Permintaan Membaik, Ekspor Karet Sumut Mendekati Normal
Ekspor karet remah dari Sumatera Utara kembali meningkat pada Juli sebesar 15,2 persen dibandingkan dengan Juni. Volume ekspor kini mendekati normal setelah sempat anjlok lebih dari 50 persen akibat pandemi Covid-19.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Ekspor karet remah dari Sumatera Utara kembali meningkat pada Juli sebesar 15,2 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Volume ekspor kini mendekati normal setelah sempat anjlok hingga lebih dari 50 persen akibat pandemi Covid-19. Harga karet di pasar dunia pun beranjak naik sering dengan peningkatan permintaan.
Pulihnya volume ekspor didorong oleh membaiknya permintaan karet dari China. Industri di China kini sudah mulai menggeliat setelah sempat berhenti karena karantina,” kata Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia Sumut Edy Irwansyah, Rabu (19/8/2020).
Edy mengatakan, ekspor karet Sumut pada Juli mencapai 32.291 ton, naik dari bulan sebelumnya yang masih mencapai 28.012 ton. Volume ekspor karet dari Sumut terus meningkat setelah sempat anjlok hingga 14.975 ton pada Mei akibat pandemi Covid-19. Penurunan itu mencapai 55 persen dibandingkan dengan rata-rata ekspor bulanan pada 2019 yang mencapai 34.172 ton.
Edy mengatakan, kenaikan volume ekspor karet remah mencerminkan membaiknya permintaan di pasar dunia. Industri di sejumlah negara tujuan ekspor kini mulai menggeliat. Pada Juli, Sumut bisa mengekspor karet ke 34 negara.
Enam negara tujuan ekspor utama pun mencakup 70,4 persen dari semua ekspor karet Sumut. Keenam negara itu, yakni China sebesar 24 persen, Amerika Serikat 14,7 persen, Jepang 11,2 persen, India 8,1 persen, Turki 6,8 persen, dan Malaysia 5,8 persen.
Meskipun volume ekspor pada Juli meningkat, volume ekspor secara tahunan pada periode Januari-Juli 2020 masih 202.716 ton atau tertinggal 14,5 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan itu disebabkan anjloknya ekspor pada April hingga Juni.
Produksi karet remah pada bulan Juli juga meningkat 19 persen dibandingkan dengan Juni.
Seiring dengan meningkatnya permintaan di pasar dunia, kata Edy, produksi karet remah pada bulan Juli juga meningkat 19 persen dibandingkan dengn Juni. ”Pada Juli, produksi karet Sumut mencapai 35.999 ton. Sebanyak 11 persen di antaranya diserap di pasar lokal. Kami perkirakan produksi pada Agustus juga masih akan meningkat lagi sejalan dengan bergairahnya pasar karet,” kata Edy.
Edy mengatakan, harga karet di pasar dunia pun kini mulai meningkat. Di bursa Singapore Exchange (SGX), harga karet jenis Technical Specified Rubber (TSR 20) untuk kontrak September kini mencapai 131,54 sen dollar AS per kilogram, meningkat 13,9 sen dollar AS dibandingkan dengan bulan sebelumnya. ”Sejalan dengan itu, harga getah karet di tingkat petani pun mulai meningkat,” katanya.
Martiani Sebayang (30), petani karet di Kecamatan Sinembah Tanjung Muda Hulu, Kabupaten Deli Serdang, mengatakan, harga karet di tingkat petani naik sedikit dalam sebulan belakangan dari Rp 5.000 menjadi Rp 5.500. Untuk karet dengan kualitas yang baik bisa mencapai Rp 6.000. ”Harga karet naik dalam sebulan ini, tetapi hanya sedikit saja,” katanya.
Martiani mengatakan, kenaikan harga itu memberikan sedikit angin segar bagi mereka. Petani pun berharap harga karet bisa terus naik hingga mencapai tingkat yang menggairahkan bagi petani, yakni Rp 10.000 per kilogram. Petani pernah menikmati harga karet hingga Rp 18.000 per kilogram hingga tahun 2011.