Warga Masih Antusias Merayakan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia
Meski di tengah situasi pandemi, semangat sebagian masyarakat dalam merayakan ulang tahun kemerdekaan ke-75 Republik Indonesia masih besar dengan menggelar sejumlah kegiatan, secara konvensional ataupun virtual.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Meski di tengah situasi pandemi, semangat sebagian masyarakat dalam merayakan Hari Ulang Tahun Ke-75 Republik Indonesia masih besar. Mereka menggelar sejumlah kegiatan, baik yang bersifat konvensional dengan menerapkan protokol kesehatan maupun membuat acara virtual yang diikuti warga kampung.
Warga Perumahan Chandra Kirana Regency, Desa Watugede, Kecamatan Singosari, misalnya. Minggu (16/8/2020) pagi, mereka menggelar lomba bazar antardasawisma sebagai puncak peringatan HUT RI setelah rentetan lomba yang melibatkan anak-anak sampai orang dewasa digelar satu pekan sebelumnya.
Mengambil tema ”Nusantara”, mereka membuat stan dengan lokasi berjauhan menyesuaikan kelompok dasawisma berada. Stan dirancang menarik sesuai daerah yang mereka angkat, yakni Bali, Sumatera (Padang), dan Kalimantan.
Sebagian warga kami punya usaha di masing-masing rumah. Untuk menguatkan ekonomi mereka, caranya sesama warga saling belanja tanpa harus keluar dari zona perumahan. (Yunus Sayuti)
Dalam lomba bazar ini, warga menjajakan aneka barang, mulai dari makanan, minuman, kaus, hingga kerajinan. Produk itu dibeli sendiri oleh warga setempat untuk penguatan ekonomi mereka. Di tengah bazar, juri memberikan penilaian, antara lain dari sisi menu yang disajikan dan kreativitas dalam mendekorasi stan.
Ketua RT 005/RW 001 Yunus Sayuti mengatakan, kegiatan ini tidak semata-mata hanya memperingati hari kemerdekaan RI, tetapi juga meningkatkan ekonomi masyarakat, khususnya selama pandemi. Kegiatan belanja antarwarga—yang dinamai Gerakan Belanja CKR—sendiri sudah berlangsung beberapa pekan terakhir dan saat ini semakin ditegaskan.
”Sebagian warga kami punya usaha di rumah masing-masing. Untuk menguatkan ekonomi mereka, caranya sesama warga saling belanja tanpa harus keluar dari zona perumahan,” ujarnya.
Perekonomian warga
Selain meningkatkan perekonomian warga, bazar HUT Ke-75 RI juga dilakukan untuk menjalin silaturahmi antarsesama warga perumahan. Kegiatan ini pun dilakukan secara swadaya oleh tiap-tiap kelompok dasawisma dan sebagian lainnya dibantu dana Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dalam hal fasilitas umum, seperti tenda.
Menurut Yunus, kegiatan perayaan hari kemerdekaan di wilayahnya digelar dengan memperhatikan protokol kesehatan. ”Selain penyemprotan disinfektan di pintu masuk kompleks yang dilakukan sejak awal pandemi, kami juga menyiapkan hand sanitizer dan pesertanya mengenakan masker,” katanya.
Sementara itu, warga Dusun Sumberjo, Desa Kalisongo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, tahun ini memperingati hari kemerdekaan dengan cara virtual melalui perangkat Zoom. Rencananya, acara via Zoom dilakukan Minggu malam dan diikuti warga kampung.
Penggagas kegiatan Redy Eko Prastyo mengatakan, pandemi Covid-19 membuat kegiatan yang biasanya dilakukan secara konvensional dialihkan ke bentuk virtual. Kegiatannya meliputi ruang ekspresi, salah satunya dengan pembacaan puisi.
”Jadi lebih ke kegiatan refleksi yang diformat secara virtual. Yang terlibat warga, khususnya karang taruna. Hasil akhirnya nanti di Youtube-nya televisi (TV) kampung. Di situ mereka bisa melihat hasilnya secara keseluruhan,” katanya.
Untuk mendukung kegiatan tersebut, anak muda setempat bekerja sama dengan komunitas animasi. Menurut Redy, meski secara virtual, semangat warga untuk memperingati hari kemerdekaan masih tetap tinggi.
Akademisi Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Universitas Muhammadiyah Malang, Luthfi J Kurniawan, yang dihubungi secara terpisah, mengatakan, mau tidak mau semangat masyarakat dalam menjalankan kegiatan menyambut HUT kemerdekaan RI kali ini terganggu oleh pandemi Covid-19.
”Terlepas dari hal yang paling berat dalam masa pandemi ini, adalah hak ekonomi warga. Ekonomi mereka terganggu sehingga semangat untuk berkegiatan atau melaksanakan ’ritual’ 17-an menjadi berkurang,” ujarnya. Menurut Lutfhi, kalaupun ada kegiatan, umumnya skalanya berkurang dan tidak semasif tahun-tahun sebelumnya.