Kawasan Wisata Air Hitam Dibuka di Tengah Pandemi, Pengunjung Melonjak
Kawasan wisata air hitam di Dermaga Kereng Bangkirai, Kota Palangkaraya mulai dibuka sejak tutup selama empat bulan. Jumlah kunjungan pun melonjak hampir dua kali lipat dari sebelum pandemi Covid-19.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Kawasan wisata air hitam di Dermaga Kereng Bangkirai, Kota Palangkaraya, mulai dibuka sejak tutup selama empat bulan. Jumlah kunjungan pun melonjak hampir dua kali lipat dari sebelum pandemi Covid-19.
Sejak kasus pertama Covid-19 di Kota Palangkaraya ditemukan pada Maret lalu, pemerintah menutup salah satu kawasan paling ramai dikunjungi di Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, yakni wisata air hitam di Sungai Sebangau. Namun, dengan pertimbangan perekonomian, pemerintah kemudian membuka kawasan tersebut dan menjadikannya kawasan wajib bermasker.
Kunjungan kawasan wisata itu dalam setahun bisa 20.000-25.000 orang pada situasi normal. Bahkan di awal tahun 2020, selam dua bulan saja jumlah kunjungan mencapai 14.000 orang karena banyaknya kegiatan yang digelar di tempat itu.
”Ini belum seminggu dibuka, jumlah pengunjungnya sudah mau dua kali lipat dari situasi normal,” kata petugas loket Syahrizal di Palangkaraya, Kamis (20/8/2020).
Syahrizal menjelaskan, kawasan itu resmi dibuka pada Minggu (16/8/2020). Hari itu, kawasan dibuka setengah hari dengan jumlah pengunjung 450 orang. Pada Senin (17/8/2020), jumlah pengunjung meningkat hingga 800 orang. ”Situasi normal saat tidak ada pandemi paling banyak sehari itu 350-400 orang,” kata Syahrizal.
Ini belum seminggu buka, jumlah pengunjung sudah mau dua kali lipat dari situasi normal.
Dari pantauan Kompas, pada Kamis sore kawasan itu begitu ramai pengunjung. Meskipun di pintu utama dituliskan kawasan wajib masker, masih ada pengunjung yang tidak menggunakan masker.
Sebelum memasuki kawasan, biasanya petugas loket memeriksa suhu tubuh pengunjung. Mereka juga melarang pengunjung yang tidak bermasker untuk memasuki kawasan.
”Memang harusnya diperiksa suhu tubuh, tetapi baterai thermal gun-nya habis, jadi sejak sekitar pukul 15.00 WIB sore tidak bisa dipakai lagi, paling besok sudah diganti,” kata Syahrizal.
Hari itu sejak dibuka pukul 08.00 hingga pukul 16.00 WIB, jumlah pengunjung mencapai 420 orang. Itu pun pengunjung masih terus berdatangan karena kawasan wisata baru tutup pukul 18.00.
Memasuki kawasan, pengunjung akan sulit sekali menjaga jarak karena jalan masuk ke kawasan itu lebarnya tak lebih dari 2 meter. Pengunjung berjalan menyusuri lokasi wisata ke dermaga dan beberapa obyek lainnya di jembatan kayu yang sempit.
Saat membuka kawasan wisata itu, Wakil Wali Kota Umi Mastikah menjelaskan, pembukaan itu untuk memulihkan perekonomian masyarakat. Kawasan itu memang dikelola pemerintah, tetapi semua pelaku usahanya merupakan masyarakat sekitar, sebagian dari mereka juga diangkat sebagai tenaga kontrak dinas terkait.
”Kami ingin ekonomi tetap jalan, tetapi protokol kesehatan juga harus jalan. Sembari penanganan wabah berjalan terus, protokol kesehatan harus dijaga,” kata Umi.
Kawasan wisata air hitam berbatasan langsung dengan kawasan Taman Nasional Sebangau (TNS) yang luasnya 542.141 hektar atau hampir sembilan kali luas DKI Jakarta. Selain kawasan konservasi, TNS juga memiliki kawasan ekowisata. Namun, kawasan itu hingga kini masih ditutup.
Kepala Balai Taman Nasional Sebangau Andi M Khadafi menjelaskan, hingga saat ini lantaran pandemi Covid-19, lokasi-lokasi di TNS yang biasanya dibuka untuk wisatawan ditutup sementara. Namun, para petugas tetap berpatroli dan bekerja seperti biasa untuk mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan.
”Kalau antisipasi kebakaran hutan dan lahan masih jalan terus, kalau wisata memang ditutup hingga perkembangan Covid-19 ada kejelasan,” kata Andi.
Andi menjelaskan, antisipasi kebakaran hutan dan lahan yang dilakukan di antaranya koordinasi dengan sejumlah instansi terkait, membuat posko siaga karhutla, dan patroli lapangan. ”Kami juga terus memantau kawasan gambut di dalam kawasan,” katanya.