Jumlah dan Keberadaan Laboratorium PCR di Jawa Barat Belum Ideal
Jejaring laboratorium saling berkoordinasi dalam upaya pemeriksaan Covid-19 di Jabar. Pemenuhan laboratorium jejaring hingga ke tingkat kabupaten dan kota dilakukan untuk memenuhi standar Badan Kesehatan Dunia.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Jumlah dan keberadaan laboratorium pemeriksaan sampel terkait Covid-19 dengan metode reaksi berantai polimerase di Jawa Barat belum ideal. Masih banyak berada di kota-kota besar, pemerataan laboratorium sangat diperlukan saat mobilitas masyarakat kian tinggi saat pandemi masih terjadi.
Hingga awal Agustus 2020, Jawa Barat baru memiliki 28 laboratorium jejaring di daerah-daerah. Kepala UPTD Laboratorium Kesehatan Daerah Jawa Barat Ema Rahmawati mengatakan, total kemampuan pemeriksaan spesimen bermetode reaksi berantai polimerase (PCR) mencapai 6.000 sampel per hari.
Akan tetapi, kata Ema, laboratorium itu belum tersebar di setiap kabupaten atau kota di Jabar. Tidak semua daerah memiliki infrastruktur laboratorium yang sesuai dengan standar pemerintah pusat.
Saat ini, daerah yang sudah memiliki laboratorium ideal di antaranya Kota Bandung, Bekasi, Bogor, Cirebon, dan Kota Cimahi. Sementara yang masih terus menyiapkan infrastruktur ideal adalah Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Sukabumi, dan Kota Sukabumi.
”Kami mendorong dan mendukung jejaring laboratorium berada di setiap kabupatan dan kota di Jabar. Selama ini, sebaran laboraotorium hanya terpusat di kota besar. Dalam masa adaptasi kebiasaan baru (AKB), terjadi peningkatan mobilitas warga yang rentan memicu kasus Covid-19 di daerah-daerah,” tuturnya.
Data Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jabar pada Selasa, pukul 17.00 mencatat, jumlah total kasus positif di Jabar mencapai 8.640 kasus. Peningkatan rata-rata dalam 7 hari mencapai 135 pasien yang tersebar di daerah-daerah di Jabar.
Tidak hanya itu, pemenuhan laboratorium jejaring hingga ke tingkat kabupaten dan kota dilakukan untuk memenuhi standar Badan Kesehatan Dunia (WHO), setidaknya 1 persen dari total populasi. Artinya, dari total jumlah penduduk 50 juta, Jabar harus melaksanakan pemeriksaan PCR bagi setidaknya 500.000 warganya.
Hingga Selasa, pemeriksaan PCR di Jabar baru dilakukan untuk 191.689 spesimen. Ema menuturkan, untuk mencapai standar minimal, Jabar harus memiliki kemampuan hingga 7.134 pemeriksaan per hari.
”Kami memiliki kemampuan 1.500-2.000 pemeriksaan per hari. Spesimen ini berasal pasien prioritas atau daerah-daerah yang belum memiliki laboratorium kesehatan. Laboratorium jejaring yang sudah mencapai kapasitas maksimal juga bisa diperiksa di laboratorium lainnya. Seperti itulah cara kerja Laboratorium jejaring ini,” paparnya.
Hingga Selasa, pemeriksaan PCR di Jabar baru dilakukan untuk 191.689 spesimen. Untuk mencapai standar minimal, Jabar harus memiliki kemampuan hingga 7.134 pemeriksaan per hari.
Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar Daud Achmad menuturkan, kemampuan laboratorium dibutuhkan untuk memutus mata rantai persebaran Covid-19 di Jabar. Apalagi, dalam kondisi AKB, dia melihat warga Jabar cenderung beraktivitas tanpa menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
”Yang jelas, jika lebih banyak laboratorium, mesin PCR serta sumber daya yang memadai, pemeriksaan, pelacakan, dan isolasi dapat dilakukan lebih banyak dan cepat. Tes yang banyak tentunya berdampak pada angka positif yang bisa meningkat,” tuturnya.