Pasien Covid-19 Melonjak, RSUD Dr Acmad Mochtar Bukittinggi Kewalahan
Rumah Sakit Umum Daerah Dr Achmad Mochtar Bukittinggi, Sumatera Barat, kekurangan perawat untuk ruang isolasi Covid-19.
Oleh
YOLA SASTRA
·5 menit baca
PADANG, KOMPAS — Perawat Rumah Sakit Umum Daerah Dr Achmad Mochtar Bukittinggi, Sumatera Barat, mulai kewalahan menangani pasien Covid-19 yang melonjak sejak Idul Adha. Jumlah perawat tidak sebanding dengan jumlah pasien yang masuk rumah sakit. Rumah sakit meminta bantuan tambahan perawat untuk ruang isolasi Covid-19.
Wakil Ketua Penanggulangan Covid-19 RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi Dedi Herman, Sabtu (15/8/2020), mengatakan, sejak momen Idul Adha pada 31 Juli 2020, terutama dua minggu belakangan, pasien terkait Covid-19 yang masuk rumah sakit melonjak. Sementara itu, jumlah perawat di ruang isolasi Covid-19 tidak mencukupi.
”Pada Juni-Juli kasus kurang, jadi sebagian perawat ditarik ke bagian lain. Namun, sejak Idul Adha, pasien masuk cukup banyak. Dengan tenaga saat ini, kami mulai kewalahan,” kata Dedi ketika dihubungi dari Padang, Sabtu sore.
Menurut dia, saat ini, ada 15 pasien Covid-19 yang dirawat di RSUD Dr Achmad Mochtar. Pasien yang ditangani oleh rumah sakit ini adalah pasien dengan masalah kesehatan kategori sedang dan berat. Saat ini, ada satu pasien yang menggunakan ventilator sehingga butuh perawatan intensif.
Sementara itu, lanjut Dedi, selain jumlahnya terbatas, tidak semua pula perawat yang tersedia untuk ruang isolasi punya keahlian di bidang unit perawatan intensif atau ICU. Dampaknya, perawat di bidang ICU bekerja berlebihan.
”Perawat bidang ICU terforsir. Kemarin ada perawat sesak napas dan muntah-muntah karena kelelahan. Sebab, menggunakan alat pelindung diri (baju hazmat) tidak gampang,” ucap Dedi.
Perawat bidang ICU terforsir. Kemarin ada perawat sesak napas dan muntah-muntah karena kelelahan. Sebab, menggunakan alat pelindung diri tidak gampang.
Dedi menambahkan, tidak hanya perawat yang kewalahan. Dokter spesialis paru di ruang isolasi Covid-19 RSUD Dr Achmad Mochtar juga kewalahan. Apalagi, kata Dedi, sejak Maret 2020, mereka tidak pernah libur, termasuk pada hari raya dan hari Minggu. Dokter tetap harus masuk karena jumlah spesialis paru di rumah sakit hanya tiga orang.
RSUD Dr Achmad Mochtar merupakan salah satu rumah sakit rujukan di Sumbar. Dedi menyebutkan, selain melayani pasien dari Bukittinggi, rumah sakit ini juga menerima pasien dari Agam, Tanah Datar, dan daerah lain di sekitar Bukittinggi.
Total jumlah ruang isolasi di RSUD Dr Achmad Mochtar untuk 40 pasien, tetapi hanya 15-18 yang memiliki tekanan negatif. Sisanya adalah ruangan isolasi biasa untuk menerima pasien dalam pengawasan atau kondisi lain.
Kepala Ruang Isolasi Covid-19 RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi Misfatria Noor mengatakan, dalam beberapa hari ini, ada tambahan perawat untuk ruang isolasi Covid-19 dari bagian lain di rumah sakit. Awalnya, jumlah perawat hanya 13, hari ini sudah menjadi 20 orang. Namun, perawat di bidang ICU di ruang isolasi masih kurang.
”Kami butuh tambahan perawat ICU. Perawatnya sedang ditetapkan, tetapi belum masuk. Sekarang berdayakan apa yang ada dulu. Saya karena punya keahlian di bidang ICU turut membantu. Dari 20 perawat, hanya 3 orang yang punya keahlian di bidang ICU, termasuk saya. Setidaknya kami butuh minimal 6-7 orang,” tutur Misfatria.
Ia menjelaskan, ada tiga giliran tugas perawat di ruang isolasi Covid-19, yaitu pagi, sore, dan malam. Saat ini, hanya satu perawat bidang ICU yang bertugas dalam setiap giliran dibantu perawat biasa. Padahal, dengan kondisi pasien butuh perawatan intensif, setidaknya dibutuhkan dua perawat ICU. Menurut Misfatria, pasien ICU biasa dan pasien ICU Covid-19 berbeda cara penanganannya.
”Kemarin pasien sempat mengalami gangguan irama jantung yang mengancam jiwa. Saya harus melakukan RJP (resusitasi jantung paru). Saat itu, energi saya habis. Habis bukan karena RJP-nya, tetapi karena pakai hazmat, panas. Beban kerja berat bukan di pekerjaan, tetapi karena pakai hazmat,” ungkapnya.
Misfatria melanjutkan, dirinya, melalui dokter Dedi, telah mengajukan bantuan perawat ke Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi. Setidaknya, perawat yang pernah dilatih RSUD Dr Achmad Mochtar sebelumnya bisa diperbantukan lagi hingga rumah sakit bisa mencari tenaga tambahan.
Berdasarkan analisis jabatan untuk kebutuhan ruang isolasi Covid-19 di RSUD Dr Achmad Mochtar yang dibuat Misfatria, setidaknya dibutuhkan total 29 perawat, baik ICU maupun biasa. ”Mudah-mudahan bisa segera terpenuhi,” ucapnya.
Secara terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Bukittinggi Yandra Ferry mengatakan sudah mengetahui masalah kekurangan perawat ruang isolasi Covid-19 RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi. Namun, dengan kondisi adanya lonjakan kasus dalam dua minggu terakhir, puskesmas di Bukittinggi juga mengalami permasalahan serupa.
”Puskesmas kekurangan tenaga juga. Puskesmas butuh tenaga untuk ambil sampel tes usap dan pelacakan kasus. Seharusnya minta bantuan ke provinsi,” kata Yandra.
Selain kekurangan tenaga, ujarnya, sulit juga memperbantukan tenaga Dinkes Bukittinggi ke RSUD Dr Achmad Mochtar karena rumah sakit dikelola Pemprov Sumbar.
Yandra menambahkan, sejak Idul Adha, terutama dua minggu terakhir, terjadi lonjakan kasus Covid-19 di Bukittinggi. Fasilitas kesehatan pun mulai kewalahan. Ia mengimbau masyarakat mematuhi protokol kesehatan agar tidak tertular Covid-19.
Pelaksana Tugas Kepala Dinkes Sumbar Arry Yuswandi mengatakan segera berkoordinasi dengan RSUD Dr Achmad Mochtar terkait permasalahan ini. ”Nanti akan kami coba koordinasikan solusi yang tepat untuk mengatasinya,” ujarnya.
Data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sumbar, Sabtu, menyebutkan, ada tiga kasus baru positif Covid-19 dari Bukittinggi. Total di Bukittinggi ada 33 orang positif Covid-19, yaitu 15 orang masih dirawat atau isolasi, 1 orang meninggal, dan 17 orang sembuh.
Adapun di Sumbar, Sabtu, ada tambahan 37 orang positif Covid-19 dari total 1.747 sampel yang diperiksa di Sumbar. Tambahan kasus paling banyak dari Kota Padang dengan 24 orang positif Covid-19. Selebihnya, 4 orang dari Tanah Datar, 3 orang dari Bukittinggi, 2 orang dari Agam, 2 orang dari Sawahlunto, dan 1 orang dari Pesisir Selatan.
Total hingga Sabtu sore, jumlah kasus positif Covid-19 di Sumbar mencapai 1.336 orang. Sebanyak 888 orang sembuh, 38 orang meninggal, 125 orang dirawat di rumah sakit, 239 orang isolasi mandiri, 46 orang diisolasi di tempat karantina pemprov dan pemkab/pemkot.
Adapun jumlah spesimen atau sampel yang diperiksa hingga Sabtu sebanyak 88.464 dengan jumlah orang diperiksa 77.213. Persentase kasus positif pada jumlah orang yang diperiksa sebesar 1,76 persen.