Ancaman Covid-19 dari Pelaku Perjalanan untuk Palu Masih Tinggi
Kasus Covid-19 di Palu, Sulawesi Tengah, muncul lagi seminggu terakhir setelah hampir dua bulan tak ada tambahan kasus baru. Deteksi dari awal di pos-pos masuk tetap diperlukan. Namun, penegakan protokol juga perlu.
Oleh
VIDELIS JEMALI
·4 menit baca
PALU, KOMPAS - Kasus baru Covid-19 di Kota Palu, Sulewesi Tengah, dalam dua bulan terakhir tak meningkat signifikan. Terhitung enam kasus dilaporkan dalam seminggu terakhir yang berasal dari pelaku perjalanan. Dengan posisi “dikepung” daerah-daerah di Sulawesi yang kasusnya masih tinggi, ancaman penularan di Palu perlu terus diwaspadai.
Enam kasus terbaru dilaporkan dalam seminggu terakhir. Mereka yang terkonfirmasi positif Covid-19 tersebut memiliki riwayat perjalanan dari luar daerah Sulteng, terbanyak dari Makassar, Sulawesi Selatan. Dari enam orang tersebut, dua orang sudah sembuh, tiga orang lainnya dirawat di dua rumah sakit di Palu, satu orang menjalani isolasi mandiri di rumah.
“Semua orang harus tetap waspada terhadap penyebaran Covid-19. Kota Palu posisinya terbuka terhadap daerah di Pulau Sulawesi yang tambahan kasusnya masih tinggi. Ini sangat berpengaruh ke Palu karena mobilitas orang-orang dari berbagai daerah itu sudah tinggi,” kata Wali Kota Palu Hidayat sesuai upacara bendera dalam rangka Peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-75 di Palu, Sulteng, Senin (17/8/2020). Upacara bendera tersebut dilaksanakan dengan peserta terbatas. Semua peserta memakai masker.
Daerah-daerah yang terhubung dengan Palu dan Sulteng pada umumnya yang hingga saat ini kasusn penularan Covid-19 masih tinggi adalah Makassar, Sulawesi Selatan, Gorontalo (Gorontalo), Kendari (Sulawesi Tenggara), Mamuju (Sulawesi Barat), Manado (Sulawesi Utara).
Semua orang harus tetap waspada terhadap penyebaran Covid-19. Kota Palu posisinya terbuka terhadap daerah di Pulau Sulawesi yang tambahan kasusnya masih tinggi. Ini sangat berpengaruh ke Palu karena mobilitas orang-orang dari berbagai daerah itu sudah tinggi (Hidayat)
Makassar, misalnya, masih berstatus zona merah dengan kasus konfirmasi 6.295 kasus atau separuh lebih dari total kasus konfirmasi di Sulawesi Selatan yang sebanyak 10.886 merujuk data per 16 Agustus pada laman infocorona.makassar.go.id.
Untuk mendeteksi lebih dini kasus, kata Hidayat, pos pengawasan kesehatan di tiga titik jalan utama di Kota Palu masih diaktifkan. Pos bertujuan untuk memeriksa kelengkapan dokumen perjalanan yang dibawa pelaku perjalanan, seperti keterangan hasil nonreaktif dari tes cepat, pengukuran suhu badan, dan pencatatan riwayat perjalanan.
“Sampai kapan pos ini diaktifkan itu tergantung pada kemampuan anggaran. Kami tetap berupaya agar pos-pos tersebut tetap aktif. Banyak warga yang meminta agar pos-pos tersebut tetap,” ujarnya.
Pos pengawasan
Pos pengawasan tersebut didirikan pada pertengahan Maret 2020 dengan lokasi di Kecamatan Ulujadi untuk mengecek mobilitas orang dari Jalur Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. Dua pos di Kecamatan Tawaeli untuk mengecek lalu lintas orang dari Gorontalo dan Sulawesi Utara.
Di pos tersebut, orang dengan riwayat perjalanan dari luar Sulteng dicatat identitas dan nomor teleponnya untuk dipantau kalau sewaktu-waktu merasakan gejala terkait Covid-19, seperti batuk, demam tinggi, dan sesak napas mereka menghubungi petugas kesehatan. Untuk yang tak memiliki dokumen persyaratan perjalanan seperti hasil tes cepat petugas di pos menyediakan layanan tes cepat.
Hidayat menyebutkan enam kasus konfirmasi terakhir dideteksi dari pos-pos pengecekan tersebut. Dari pos itu pula petugas mengantongi delapan orang pelaku perjalanan yang memiliki gejala terkait Covid-19. Mereka untuk sementara menjalani isolasi di Pondok Perawatan di Kompleks Asrama Haji, Palu. Status mereka masih menunggu hasil pemeriksaan sampel tes usap (swab).
Secara keseluruhan, total kasus konfirmasi Covid-19 di Kota Palu 50 kasus. Dari jumlah itu, 3 orang meninggal. Sebanyak 43 orang telah sembuh. Untuk Sulteng, jumlah total ada 223 kasus dengan 7 kematian (3,13 persen). Sebanyak 197 orang atau mencapai 89 persen dinyatakan sembuh.
Kasus-kasus di Kota Palu dan Sulteng pada umumnya pada akhir Maret hingga akhir April berasal dari pelaku perjalanan. Virus lalu menyebar secara lokal (transmisi lokal), terutama di Palu dan Kabupaten Buol. Sejak akhir Mei, jumlah kasus mereda.
Penularan masih tinggi
Pelaksana tugas Direktur RSUD Anutapura, Palu, Herry Mulyadi menyatakan dengan masih tingginya penularan Covid-19 di daerah-daerah sekitar Palu dan Sulteng umumnya warga diminta untuk tak bepergian kalau memang tak mendesak. Risiko penularan dari pelaku perjalanan sangat tinggi.
Namun, tak hanya menangani di pintu masuk dan kaluar, pemerintah juga perlu tetap menegakkan kewajiban untuk menerapkan protokol pencegahan Covid-19. Di jalan-jalan, warung makan, dan warung kopi, banyak warga yang tak mengenakan masker. Warga juga berkerumun di tempat-tempat tersebut tanpa jarak yang memadai.
"Harusnya pencegahan di pintu masuk dan disiplin protokol berjalan bersamaan. Jangan sampai kita kewalahan saat kluster baru dari penularan lokal muncul," kata Idham Lapasere (40), warga Kelurahan Lolu Utara, Kecamatan Palu Timur, Kota Palu, Sulteng.