Aktivitas Sesar Meningkat, Buton Utara Diguncang Tiga Kali Gempa
Tiga gempa dengan kekuatan hingga M 4,6 mengguncang Kabupaten Buton Utara, Sulawesi Tenggara, Selasa (18/8/2020).
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Tiga gempa dengan kekuatan hingga M 4,6 mengguncang Kabupaten Buton Utara, Sulawesi Tenggara, Selasa (18/8/2020). Gempa yang terus terjadi diakibatkan meningkatnya aktivitas Sesar Buton di wilayah tersebut. Masyarakat diharapkan tidak panik, tapi tetap waspada.
”Hari ini memang ada tiga kali gempa di wilayah Buton Utara. Yang terakhir malam ini pukul 20.28 Wita dengan magnitudo 3,4 di kedalaman 10 kilometer. Gempa ini dirasakan dengan kekuatan II MMI di wilayah Maligano. Sejauh ini belum ada laporan kerusakan yang terjadi dan tidak ada ancaman tsunami,” kata Kepala Stasiun Geofisika Kendari Rosa Amalia, di Kendari, Sultra, Selasa malam.
Guncangan gempa yang cukup besar, tutur Rosa, terjadi pada Selasa dini hari dengan magnitudo 4,6. Guncangan dirasakan pada skala III MMI. Setelah itu, pada siang hari, gempa kedua terjadi dengan magnitudo 2,9. Masyarakat merasakan guncangan kecil dengan benda-benda bergoyang.
Menurut Rosa, tiga gempa yang terjadi dalam satu hari ini akibat adanya peningkatan aktivitas dari Sesar Buton segmen B. Sesar ini terbagi menjadi dua, yaitu segmen A sepanjang 60 kilometer di Pulau Muna dan segmen B sepanjang 29 km di Pulau Buton.
”Gempa hari ini terjadi di lokasi yang relatif sama. Dengan memperhatikan lokasi episentrum dan kedalaman hiposentrum, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas Sesar Buton segmen B di barat laut Buranga,” katanya.
Sejak awal Juli, Rosa melanjutkan, pihaknya memang sudah mencatat ada peningkatan aktivitas di sesar tersebut. Total ada tujuh kali gempa pada Juli, enam di antaranya dirasakan masyarakat. Sesar Buton ini sesar lokal yang berada di daratan dua pulau tersebut.
Oleh karena itu, ucap Rosa, ia mengharapkan agar masyarakat tetap tenang dan tidak terpengaruh informasi-informasi yang tidak jelas sumbernya. Selain itu, agar masyarakat tetap bersiap diri dengan mengetahui mitigasi dasar.
Di Sultra, terdapat sejumlah sesar aktif, di antaranya Sesar Buton, Sesar Naik-Tolo, Sesar Kendari, Sesar Tolo, dan Sesar Lawanopo. Sesar Buton termasuk yang cukup aktif, ditandai dengan guncangan gempa yang terjadi beberapa kali di wilayah ini.
Pada 14 Oktober 2013, gempa dengan kekuatan M 4,6 mengguncang Buton sehingga membuat sekitar 300 rumah rusak dan ribuan warga mengungsi. Kala itu, dampak gempa paling terasa di Kecamatan Batauga yang menjadi titik pusat gempa.
Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono, dalam artikel di Kompas, Selasa (2/10/2018), menulis, blok Sulawesi bagian timur relatif bergerak ke utara dan blok barat relatif bergerak ke selatan. Kondisi ini membuat terakumulasinya medan tegangan kerak bumi di sepanjang jalur sesar.
Secara tektonik, sesar Palu-Koro di Sulawesi Tengah terbentuk sebagai reaksi terhadap tekanan yang timbul dari benturan dengan benua kecil (mikrokontinen) Banggai-Sula yang bergerak merangsek ke arah barat di mana Pulau Sulawesi berada. Dorongan Banggai-Sula ini menjadi pembangkit utama aktifnya sistem sesar regional di wilayah ini.
Daryono mengungkapkan, Banggai-Sula begitu aktif menekan Sulawesi karena dua sebab. Pertama, akibat adanya pemekaran Laut Banda ke arah barat laut dan tenggara sehingga mendorong Buton dan Banggai bergerak ke arah barat. Kedua, pergerakan Banggai-Sula juga dipengaruhi oleh dorongan lempeng Laut Filipina ke arah barat yang dimanifestasikan dengan keberadaan sesar besar Sorong-Sula.