Pameran Busana Pertama di Masa Normal Baru Digelar di Palembang
Pandemi Covid-19 memukul para perajin sandang di Palembang, terutama kain khas kota itu, songket. Untuk menahan laju penurunan omzet yang mencapai 70 persen, digelar pameran busana pertama di Palembang.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Pandemi Covid-19 telah memukul para perajin sandang di Palembang, Sumatera Selatan, terutama kain khas Palembang, songket dan jumputan. Penurunan omzet mencapai 70 persen. Sejumlah upaya dilakukan untuk menahan laju penurunan, salah satunya dengan menggelar kembali pameran dan pergelaran busana dengan mengedepankan protokol kesehatan.
Pameran bertajuk Gelar Tenun Songket dan Batik Nusantara dengan tema ”Bangkit Bersama UMKM” pun digelar pada 19-30 Agustus 2020 di Palembang. Dalam acara tersebut, 18 perajin produk songket, tenun, batik, dan jumputan ikut serta. Ini menjadi pameran busana pertama di masa normal baru.
Muhammad Bilal, perancang busana kain songket Ilham Bahari, Jumat (21/8/2020), mengatakan, sejak Maret 2020 dampak penurunan omzet sudah terasa. ”Akibat pandemi, penurunan penjualan bisa mencapai 60 persen,” ucapnya. Penurunan ini disebabkan mulai berkurangnya pameran dan pergelaran mode di sejumlah daerah, terutama Jakarta.
Selama ini sebagian besar ”penikmat” songketnya berasal dari luar kota Palembang, terutama Jakarta. Sejak Covid-19 merebak, pemesanan menurun karena daya beli masyarakat juga berkurang.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, sejumlah upaya dilakukan, salah satunya dengan mengikuti ajang pameran busana virtual. Langkah ini cukup efektif untuk memperkenalkan produk songket baru kepada masyarakat.
Selain mengikuti sejumlah pergelaran busana secara virtual, Bilal juga membuat masker dengan motif songket. Kainnya pun berbahan tenun dan tidak pengap ketika dikenakan. ”Ketika dicuci dengan detergen juga tidak akan rusak,” ucapnya. Produk ini mendapat sambutan yang lumayan.
Ahmad Faisal, pemilik Duo Beradek Songket, mengalami hal serupa. Akibat pandemi, penjualan songketnya menurun hingga 70 persen. Penurunan mulai terasa sejak Maret 2020 dan mengalami puncaknya pada April-Mei. Penurunan ini, menurut Ahmad, disebabkan berkurangnya daya beli masyarakat akibat pandemi.
Apalagi banyak daerah yang merupakan pangsa pasarnya, seperti DKI Jakarta dan Bandung, menjalankan pembatasan sosial berskala besar sehingga menyulitkan Ahmad untuk memasarkan produk. Ditambah lagi sejumlah pameran busana tidak digelar akibat pandemi.
Pandemi ini membuat perubahan penjualan songket. Pedagang songket lebih gencar menjual produknya secara daring, sementara konsumen lebih memilih membeli barang dengan harga yang lebih murah.
Itulah sebabnya, ungkap Ahmad, ada penyesuaian harga yang dilakukan. Songket yang biasanya seharga Rp 500.000, misalnya, diturunkan menjadi Rp 300.000. ”Penurunan harga ini diharapkan menjadi stimulan bagi konsumen untuk kembali membeli kain songket,” ucapnya.
Songket yang biasanya seharga Rp 500.000, misalnya, diturunkan menjadi Rp 300.000.
Penurunan harga membuat penjualan kain songket dan sejumlah bahan tekstil di butik Ahmad meningkat menjadi 40-50 persen. ”Memang belum mencapai normal, tetapi sudah jauh lebih baik dibandingkan tiga bulan lalu,” kata Ahmad.
Dia berharap, dengan adanya pameran ini, transaksi industri tekstil dapat kembali normal. ”Kami berharap pada Desember 2020, penjualan songket bisa kembali normal,” ucapnya.
Pantauan Kompas, pergelaran busana yang mendahului pameran di Palembang Indah Mall, Jumat, diikuti para peragawan. Saat memperagakan busana, peragawan mengenakan masker yang dibuat oleh perancang yang sama dengan bajunya. Adapun penonton duduk berjarak dan diwajibkan mengenakan masker sepanjang pergelaran.
Para penjual berbagai produk busana sudah sedia di sejumlah stan yang didirikan di sisi jalur peragaan. Setelah pergelaran busana selesai, pengunjung langsung melihat produk yang dipamerkan di 18 stan tenan yang ikut serta.
Semua penjual pun mengenakan masker. Meskipun demikian, di beberapa sisi masih terpantau ada kerumunan, terutama saat terjadi transaksi.
Sebelum memasuki area pusat perbelanjaan, petugas juga mewajibkan pengunjung untuk mencuci tangan dan mengenakan masker. Suhu tubuh pengunjung pun diukur.
Kepala Dinas Perindustrian Kota Palembang Novran Hansyah Kurniawan mengatakan ini adalah pameran tekstil pertama pada masa pandemi yang digelar di Kota Palembang. Pergelaran ini bertujuan untuk membangkitkan kembali gairah pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di sektor sandang yang terpuruk saat masa pandemi.
Dalam menggelar pameran ini, pihaknya sudah berkonsultasi dengan sejumlah pihak, terutama gugus tugas Covid-19 di Kota Palembang. ”Tentu harus disesuaikan dengan protokol kesehatan yang sudah ditetapkan,” ujarnya.
Novran mengatakan, selain pameran, pihaknya juga terus menggelar pelatihan dan memberikan bantuan permesinan bagi UMKM yang membutuhkan. Pameran dan bantuan mesin tidak hanya dilakukan di sektor sandang, tetapi juga di sektor lain, seperti kuliner.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Palembang Isnaini Madani mengungkapkan, pameran akan membangkitkan lagi pariwisata di tengah pembatalan sejumlah ajang tahunan yang telah dijadwalkan di kalender pariwisata. Anggaran untuk kegiatan pariwisata juga telah dialokasikan untuk penanganan Covid-19.
”Kegiatan pariwisata di Kota Palembang kemungkinan kembali bergulir pada Desember 2020,” ujarnya. Anggaran kemungkinan juga baru akan digulirkan kembali pada APBD Perubahan pada Desember 2020.
Dia berharap Palembang bisa segera masuk ke zona hijau sehingga akan banyak wisatawan yang masuk ke Palembang dan membeli sejumlah produk oleh-oleh, salah satunya songket.