Video berisi sejumlah pejabat di Maluku berjoget sambil bernyanyi viral di media sosial. Hal itu pun menjadi sorotan publik karena bertentangan dengan imbauan mereka selama ini untuk selalu menjaga protokol kesehatan.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Video berisi sejumlah pejabat di Maluku yang berjoget sambil bernyanyi viral di media sosial. Konten video itu mengundang kontroversi karena dikaitkan dengan protokol Covid-19. Peristiwa itu hendaknya menjadi pelajaran berharga bagi para elite yang setiap ucapan dan tindakannya selalu menjadi sorotan publik.
Menurut rekaman video yang diperoleh Kompas, video itu direkam pada saat peringatan Hari Ulang Tahun Ke-75 Provinsi Maluku, Rabu (19/8/2020), yang berlangsung di Kantor DPRD Maluku. Para pejabat itu bernyanyi lalu berjoget dengan tidak menjaga jarak aman sehingga berpotensi menularkan Covid-19 jika ada di antara mereka yang sudah terinfeksi.
Video itu lantas beredar di grup percakapan dan media sosial sehingga mendapat kritik pedas dari warganet. Sorotan pun mengarah kepada Gubernur Maluku Murad Ismail dan Sekretaris Daerah Kasrul Selang. Keduanya hadir dalam acara tersebut. Murad merupakan Ketua Umum Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Maluku, sedangkan Kasrul menjadi ketua pelaksana hariannya.
Salah satu akun Facebook mempertanyakan pengabaian protokol kesehatan oleh para elite tersebut. Ia pun mengingatkan kembali imbauan yang disampaikan para elite itu kepada masyarakat agar menjaga protokol kesehatan. Para elite dinilai tidak memberikan contoh yang baik kepada masyarakat.
Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Maluku Benediktus Sarkol juga angkat bicara. ”Gubernur dan jajarannya seharusnya menjadi panutan terkait penerapan protokol kesehatan dalam rangka penghentian penyebaran Covid-19,” kata Benediktus.
Pengabaian terhadap protokol kesehatan yang dilakukan elite dapat membuat kepercayaan masyarakat semakin tergerus dan kemungkinan besar berbalik menjadi pembangkangan dan perlawanan. Kasus seperti penolakan tes Covid-19 hingga pengambilan paksa jenazah dapat terulang kembali dan mengganggu stabilitas daerah.
Kasrul Selang, yang dihubungi secara terpisah, mengatakan, masukan dari publik menjadi bahan introspeksi bagi mereka. ”Semua kritik, saran, masukan, pasti menjadi bahan evaluasi dan introspeksi diri agar ke depan lebih baik lagi,” kata Kasrul.
Kasrul enggan menanggapi kritik publik terhadap peristiwa tersebut. Hal itu dinilainya malah tidak produktif dan akan menimbulkan kegaduhan di ruang publik. ”Nanti kesannya seperti saling membalas pantun. Kami tetap fokus bekerja untuk penanganan Covid-19 di Maluku,” katanya.
Sementara itu, di jalanan Kota Ambon dan sejumlah tempat wisata, warga tidak lagi mematuhi protokol kesehatan. Mereka tidak mengenakan masker dan tidak menjaga jarak. Pada Kamis petang, ratusan orang berolahraga dan berkumpul di atas Jembatan Merah Putih. Tempat wisata Lubang Buaya Morella juga dipenuhi ratusan wisatawan tanpa protokol kesehatan.
Pada Kamis, kasus Covid-19 di Maluku bertambah 58 kasus menjadi 1.611 kasus. Sebanyak 995 orang sembuh dan 31 orang meninggal. Kasus terbanyak terdapat di Kota Ambon, yakni 1.225 kasus dengan jumlah pasien sembuh 695 orang dan meninggal 23 orang. Jumlah kasus bertambah karena kewaspadaan masyarakat akan bahaya Covid-19 berkurang.