Lokasi Wisata di Ambon Tak Terapkan Protokol Kesehatan
Lokasi wisata di Pulau Ambon, Maluku, diserbu pengunjung tanpa protokol kesehatan. Pengunjung datang dari zona merah sehingga berpotensi menimbulkan kluster baru.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Lokasi wisata di Pulau Ambon, Maluku, mulai diserbu oleh pengunjung yang datang dari zona merah. Di lain sisi, pengelola wisata tidak menerapkan protokol kesehatan. Suasana di lokasi wisata seperti sebelum terjadi pandemi Covid-19. Kondisi ini dikhawatirkan menimbulkan kluster penularan baru.
Berdasarkan pantauan Kompas di tempat wisata Lubang Buaya Morella, sekitar 26 kilometer dari Kota Ambon, dalam dua hari terakhir, hingga Jumat 21/8/2020), ratusan orang dari Kota Ambon datang ke lokasi tersebut. Kendaraan pribadi berupa mobil dan motor memenuhi sisi jalan raya dekat lokasi wisata.
Wisatawan yang datang kebanyakan keluarga dan rekan kerja di kantoran di Kota Ambon yang kini masul zona merah Covid-19. Tiba di lokasi, mereka tidak lagi menggunakan masker dan menjaga jarak. Petugas di pintu masuk lokasi wisata membiarkan hal tersebut karena mereka sendiri pun tidak menjalankan protokol kesehatan. Tidak ada pula imbauan tertulis mengenai bahaya Covid-19 dari gugus tugas.
Para pengunjung itu berkumpul di tempat peristirahatan berupa rumah apung yang dibangun di tengah laut. Mereka duduk ngobrol dan berpose tanpa masker dan tanpa jarak aman minimal 1,5 meter. Di tempat wisata itu, para pengunjung biasanya berenang hingga menunggu detik-detik terbenamnya matahari.
”Di sini bebas masker. Tidak ada yang tegur,” ujar Novan (34), salah satu pengunjung yang datang dari Kota Ambon. Ia melepas masker dan duduk makan dengan teman-teman tanpa jarak. Novan bekerja di salah satu kantor pemerintah yang belakangan menjadi kluster penularan Covid-19. Di dalam rombongan Novan terdapat anak balita dan anak-anak.
Ia melepas masker dan duduk makan dengan teman-teman tanpa jarak.
Ali, salah satu pengelola wisata, mengatakan, penerapan protokol di tempat wisata berpulang pada kesadaran pegunjung. Pihak pengelola tidak bisa memaksa pengunjung untuk patuh atau melarang pengunjung tanpa protokol kesehatan masuk ke lokasi itu. Jika mereka bersikap tegas, pengunjung akan berpindah ke tempat lain.
Bagi pengelola, kehadiran pengunjung dalam satu bulan terakhir kembali menghidupkan gairah wisata yang sempat terpuruk sejak pandemi terjadi mulai Maret lalu. ”Sekarang ini, kalau akhir pekan, bisa dapat lebih dari Rp 500.000,” katanya. Di tempat itu terdapat lebih dari sepuluh rumah apung untuk menampung pengunjung.
Meskipun lokasi wisata diserbu pengunjung yang lalai menerapkan protokol kesehatan, tak terlihat petugas dari gugus tugas setempat yang datang melakukan monitoring terkait penerapan protokol Covid-19. Lokasi wisata itu masuk dalam wilayah Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah. Ini berbeda dengan pengawasan gugus tugas di wilayah perkotaan yang relatif lebih ketat.
Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Maluku Tengah Bob Rahmat mengatakan, semua lokasi wisata yang dikelolah pemerintah daerah masih ditutup. Lokasi wisata Lubang Buaya Morella dikelolah oleh komunitas masyarakat lokal. Ia berjanji akan mengirim tim untuk mengawasi semua lokasi wisata.
Menurut dia, penerapan protokol kesehatan harus menjadi tanggung jawab pengelola tempat usaha, termasuk lokasi wisata. Jika terjadi kluster baru di tempat wisata, lokasi itu akan ditutup. ”Kalau ditutup, yang rugi juga pengelola wisata sendiri,” ujarnya. Beberapa tempat usaha yang tidak menerapkan protokol kesehatan telah diberi peringatan.