Peternak sapi di Desa Astomulyo, Kecamatan Punggur, Kabupaten Lampung Tengah, Lampung, membuktikan bahwa kesejahteraan bisa diraih dari rumah, termasuk saat harus bertahan dari pandemi.
Oleh
VINA OKTAVIA
·4 menit baca
Peternak sapi di Desa Astomulyo, Kecamatan Punggur, Kabupaten Lampung Tengah, Lampung, membuktikan bahwa kesejahteraan bisa diraih dari rumah. Kesungguhan membangun usaha dan kerjasama yang baik menjadi jurus jitu para peternak di desa itu melewati pandemi Covid-19.
Kandang sapi berukuran rata-rata 50 meter persegi berderet di belakang rumah warga. Mayoritas warga memanfaatkan lahan kosongnya untuk kandang. Setiap pagi dan sore, suara lenguhan sapi menghidupkan suasana ”kampung sapi” itu.
Seperti saat Sarjono (49), warga Astomulyo, memberikan pakan campuran konsentrat dan kulit nanas pada kawanan sapi peliharaannya, Sabtu (15/8/2020). Setelah melahap pakan, sapi-sapi pun rebahan di kandang.
Setiap hari, Sarjono dibantu empat karyawan menyiapkan 10 ton pakan untuk 300 sapi. Sapi-sapi itu dipelihara di tiga kandang terpisah. Sebagian sapi yang dipelihara Sarjono adalah milik PT Great Giant Livestock (GGL), mitra kerja peternak. Ia mendapat keuntungan dari penjualan sapi melalui sistem bagi hasil dengan perusahaan.
”Keuntungan penjualan sapi sekitar Rp 2 juta per ekor,” ujar Sarjono.
Usaha penggemukan sapi yang ia rintis sejak 2001 menjadi penopang utama ekonomi keluarganya. Tak hanya menyekolahkan anak, Sarjono juga sanggup membangun rumah mewah dan menabung.
Kesuksesan Sarjono menginspirasi tetangganya, termasuk pemuda desa yang menganggur. Dalam empat tahun terakhir, ada 25 pemuda desa yang mengikuti jejak Sarjono, beternak sapi.
”Saya tertarik menjadi peternak setelah mengikuti program kemitraan dengan PT GGL. Saat itu, saya mendapat untung Rp 25,3 juta,” ungkap Eko Purwanto (30).
Keuntungan penjualan sapi sekitar Rp 2 juta per ekor. (Sarjono)
Pada 2016, Eko mendapat jatah 10 ekor anakan sapi dari GGL. Sapi dipelihara dengan pasokan pakan dan obat dari GGL. Setelah berbobot 500-600 kg, sapi dijual ke GGL dan keuntungan dibagi.
Pengalaman itu membuat Eko yakin menekuni usaha penggemukan sapi. Dengan modal kredit usaha rakyat (KUR) dari perbankan, ia dapat memelihara 15 sapi secara mandiri. Sapi digemukkan 5-6 bulan. Dari usaha itu, Eko berpenghasilan tetap minimal Rp 2 juta per bulan.
Kala pandemi Covid-19, bisnis penggemukan sapi di Astomulyo juga mampu menyelamatkan nasib warga lain yang kehilangan pekerjaan. Salah satunya Budi Santoso (32), atlet sepak bola yang pernah bermain di Lampung FC.
Ia kehilangan penghasilan karena tidak ada pertandingan sepak bola selama pandemi. Budi banting setir menjadi karyawan kelompok ternak mengurusi pemasaran sapi. Ia mengaku tertarik membuka usaha ternak mandiri.
”Saya sudah bergabung dengan kelompok. Saat ini dalam proses pengajuan KUR,” ujarnya.
Saat ini, sekitar 1.500 sapi dipelihara oleh 85 peternak yang tergabung dalam Kelompok Ternak Limousin pimpinan Sarjono. Setiap bulan, sekitar 500 sapi dijual untuk memenuhi kebutuhan pangan di Sumatera dan Jabodetabek.
Melewati pandemi
Tak dimungkiri, pandemi membuat peternak muda yang belum lama merintis bisnis pun kesulitan memutar modal. Pada awal pandemi, penjualan sapi sempat seret.
Kekompakan kelompok membuat mereka bisa terhindar dari kredit macet. ”Saat ada anggota yang kesulitan membayar kredit yang sudah jatuh tempo, anggota lain patungan menutupi pembayarannya. Pinjaman sesama anggota kelompok dibayar saat sapi sudah laku,” ujar Sartono (30), Sekretaris Kelompok Ternak Limousin.
Beruntung, setelah itu, peternak mendapatkan relaksasi pembayaran kredit selama enam bulan. Penjualan sapi juga meningkat saat Lebaran Idul Fitri dan Idul Adha 2020.
Banyaknya warga yang bermitra dengan GGL tak lain karena skema kerja sama yang saling menguntungkan. Sebagai contoh, harga jual sapi tidak semata ditentukan oleh perusahaan, tetapi juga mengikuti harga jual daging sapi di pasaran. Peternak juga mendapat keuntungan yang setara dengan perusahaan.
Selain itu, peternak juga dibina agar dapat beternak dengan baik, mengelola bisnis, dan mengakses permodalan dari perbankan. Dengan begitu, peternak tidak harus bergantung pada perusahaan, tetapi mampu mengembangkan bisnis secara mandiri. Prinsip saling menguntungkan itu membuat hingga kini sedikitnya sudah 500 peternak bermitra dengan perusahaan.
Saat ada anggota yang kesulitan membayar kredit yang sudah jatuh tempo, anggota lain patungan menutupi pembayarannya. Pinjaman sesama anggota kelompok dibayar saat sapi sudah laku. (Sartono)
Junior Manager Sustainability Great Giant Foods (GGF) Gilang M Nugraha menjelaskan, kemitraan yang dibangun perusahaan dengan masyarakat memang dirancang agar saling mendukung. Selain untuk meningkatkan perekonomian, kerja sama itu juga untuk menyelesaikan masalah sosial dan lingkungan.
Demi penuntasan masalah sosial dan lingkungan itulah, GGL selaku unit bisnis GGF bidang peternakan sapi menggagas kemitraan penggemukan sapi dengan warga. Inisiatif ini muncul karena perusahaan melihat banyaknya kandang yang dimiliki warga desa.
Di sisi lain, PT Great Giant Pineapple selaku unit bisnis GGF yang mengolah nanas kalengan juga menyisakan limbah kulit nanas. Limbah kulit nanas ini lalu dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
Warga juga dilatih mengolah kotoran sapi menjadi pupuk kandang untuk pertanian. Tak ketinggalan ada pula pelatihan mengubah kotoran sapi menjadi biogas.
Corporate Affairs Director GGF Welly Soegiono menyatakan, perusahaan berkomitmen menerapkan konsep bebas sampah. Limbah yang dihasilkan perusahaan lalu diolah untuk bisnis lain.
Perusahaan berkomitmen menerapkan konsep bebas sampah. Limbah yang dihasilkan perusahaan lalu diolah untuk bisnis lain. (Welly Soegiono)
Selama ini, perusahaan merangkul masyarakat sebagai mitra dengan konsep corporate shared value. Selain mendapatkan pendampingan dari hulu ke hilir, kesinambungan usaha masyarakat juga lebih pasti karena ada kerja sama dengan perusahaan.
Kini, Desa Astomulyo menjadi salah satu lumbung peternakan sapi di Lampung. Warga membuktikan mereka mampu berjuang dari sudut-sudut kampung, melewati pandemi Covid-19, dan hidup sejahtera.