Industri Mebel Nasional Terpuruk, Diperkirakan Baru Pulih 2021
Industri mebel dan kerajinan Indonesia terpuruk akibat pandemi Covid-19. Produksi dan nilai ekspor industri padat karya ini anjlok. Selain dukungan pemerintah, kehadiran vaksin dapat memulihkan industri ini pada 2021.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·2 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Industri mebel dan kerajinan nasional terpuruk akibat pandemi Covid-19. Produksi dan nilai ekspor industri padat karya ini pun anjlok. Selain dukungan pemerintah, kehadiran vaksin untuk virus korona baru juga diharapkan dapat memulihkan industri ini pada 2021.
Wakil Ketua Umum Bidang Organisasi dan Hubungan Antarlembaga Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur mengatakan, industri mebel kini merana. ”Produksi perusahaan hanya 30 persen. Itu pun perusahaan punya hubungan baik dengan buyer (pembeli),” kata Sobur setelah Musyawarah Nasional Ke-2 HIMKI di Hotel Santika Cirebon, Jawa Barat, Rabu (19/8/2020).
Pihaknya belum bisa memastikan jumlah pasti produksi dari industri mebel dan kerajinan di dalam negeri. Namun, sekitar 3.000 anggota HIMKI terdampak pandemi yang telah berlangsung lebih dari lima bulan ini. Bahkan, katanya, ada sejumlah perusahaan yang tidak lagi beroperasi.
Selain pengetatan masuknya barang impor oleh sejumlah negara, pelambatan ekonomi secara global turut menyebabkan industri padat karya ini terpukul. Pandemi juga memaksa pameran yang bisa mendatangkan pasar ditunda.
Pameran Indonesia International Furniture Expo (IFEX), misalnya, seharusnya digelar Maret lalu di Jakarta. Padahal, salah satu pameran furnitur terbesar di Asia Tenggara ini mampu menghasilkan transaksi hingga 1 miliar dollar AS dengan sekitar 12.000 pembeli dari berbagai negara.
Sobur pun pesimistis nilai ekspor mebel dan kerajinan Indonesia tahun 2020 bisa mencapai 2,5 miliar dollar Amerika Serikat, seperti tahun lalu. Ekspor dilakukan ke 123 negara, terutama ke Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa.
Selain pengetatan masuknya barang impor oleh sejumlah negara, pelambatan ekonomi secara global turut menyebabkan industri padat karya ini terpukul. Pandemi juga memaksa pameran yang bisa mendatangkan pasar ditunda.
”(Nilai ekspor) bisa 50 persennya saja sudah bagus. Namun, awal tahun depan, kami prediksi kondisi mulai pulih. Kepastiannya ditentukan sejumlah negara yang berlomba memproduksi vaksin Covid-19,” tuturnya.
Pemerintah diharapkan mendukung keberlangsungan industri mebel dan kerajinan saat pandemi. Selain insentif fiskal, pihaknya juga membutuhkan regulasi, seperti meniadakan sistem verifikasi dan legalitas kayu (SVLK) di sektor hilir. Pemerintah juga diminta menjamin tidak ada ekspor bahan baku rotan yang minim nilai tambah.
Ketua Umum HIMKI Supriyadi mengatakan, tantangan terberat industri mebel dan kerajinan di tengah pandemi adalah pemasaran. Selain meningkatkan komunikasi dengan pelanggan di luar negeri, pihaknya juga segera berkoordinasi dengan pemerintah. ”Kami berpartner dengan pemerintah, tetapi juga tetap kritis,” ucapnya.