Spirit Pantang Menyerah pada Perayaan HUT RI di Semarang
Semangat pantang menyerah antara lain terlihat di Desa Wisata Kandri, Semarang. Sekitar 50 orang mengikuti upacara HUT ke-75 RI dengan penuh semangat. Meski pariwisata belum pulih, semangat mereka tak pernah padam.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·2 menit baca
SEMARANG, KOMPAS - Sejumlah warga di Kota Semarang, Jawa Tengah, menolak menyerah meski pandemi Covid-19 belum berakhir. Spirit itu didengungkan seiring peringatan HUT ke-75 Republik Indonesia di Kota Lumpia tersebut, Senin (17/8/2020).
Semangat itu, antara lain terlihat di Desa Wisata Kandri, Kelurahan Kandri, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang. Sekitar 50 orang mengikuti upacara HUT ke-75 RI dengan penuh semangat. Mereka memakai pakaian tradisional dan tak beralas kaki.
Pada upacara peringatan tersebut, mereka juga turut menyanyikan Indonesia Raya 3 stanza. "Tahun ini, kami angkat Indonesia Raya 3 Stanza yang ditulis WR Supratman. Agar yang belum tahu biar tahu, dan yang sudah tahu tetap ingat," kata Sekretaris Kelompok Sadar Wisata Pandandaran, Masduki.
Selain tema tersebut, spirit pantang menyerah seperti yang ditunjukkan para pejuang dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia pun diangkat. Hal tersebut relevan dengan kondisi pandemi Covid-19 saat ini. Masyarakat tak boleh menyerah.
"Kami terus berharap desa wisata ini tetap berjalan. Sejak 6 Agustus lalu, kami dapat rekomendasi dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang untuk boleh menerima tamu kembali. Protokol kesehatan kami pastikan diterapkan," kata Masduki.
Spirit pantang menyerah seperti yang ditunjukkan para pejuang dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia relevan dengan kondisi pandemi Covid-19 saat ini. Masyarakat tak boleh menyerah.
Menurutnya, cairan antiseptik, tempat cuci tangan dengan sabun, serta thermo gun disediakan di setiap homestay di Kandri. Sejak dibuka pada 6 Agustus lalu, setidaknya sudah ada rencana empat kunjungan ke desa wisata tersebut.
Desa Wisata Kandri sendiri menawarkan sejumlah paket wisata edukasi seperti bertani, memasak produk hasil pertanian, dan membuat kerajinan tangan. "Juga ada paket budaya. Kami ajari bagaimana menari dan menyanyi tradisional. Kami asli Kandri, asli Kota Semarang, dan asli Indonesia. Kebudayaan ini kami tonjolkan untuk dirawat bersama," katanya.
Nurlintang Bening Pramesti (23), warga Kandri yang juga mahasiswi Universitas Negeri Semarang, mengatakan, para pemuda dituntut kreatif dan inovatif di tengah pandemi Covid-19. Ini menjadi tantangan sekaligus ujian bagi para penerus Bangsa.
Menurut dia, sudah menjadi harapan semua orang untuk melewati masa pandemi Covid-19 dengan baik, agar bisa kembali hidup normal. "Namun, tak boleh menyerah. Selain itu, anak muda juga mesti merawat dan melestarikan budaya agar tidak luntur," ucapnya.
Secara terpisah, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo juga menekankan pentingnya menjaga spirit pantang menyerah. Ia terinspirasi dari mbah Padmo (70), warga Dusun Girpasang, Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, yang tak pernah mengeluh meski tempat tinggalnya di lereng Gunung Merapi itu amat terpencil.
Ganjar berkunjung rumah mbah Padmo beberapa waktu lalu. "Spirit jangan mengeluh itu harus selalu ada di dada kita. Seberat apapun kehidupan, termasuk saat pandemi, kita harus teguhkan tekad. Spirit yang dimiliki mbah Padmo cerminan itu semua," ujarnya.
Ia menambahkan, marah dan menyerah tak akan menghasilkan apa-apa. Sebaliknya, seluruh masyarakat mesti menerima pandemi Covid-19 ini sebagai cobaan. Kemudian, sebagai bangsa dan individu mesti mengambil sikap, termasuk untuk saling tolong menolong dan memperluas jejaring.