Pihak Keluarga Desak Investigasi Hilangnya Instruktur Selam AS di Ambon
Pihak keluarga menduga ada sesuatu di balik hilangnya Carol Marie Lakein (57), warga Amerika Serikat, di Teluk Ambon, Maluku. Mereka mendesak dilakukan investigasi secara mendalam.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Keluarga Carol Marie Lakein (57), warga Amerika Serikat yang hilang saat menyelam di Teluk Ambon, Maluku, menduga terjadi sesuatu yang tidak wajar dalam peristiwa hilangnya anggota keluarga mereka tersebut. Mereka mendesak otoritas di Indonesia agar melakukan investigasi mendalam terkait dengan peristiwa tersebut.
Joseph Lakein (32), sepupu korban, saat menghubungi Kompas di Ambon pada Rabu (19/8/2020) mengatakan, keluarga besar terpukul mendengar kabar hilangnya korban. ”Terakhir kali saya bertemu dengan Laila (sapaan korban) tahun 2015 di Maladewa. Bapak saya dan bapaknya Laila bersaudara,” kata Joseph.
Joseph saat ini menetap di Washington DC, Amerika Serikat. Kendati lima tahun tidak bertemu, Joseph dan Laila kerap berkomunikasi. Ia menunjukkan foto-foto saat mereka liburan di Maladewa. Saat itu, mereka menyelam di sana. Laila merupakan instruktur selam selama lebih dari 20 tahun. Ia sudah mendatangi sejumlah wilayah perairan di dunia.
Kemampuan dan pengalaman menyelam itu membuat pihak keluarga meragukan informasi yang menyebutkan bahwa Laila hilang akibat kecelakaan saat menyelam. Menurut Joseph, Laila tipe penyelam yang patuh pada prosedur. Dia pun tak pernah melakukan penyelaman sendiri karena dianggap berbahaya. ”Kami menduga ada sesuatu yang terjadi,” ucapnya.
Terlebih lagi, perairan tempat Laila menyelam tidak terlalu berbahaya, yakni di teluk. Air lautnya tenang dan tidak bergelombang serta kecepatan arus yang bisa Laila atasi. Laila menyelam di dekat kapal layar yang ditumpangi, yakni sekitar 250 meter dari pesisir pantai Desa Amahusu, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon. Laila dilaporkan hilang pada 7 Agustus 2020.
Sejak Maret 2020, Laila bersama kekasihnya, Kevin Scott Pool (57), berada di Ambon. Keduanya tinggal di dalam kapal layar bernama Aquabago itu. Sejak 2019, mereka berlayar mulai dari utara Kalimantan, utara Halmahera, lalu ke Papua, dan masuk ke Ambon. Mereka tertahan di Ambon sejak pandemi Covid-19 merebak.
Joseph, yang mewakili keluarga besar, memohon kepada Pemerintah Indonesia agar melakukan investigasi atas hilangnya Laila. Mereka juga mendukung proses pencarian Laila menggunakan kearifan lokal. Mereka meminta polisi memeriksa orang terdekat Laila. ”Kevin orang terakhir yang bertemu dengan Laila,” ujar Joseph.
Seperti diberitakan sebelumnya, Kepala Kantor SAR Ambon Djunaidi menyatakan tidak ada hambatan berarti dalam pencarian itu. Tinggi gelombang permukaan laut hanya 0,5 meter serta kecepatan arus laut pada hari pertama dan kedua yang sempat mencapai 4 knot turun menjadi kurang dari 1 knot pada hari-hari berikutnya. Jarak pandang pun di atas 10 meter.
Permukaan dasar laut didominasi pasir. Karang laut sangat jarang. Proses pencarian di dasar laut dalam radius 1.000 meter. Selain pencarian oleh tim penyelam di dasar laut, pencarian di permukaan juga digencarkan tim SAR gabungan. Sejumlah perahu karet dikerahkan hingga radius lebih dari 5 kilometer.
Djunaidi, dengan pengalaman puluhan tahun dalam operasi pencarian orang hilang di laut, juga mengaku heran dengan kondisi itu. Berdasarkan pengalaman, jika korban hilang itu meninggal di dasar laut, pada hari kedua atau ketiga jasadnya terapung di permukaan. ”Itu pasti,” ujarnya kala itu.
Kepala Bidang Humas Polda Maluku Komisaris Besar M Roem Ohoirat mengatakan, polisi masih mendalami peristiwa tersebut. ”Polisi masih terus mengumpulkan sejumlah informasi,” ujarnya. Peristiwa tersebut masih dalam tahap pengumpulan bahan dan keterangan. Ia berharap masukan dari masyarakat apabila mendapat informasi yang mendukung kerja polisi.