokol kesehatan, ke mana-mana pakai masker. Hal itu butuh kerja sama semua pihak,” kata Firmansyah.