Program BLK Komunitas Dilanjutkan untuk Tingkatkan Kualitas SDM
Kementerian Ketenagakerjaan meneruskan pembangunan Balai Latihan Kerja Komunitas. Hingga akhir 2020, secara total, ditargetkan terbangun 2.113 BLK Komunitas untuk meningkatkan sumber daya manusia.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
PURBALINGGA, KOMPAS — Kementerian Ketenagakerjaan meneruskan pembangunan Balai Latihan Kerja Komunitas atau BLK Komunitas untuk meningkatkan keterampilan sumber daya manusia. Hingga 2019, sudah terdapat 1.113 BLK Komunitas. Adapun pada 2020 ditargetkan 1.000 BLK Komunitas tambahan dibangun.
”Harapannya, dengan pembangunan BLK Komunitas ini, pembangunan sumber daya manusia melalui pelatihan vokasi di komunitas-komunitas bisa dilakukan,” kata Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah saat menghadiri Penandatanganan Perjanjian Kerja Bersama kepada 300 penerima bantuan gedung workshop dan peralatan pelatihan BLK komunitas di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, Rabu (19/8/2020).
Pada 2020, pemerintah pusat berencana membangun 2.000 BLK Komunitas. Namun, akibat pandemi Covid-19, jumlahnya dipangkas menjadi 1.000 unit. Ida menuturkan, perjanjian kerja sama kali adalah tahap II yang mencakup wilayah Jawa Tengah dan Jawa Barat untuk 300 penerima. Adapun tahap I dilakukan di Jakarta.
Ida menyampaikan, satu unit BLK Komunitas bisa dimanfaatkan untuk melatih 64 orang dalam setahun yang terbagi dalam empat angkatan pelatihan. ”Pembukaan sebuah BLK Komunitas harus memperhitungkan permintaannya. Jadi, saya mengajak komunitas sebelum memilih jurusan supaya diperhitungkan dengan baik pasar kerjanya seperti apa. Apakah untuk mengisi pasar kerja atau mau mengembangkan wirausaha,” katanya.
Selain itu, lanjut Ida, pihaknya terus mengajak pengelola BLK Komunitas untuk berjejaring dengan perusahaan, industri, dan perguruan tinggi. ”Agar begitu selesai pendampingan dari Kemenaker, teman-teman bisa melakukan kerja sama dengan industri,” ujarnya.
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Lembaga dan Pelatihan Kementerian Ketenagakerjaan Heru Budoyo menyampaikan, tujuan pembangunan BLK Komunitas adalah agar Indonesia memiliki tenaga kerja terampil, berkualitas, dan berdaya saing dalam jumlah yang memadai dan tersebar merata.
”Program BLK Komunitas meliputi beberapa kegiatan. Pertama pembangunan sarana fisik berupa ruang kelas, workshop senilai Rp 500 juta. Bantuan peralatan pelatihan senilai Rp 300 juta, selebihnya adalah pelatihan instruktur dan pengelola pelatihan, operasional BLK, serta subsidi program pelatihan,” paparnya.
Menurut Heru, ada 24 kejuruan yang dilakukan dalam pembangunan BLK Komunitas. Kejuruan itu, antara lain, adalah teknik las, teknik otomotif, pengelolaan hasil pertanian, pengelolaan hasil perikanan, dan teknik konstruksi furnitur. Selain itu, ada pula kejuruan seni kuliner, seni kriya atau kerajinan tangan, teknik batik, teknik perkapalan, teknik informatika, desain, bahasa, kesenian, robotika, desain komunikasi visual, elektronika, perhotelan, dan multimedia.
”Kemenaker berharap program bantuan BLK Komunitas ini dapat meningkatkan akses pelatihan vokasi dan peran serta masyarakat dalam meningkatkan kualitas SDM,” katanya.
Kemenaker berharap program bantuan BLK Komunitas ini dapat meningkatkan akses pelatihan vokasi dan peran serta masyarakat dalam meningkatkan kualitas SDM.
Pengasuh Pondok Pesantren Ridhotul Ahmad Klampok, Banjarnegara, Khosun Ichsan, mengapresiasi bantuan tersebut. Pondok pesantren yang mengasuh sekitar 50 santri usia SMP ini mendapat bantuan berupa pembangunan gedung dengan ukuran 20 meter x 14 meter. ”Gedung ini akan digunakan untuk pelatihan menjahit,” kata Khosun.
Di Purbalingga, Ida Fauziyah juga meninjau pelaksanaan pemeriksaan kesehatan dan tes cepat bagi para pekerja lewat Gerakan Pekerja Sehat. Pemeriksaaan tes cepat, rontgen, cek darah rutin diberikan kepada 300 pekerja di Purbalingga.
Adapun pemeriksaan medical check-up paket kolesterol, asam urat, gula darah diberikan kepada 700 pekerja, serta pemberian bantuan masker sebanyak 1.000 lembar. ”Deg-degan ini ikut tes cepat karena baru kali ini. Semoga hasilnya baik,” kata Arif Mugi (24), pekerja di salah satu perusahaan pembuat rambut palsu.
Arif menyampaikan, selama pandemi, ia harus menjalani sistem kerja secara sif dengan masuk secara bergantian setiap hari. Akibatnya, gajinya yang sekitar Rp 1,3 juta berkurang 20-30 persen. ”Misalnya Senin masuk, Selasa libur, Rabu masuk lagi. Begitu seterusnya,” katanya.