Produktivitas Tertinggi di Indonesia, Jateng Suplai Beras ke Daerah lain
Jawa Tengah mendapat penghargaan sebagai daerah dengan produksi beras tertinggi se-Indonesia. Dengan surplus 2,3 juta ton, Jateng mampu menyuplai beras ke sejumlah daerah, seperti Jakarta, Kalsel, Kaltim, dan Kalteng.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
SLAWI, KOMPAS — Provinsi Jawa Tengah mendapatkan penghargaan sebagai daerah dengan tingkat produktivitas beras tertinggi di Indonesia. Daerah ini memproduksi 5,5 juta ton beras pada 2019 dari luasan lahan panen 1,67 juta hektar. Dengan surplus sekitar 2,3 juta ton, Jateng mampu menyuplai beras ke daerah-daerah lain.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyerahkan penghargaan tersebut dalam perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI, Senin (17/8/2020). Jateng dinilai sebagai daerah paling produktif karena mampu menghasilkan volume gabah kering giling (GKG) yang tinggi sepanjang 2019.
Dengan lahan panen seluas 1,67 juta hektar (ha), Jateng menghasilkan gabah kering giling (GKG) 9,6 juta ton atau setara dengan 5,5 juta ton beras. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan Jawa Timur yang menghasilkan 9,5 juta ton GKG atau setara dengan 5,4 juta ton beras. Padahal, luas lahan panen Jatim lebih tinggi daripada Jateng, yakni, 1,7 juta hektar.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Jateng Suryo Banendro mengatakan, kebutuhan beras di Jateng pada 2019 sekitar 269.000 ton per bulan atau sekitar 3,2 juta ton beras per tahun. Dengan produksi 5,5 juta ton beras, ada surplus sekitar 2,3 juta ton.
”Dengan surplus itu, Jateng mampu menyuplai beras ke daerah lain, seperti DKI Jakarta, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Tengah,” kata Suryo dalam keterangannya, Senin (18/8/2020).
Dengan surplus itu, Jateng mampu menyuplai beras ke daerah lain, seperti DKI Jakarta, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Tengah. (Suryo Banendro)
Suryo menuturkan, untuk menggenjot produksi padi, pihaknya memberikan berbagai bantuan dan program, antara lain pembasmian hama wereng dan tikus, mengupayakan percepatan tanam dan pemberian bantuan pompa air, serta menyediakan mesin pemanen (combine harvester). Penyediaan mesin pemanen diperlukan untuk mempercepat proses panen. Dengan begitu, lahan bisa segera dipersiapkan untuk ditanami kembali.
Guna meningkatkan jaring pengaman di sektor pertanian, Pemerintah Provinsi Jateng juga menyiapkan Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) untuk 35.000 ha sawah yang puso. Dana tersebut bersumber dari APBD Jateng. Sejumlah petani yang sawahnya puso akan mendapat bantuan Rp 6 juta per hektar.
Di Kabupaten Tegal, upaya mendongkrak jumlah produksi beras dilakukan dengan menjaga suplai air. Untuk menjaga ketersediaan air, dinas pertanian dan ketahanan pangan setempat memanfaatkan sumur-sumur pompa.
”Di Kecamatan Pagerbarang dan Kecamatan Dukuhwaru, misalnya, kami memanfaatkan sumur-sumur pompa untuk menjaga suplai air. Hasilnya, daerah itu bisa panen padi hingga tiga kali dalam satu tahun dengan produktivitas mencapai 8 ton per hektar,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tegal Toto Subandriyo.
Toto mengatakan, Kabupaten Tegal juga termasuk daerah surplus beras. Rata-rata kebutuhan beras di Kabupaten Tegal 392 ton per bulan. Adapun ketersediaan beras di daerah itu 42.000 ton per Agustus 2020.
Menurut Toto, Kabupaten Tegal juga menjadi daerah penyuplai beras ke daerah lain di Jateng, seperti Kabupaten Demak dan Kabupaten Batang.
Kartu tani akan terus dioptimalkan untuk pengembangan dan kemajuan pertanian Jateng. (Ganjar Pranowo)
Dalam keterangannya, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo berterima kasih kepada para petani, penyuluh pertanian, pendamping, dan dinas pertanian di semua kabupaten/kota atas kerja keras menjadikan Jateng daerah dengan tingkat produksi beras tertinggi di Indonesia. Selanjutnya, Ganjar berjanji akan mengoptimalkan kartu tani.
”Kami sudah belajar banyak dari kartu tani. Maka, kartu tani akan terus dioptimalkan untuk pengembangan dan kemajuan pertanian Jateng,” tutur Ganjar.