Uji Coba Sekolah Tatap Muka Mulai Berjalan di Kota Malang
Uji coba sekolah tatap muka secara resmi mulai berjalan di Kota Malang, Jawa Timur, Selasa (18/8/2020). Uji coba dengan protokol kesehatan itu sudah berdasar persetujuan orangtua siswa.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·4 menit baca
MALANG, KOMPAS — Uji coba sekolah tatap muka secara resmi mulai berjalan di Kota Malang, Jawa Timur, Selasa (18/8/2020). Uji coba dengan protokol kesehatan itu sudah berdasar persetujuan orangtua siswa.
Uji coba sekolah tatap muka mulai berlangsung secara resmi di SMAN 2 Malang pada Selasa. Uji coba secara resmi itu berdasarkan surat dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Dalam sekolah tatap muka langsung di SMAN 2 Malang, 20 siswa dari kelas belajar cepat (dahulu bernama kelas akselerasi) menjalani pelajaran mulai pukul 07.00 hingga pukul 11.30. Jam belajar siswa tersebut lebih pendek karena sebelum pandemi, siswa pulang pukul 15.15.
”Ini adalah tahap uji coba resmi berdasar surat dari pemerintah. Tapi sebelumnya, sekitar 2 minggu lalu, uji coba serupa sudah kami lakukan. Tentu ini semua berdasarkan persetujuan orangtua dan tetap menaati protokol kesehatan pencegahan Covid-19,” kata Nurul Firdaus, Wakil Kepala Kurikulum SMAN 2 Malang.
Menurut Nurul, sebelumnya, sekolah sudah membuat survei untuk mengetahui persetujuan orangtua siswa. Hasil survei menyatakan, 87 persen orangtua setuju anaknya kembali belajar di sekolah. Syaratnya, protokol kesehatan diberlakukan dengan ketat.
Uji coba tersebut, menurut Nurul, akan dilakukan selama seminggu ini. Selanjutnya, mulai Senin (24/8/2020), pembelajaran tahap I akan mulai dilakukan dengan jumlah siswa masuk 25 persen dari tiap tingkat. Di SMAN 2 Malang ada 5 kelas IPA, 4 IPS, dan 1 kelas bahasa. Total siswa adalah 985 siswa. Jika sedang mengikuti mata pelajaran umum, siswa akan belajar di aula sekolah.
Model pembelajarannya siswa masuk sekolah dengan digilir berdasarkan nomor absen ganjil-genap. Jika saat itu siswa nomor absen ganjil masuk, siswa nomor absen genap tetap menjalani sekolah daring. Mereka akan menjalani sekolah daring bersama dengan siswa yang orangtuanya tidak setuju anaknya masuk sekolah.
”Jadi kami memiliki platform pembelajaran e-learning untuk mewadahi siswa yang sekolah daring. Bisa juga dengan pembelajaran melalui Youtube,” kata Nurul.
Jika pembelajaran tahap I berhasil, menurut Nurul, sekolah akan mulai menjalankan skenario pembelajaran tahap II. ”Nanti setelah tahap I berjalan seminggu, akan kami evaluasi lagi untuk menentukan tahap II. Tahap II, menurut rencana, jumlah siswa masuk adalah 50 persen per tingkat (kelas). Ada empat tahap masuk sekolah sudah kami rencanakan. Tahap keempat adalah jumlah semua siswa setengah dari keseluruhan tingkat,” kata Nurul.
Nurul mengatakan, kesiapan sekolah membuat model pembelajaran tersebut sudah dilakukan sejak tahun ajaran baru Juli 2020.
Menanggapi sekolah tatap muka langsung tersebut, Elsyahfira Diva Tania (15), siswa kelas II SMAN 2 Malang, mengaku pembelajaran tatap muka langsung lebih efektif karena lebih interaktif. ”Jika sekolah langsung, kami bisa bertanya langsung kepada guru jika tidak mengerti. Tapi jika sekolah daring, kadang pertanyaan kami tidak direspons karena mungkin guru melayani banyak kelas,” katanya.
Jika sekolah langsung, kami bisa bertanya langsung kepada guru jika tidak mengerti. Tapi jika sekolah daring, kadang pertanyaan kami tidak direspons karena mungkin guru melayani banyak kelas.
Diva mengaku, sebelum masuk sekolah, orangtuanya menandatangani surat persetujuan masuk sekolah dengan melampirkan surat keterangan sehat miliknya. ”Saya di sekolah pun selesai sekolah langsung pulang dan mandi. Di sekolah mengenakan masker. Ya, memang tetap ada rasa takut atas pandemi ini. Tapi selama kami melakukannya sesuai prosedur, saya berharap semua baik-baik saja,” kata Diva.
SMAN 2 Malang selama ini oleh Satgas Penanganan Covid-19 Kota Malang disebut sebagai sekolah tangguh. Selain menerapkan pembelajaran dengan protokol kesehatan, misalnya tempat duduk berjarak, siswa juga mengenakan masker dan tudung muka, serta ada dokter jaga di ruang unit kesehatan sekolah (UKS). Selain itu, sekolah juga memiliki sudut taman berisi tanaman obat keluarga (toga) serta siswa sudah mampu mengolah toga tersebut sebagai minuman herbal.
Sebelumnya, Pemkot Malang tampak juga mendorong sekolah di bawah kewenangannya untuk segera bisa melakukan uji coba serupa. Syaratnya, sekolah menerapkan protokol kesehatan penanganan Covid-19 dengan baik serta memiliki fasilitas kesehatan mendukung.
Adapun hingga Selasa (18/8/2020), jumlah pasien terkonfirmasi positif di Kota Malang total 1.017 orang. Jumlah itu termasuk penambahan 18 orang terkonfirmasi positif (17 masuk kategori pemantauan dan 1 orang meninggal dunia). Sementara jumlah pasien dalam pantauan 370 orang.