Pembukaan Destinasi Wisata di Kawasan Rinjani Diperluas
Pilihan bagi wisatawan untuk berlibur di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani semakin bertambah. Selain pendakian, Balai TNGR menambah jumlah destinasi non-pendakian yang dibuka sehingga total menjadi 13 destinasi.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·4 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Selain destinasi wisata pendakian, Balai Taman Nasional Gunung Rinjani juga membuka lagi sejumlah destinasi wisata alam lain. Pembukaan diharapkan bisa mendorong perbaikan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di daerah itu setelah lesu akibat pandemi Covid-19.
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) Dedy Asriady di Mataram, Kamis (20/8/2020), mengatakan, Taman Nasional Gunung Rinjani memiliki 17 destinasi wisata nonpendakian. Dari 17 destinasi itu, sebanyak delapan destinasi dibuka kembali pada 7 Juli 2020, yakni Otak Kokok Joben, Telaga Biru, Air Terjun Jeruk Manis, Gunung Kukus, Timbanuh, Sebau, Savana Propok, dan Air Terjun Mangku Sakit.
Menurut Dedy, setelah memperhatikan dinamika sosial di masyarakat di kawasan TNGR dan dalam rangka mendukung kesejahteraan mereka, Balai TNGR membuka lagi lima destinasi wisata lainnya.
Kelima destinasi itu berada di Lombok Timur, yakni Air Terjun Treng Wilis, Bendungan Ulem-Ulem, Bumi Perkemahan Tangkok Adeng, Bukit Gedong, dan Bukit Malang.
Dedy mengatakan, meski dibuka kembali, untuk sementara jumlah kunjungan dibatasi, yakni 30 persen dari kuota normal. Hal serupa diterapkan pada pembukaan destinasi wisata alam non-pendakian tahap pertama Juli lalu. Tujuannya untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Treng Wilis hanya boleh dikunjungi maksimal 150 orang per hari. Begitu juga dengan Ulem-Ulem dan Bukit Gedong. Sementara Tangkok Adeng maksimal 225 orang dan Bukit Malang maksimal 75 orang dari kuota normal.
Tingkatkan kuota
Menurut Dedy, Balai TNGR melalui Tim Pengawasan dan Pengendalian Pelaksanaan Reaktivasi Bertahap untuk Kunjungan Wisata Alam pada Kawasan TN Gunung Rinjani telah mengevaluasi penyelenggaraan kunjungan wisata alam tahap I pada destinasi wisata alam non-pendakian.
”Berdasarkan hasil evaluasi, secara umum setiap destinasi wisata alam non-pendakian yang dibuka sebelumnya telah mengikuti protokol kesehatan. Tidak ada kelebihan kuota dan tidak ditemukan juga kasus Covid-19,” kata Dedy.
Berdasarkan hasil evaluasi itu, kata Dedy, pihaknya telah bersurat ke Direktorat Jenderal Konservasi, Sumber Daya Alam, dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Dirjen KSDAE kemudian mengeluarkan surat tentang pembukaan jalur pendakian dan peningkatan kuota kunjungan untuk destinasi wisata non-pendakian yang dibuka pada tahap pertama (7 Juli 2020).
Dedy menambahkan, berdasarkan surat itu dan koordinasi dengan pemerintah provinsi dan kabupaten, serta mempertimbangkan zona risiko Covid-19 di mana Lombok Timur dan Lombok Tengah masuk zona kuning (risiko rendah) serta Lombok Utara zona oranye (risiko sedang), disepakati peningkatan kuota kunjungan.
”Peningkatan kuota kunjungan, yakni menjadi 50 persen dari kuota kunjungan normal, akan dimulai besok, tanggal 22 Agustus, bersamaan dengan pembukaan aktivitas pendakian,” kata Dedy.
Dedy memaparkan, Otak Kokok Joben bisa dikunjungi maksimal 325 orang per hari. Sementara Telaga Biru (220 orang), Air Terjun Jeruk Manis (200 orang), Gunung Kukus (150 orang), Timbanuh (100 orang), Sebau (36 orang), Savana Propok (250 orang), dan Mangku Sakti (150 orang).
Sebelumnya, kuota maksimal untuk Otak Kokok sebanyak 227 pengunjung per hari, sedangkan Telaga Biru (84 orang), Air Terjun Jeruk Manis (180 orang), Gunung Kukus (90 orang), Timbanuh (60 orang), Sebau (22 orang), Savana Propok (150 orang), dan Air Terjun Mangku Sakti (90 orang).
Seperti pembukaan tahap pertama, protokol kesehatan akan diberlakukan secara ketat terhadap wisatawan. ”Dari pintu masuk, saat di lokasi, hingga keluar,” kata Dedy.
Wisatawan juga diwajibkan menggunakan masker, membawa sabun atau penyanitasi tangan, kantong sampah, dan menerapkan jaga jarak minimal satu meter.
”Wisatawan dari luar NTB harus membawa surat keterangan bebas Covid-19. Sementara pengunjung dari NTB membawa surat keterangan bebas gejala influenza,” ujar Dedy.
Sekretaris Dinas Pariwisata NTB Lalu Hasbulwadi sebelumnya mengatakan, pembukaan destinasi wisata non-pendakian memberikan gambaran bahwa mesin pariwisata NTB mulai berjalan kembali. Pandemi Covid-19 telah membuat kunjungan wisata ke NTB menurun drastis, terutama wisatawan mancanegara.
Wisatawan dari luar NTB harus membawa surat keterangan bebas Covid-19. Sementara pengunjung dari NTB membawa surat keterangan bebas gejala influenza.
Hingga saat ini, penambahan kasus positif Covid-19 di NTB memang masih terjadi. Menurut Ketua Pelaksana Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi NTB Lalu Gita Ariadi, total pasien positif Covid-19 di NTB hingga Kamis sore mencapai 2.525 orang. Dari jumlah itu, 656 orang masih positif dan dirawat, 1.730 orang dinyatakan sembuh, dan 139 orang meninggal.