Universitas Airlangga Siap Menjelaskan Temuan Obat Covid-19
Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur, menunggu diskusi dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan terkait izin produksi atas temuan obat Covid-19 bekerja sama dengan TNI Angkatan Darat dan Badan Intelijen Negara.
Oleh
AMBROSIUS HARTO DAN AGNES SWETTA PANDIA
·2 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur, menanti pembahasan dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan terkait izin produksi atas temuan obat Covid-19 atau penyakit yang disebabkan virus korona tipe baru. Riset obat itu dilakukan bekerja sama dengan TNI Angkatan Darat dan Badan Intelijen Negara.
”Akan diskusi dengan BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) sebelum penjelasan lebih jauh,” kata Ketua Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat Universitas Airlangga (Unair) Suko Widodo, di Surabaya, Selasa (18/8/2020).
Suko mengatakan, Unair menolak memberikan komentar apa pun terkait gelombang kritik setelah pengumuman di Jakarta bahwa tim peneliti Unair yang didukung oleh BIN dan AD mengklaim telah menemukan obat Covid-19 (Coronavirus disease 2019).
Rektor Unair Mohammad Nasih mengatakan, uji klinis obat kombinasi sudah dilaksanakan sesuai dengan protokol yang disetujui BPOM. ”Uji klinis sesuai protokol yang sudah disetujui oleh BPOM melalui PPUK (persetujuan pelaksanaan uji klinik),” katanya.
Tiga obat kombinasi tersebut meliputi Lopinavir/Ritonavir dan Azithromycin, Lopinavir/Ritonavir dan Doxycycline, serta Hydrochloroquine dan Azithromyci.
”Awalnya ada lima kombinasi, kemudian ada saran untuk mengambil tiga kombinasi terbaik yang dampaknya paling besar. Akhirnya kami mengambil tiga tersebut karena efektivitasnya mencapai 98 persen dan kami lakukan uji klinis dengan mengujinya secara acak di lapangan,” ujar Nasih.
Uji klinis sesuai dengan protokol yang sudah disetujui oleh BPOM melalui PPUK (persetujuan pelaksanaan uji klinik).
Dalam melaksanakan uji klinis, tim peneliti Unair tidak hanya melakukan pada satu pihak dan satu tempat saja, tetapi ada di 13 lokasi. Ada 754 subyek uji klinis di pasien dengan gejala ringan hingga berat tanpa pemakaian ventilator.
”Kami sudah diminta oleh Kimia Farma dan Lembaga Biologi TNI AD untuk menjelaskan petunjuk teknis dalam memproduksi obat kombinasi tersebut. Jadi, kami berharap kepada BPOM untuk dapat memperlancar izin produksi obat tersebut,” ucapnya.
Sementara peneliti obat kombinasi dari Unair, Purwati, belum memberikan keterangan kepada Kompas. Pesan Whatsapp yang dikirim sejak beberapa hari lalu tidak mendapatkan tanggapan dari peneliti sel punca tersebut.