Pekik Merdeka Menggema dari Tengah Laut hingga Perbukitan di Lombok
Pandemi tak menghilangkan semangat masyarakat Lombok memeringati HUT Ke-75 RI. Mereka rela berlayar ke tengah laut hingga bersepeda ke atas bukit untuk menunjukkan rasa cinta dan bangga terhadap negeri.
Perayaan Hari Kemerdekaan Ke-75 Republik Indonesia di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, Senin (17/8/2020), diperingati dengan penuh semangat meski pada masa pandemi. Pekik merdeka menggema di puncak bukit hingga tengah lautan.
Jarum jam menunjukkan pukul 09.15 Wita ketika pengeras suara dari Kapal Motor Handayani 04 dihidupkan. Suara Kepala Cabang Dinas (KCD) Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Lombok Barat-Mataram Sahnan memberi aba-aba untuk berangkat.
Tak menunggu lama, sekitar 14 kapal terdiri dari dua kapal besar dan 12 kapal kecil bergerak meninggalkan Pelabuhan Dermaga Tawun, Sekotong, Lombok Barat, sekitar 42 kilometer barat daya Mataram, ibu kota Nusa Tenggara Barat (NTB).
Semua penumpang yang terdiri dari jajaran Dikbud NTB, KCD Dikbud Lobar-Mataram, pelajar dari sepuluh sekolah menengah kejuruan (SMK) dan atas (SMA), satu SMK dari Lombok Timur, dan nelayan, terlihat semangat.
Baca juga: Foto-foto Peringatan HUT Ke-75 RI di Perairan Sekotong
Sebagian besar mengenakan pakaian putih. Rombongan pria menambahkan sapuk, atau ikat kepala tradisional Sasak. Tak lupa, mereka juga memakai masker berwarna merah putih, senada dengan bendera merah putih yang berkibar di atas kapal yang mereka tumpangi.
Sekitar lima belas menit berselang, saat rombongan berada di antara Gili (pulau kecil) Sudak dan Gili Kendis, kembali terdengar arahan dari Sahnan. ”Semua kapal berhenti dan segera atur formasi!” kata Sahnan.
Tak lupa, mereka juga memakai masker berwarna merah putih, senada dengan bendera merah putih yang berkibar di atas kapal yang mereka tumpangi.
Selanjutnya, kapal latih Jaya Bahari milik SMK Negeri 1 Lembar yang akan menjadi lokasi pengibaran bendera diminta berada di tengah formasi. Posisi kapal itu berada sekitar 10 meter dari KM Handayani 04, tempat inspektur dan komandan upacara dan puluhan peserta upacara.
Kemudian, kapal-kapal lain, pada posisi dan jarak yang telah ditentukan, membentuk setengah lingkaran. Sekitar pukul 10.00 Wita, sirene penanda detik-detik proklamasi pun terdengar.
Baca juga: Peringatan HUT Ke-75 di Istana Negara dari Televisi
Suara sirene itu menandai dimulainya upacara peringatan detik-detik proklamasi kemerdekaan Indonesia atau Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-75 Republik Indonesia. Setelah laporan, semua peserta menghadap ke Kapal latih Jaya Bahari.
Tiga petugas pengibar bendera, yakni Muhammad Fathul Azis (19), Muhammad Khariul Rizki (19), dan Muhammad Yasir Arafat (19), terlihat bersiap. Saat salah satu dari mereka berteriak, ”Bendera siap”, komandan upacara pun memerintahkan semua peserta untuk memberi hormat.
Hampir 100 orang yang mengikuti upacara itu terlihat khidmat, larut dalam penghormatan pada Sang Merah Putih.
Lagu ”Indonesia Raya” dari kapal latih Jaya Bahari kemudian mengalun pelan. Terdengar bersamaan dengan deru angin dan empasan gelombang laut yang menggoyangkan kapal. Hampir 100 orang yang mengikuti upacara itu terlihat khidmat, larut dalam penghormatan pada Sang Merah Putih.
Kekhidmatan peserta kembali terasa saat mengheningkan cipta, pembacaan teks Proklamasi, dan pembacaan Pancasila. Seusai upacara, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTB Aidy Furqan mengajak semua peserta untuk meneriakkan pekik ”merdeka” sambil mengepalkan tangan kanan ke udara. Di bagian akhir, mereka pun bersama-sama bertepuk tangan dengan penuh kegembiraan.
Baca juga: Spirit Pantang Menyerah pada Perayaan HUT RI di Semarang
Puncak bukit
Suasana khidmat peringatan HUT Ke-75 RI juga terasa di Bukit Cacing, Dusun Medas Bentaur, Desa Tamansari, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat. Di atas bukit yang berada sekitar 52 kilometer timur laut Sekotong itu, para pesepeda yang tergabung dalam komunitas sepeda Mountain Bike Lombok menggelar upacara sederhana.
Sebelumnya, mereka bersepeda bersama dari Kota Mataram dan sekitarnya menuju Bukit Cacing. Begitu sampai di bukit dengan ketinggian 700 meter di atas permukaan laut itu, mereka memulai upacara.
”Para peserta gowes bersemangat saat upacara. Meski dilakukan dengan cara sederhana, prosesi upacara tetap berlangsung khidmat,” tutur Ahmad Syuyuti (47), salah satu anggota komunitas MTB Lombok.
Semua peserta yang berdiri sambil memegang sepeda pada jarak yang telah diatur terlihat penuh takzim saat pembacaan teks proklamasi, menyanyikan lagu kebangsaan, hingga penghormatan pada merah putih.
”Upacara kami gelar sebagai bentuk penghormatan dan mengenang jasa para pahlawan. Juga rasa syukur dan untuk memperingati HUT Ke-75 RI,” kata Syuyuti yang sehari-hari menjadi aparatur sipil negara di lingkungan Pemerintah Provinsi NTB.
Menghadapi Covid-19
Tahun ini, peringatan HUT Ke-75 RI dilaksanakan masyarakat dalam bayang-bayang pandemi Covid-19. Oleh karena itu, penerapan protokol kesehatan menjadi bagian tak terpisahkan dari setiap momen peringatan kemerdekaan.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTB Aidy Furqan mengatakan, pandemi membuat peringatan HUT Ke-75 RI saat ini sangat terbatas, baik di lingkungan kantor maupun sekolah. Namun, masyarakat tidak boleh bersedih.
Baca juga: PTPN IV Gelar Peringatan HUT Ke-75 RI secara Virtual
”Kita tidak boleh kehilangan motivasi untuk mencintai Indonesia, untuk bangga pada Indonesia, termasuk menghargai jasa para pahlawan kusuma bangsa yang telah memberikan kemerdekaan pada 17 Agustus 29145,” kata Aidy.
Menurut Aidy, di tengah pandemi, peringatan HUT Ke-75 RI harus dimaknai sebagai momen bagi dunia pendidikan untuk berdamai dengan Covid-19.
”Upacara kali ini juga untuk menunjukkan bawa kita tidak boleh ketakutan secara berlebihan. Oleh karena itu, berbagai upaya akan kami lakukan untuk mendorong guru, pengawas, dan siswa agar tetap semangat menjalankan tugas dan fungsi walau saat ini tengah diuji,” kata Aidy.
Kita tidak boleh kehilangan motivasi untuk mencintai Indonesia, untuk bangga kepada Indonesia. Termasuk menghargai jasa para pahlawan kusuma bangsa yang telah memberikan kemerdekaan.
Hudi Ertanto (48), anggota komunitas MTB Lombok yang lain menuturkan, peringatan HUT Ke-75 RI menjadi momen bagi semua elemen bangsa untuk menggelorakan semangat merdeka dari cengkeraman pandemi Covid-19.
”Untuk pertama kalinya sepanjang sejarah Indonesia merdeka, peringatan HUT Ke-75 kemerdekaan harus dirayakan dengan cara berbeda karena faktor pandemi. Tetapi, perbedaan cara itu hendaknya tidak mengurangi semangat semua elemen masyarakat untuk menghayati makna dan tujuan perjuangan para pahlawan bangsa dalam mewujudkan kemerdekaan,” kata Hudi.
Baca juga: Upacara di Tengah Situ 7 Muara
Menurut Hudi, jika dulu para pejuang berperang mengusir penjajah, generasi bangsa saat ini harus berjuang memerangi pandemi Covid-19. Tentunya dengan menerapkan dan mematuhi protokol kesehatan.
”Terbukti pandemi Covid-19 ini tidak hanya merusak, tetapi juga merampas kebebasan semua orang. Segala sesuatu dibatasi. Namun, kondisi ini tidak bisa diperangi dengan senjata, melainkan akal sehat manusia dengan mematuhi dan menerapkan disiplin protokol kesehatan Covid-19,” kata Hudi yang menjadi pekerja lepas atau freelance itu.
Pariwisata
Menurut Aidy, pelaksanaan upacara di tengah laut sekaligus bentuk apresiasi mereka kepada para guru dan siswa, terutama sekolah kejuruan yang mengelola program kemaritiman. Ini kesempatan mereka untuk tampil dan mendapat tempat.
”Ini sekaligus bentuk sosialisasi terkait pendidikan kepada masyarakat. Mungkin masih banyak yang belum mampu mengenyam pendidikan menengah. Jadi, setelah ini, akan ada diskusi dengan jajaran kami dan masyarakat terkait itu. Tidak hanya di Sekotong, tetapi juga di daerah lain di NTB,” kata Aidy.
Fifi Nurkhalis, guru SMKN 1 Lembar, mengatakan, tidak hanya guru, para pelajar sangat menikmati keterlibatan mereka dalam upacara di tengah laut itu.
Lokasi kawasan Sekotong dipilih sebagai tempat upacara sekaligus sebagai promosi pariwisata. Apalagi sektor pariwisata sangat berdampak bagi masyarakat setempat.
”Ya, benar-benar antusias. Apalagi para siswa sudah hampir lima bulan berada di rumah, mengikuti belajar mengajar secara daring. Jadi, kesempatan ikut dan berkegiatan di luar ini bisa memberi kebahagiaan dan menguatkan imunitas mereka saat pandemi,” kata Fifi.
Kepala Bidang Kebudayaan Dikbud NTB Fairuz Abadi menambahkan, mereka mengambil lokasi kawasan Sekotong sekaligus promosi pariwisata. Apalagi sektor pariwisata sangat berdampak bagi masyarakat setempat.
Kawasan Sekotong, khususnya Gili Sudak, Gili Kendis, dan Gili Nanggu, selama ini menjadi favorit wisatawan. Namun, sejak dilanda pandemi, pegiat wisata setempat terpukul. Menurut Ketua Pengelola Perahu Wisata di Pelabuhan Tawun Budiman, mereka sangat terdampak.
”Oleh karena itu, kegiatan-kegiatan seperti ini sangat membantu. Kami berharap ke depan ada event-event serupa sehingga aktivitas pariwisata di sini kembali menggeliat,” kata Budiman.
Semangat mempromosikan wisata di tengah pandemi juga yang dibawa komunitas MTB Lombok. Menurut Syuyuti, Bukit Cacing bisa berpotensi menjadi salah satu lokasi wisata olahraga yang bisa digalakkan pemerintah pusat dan NTB.
Pandemi memang membuat gerak semua warga terbatas. Namun, hal itu tak boleh menjadi halangan untuk terus sama-sama berjuang meneruskan perjuangan pahlawan yang telah memberi kemerdekaan. Kini, pekik merdeka mesti diteriakkan bersama, dalam satu napas, untuk berkarya dan memerangi pagebluk, salah satunya dengan terus menaati protokol kesehatan. Merdeka!
Baca juga: Asa Kebangkitan Pariwisata NTB