Sinabung Keluarkan Awan Panas, Patroli di Zona Merah Ditingkatkan
Setelah erupsi beberapa kali pekan ini, Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, mengeluarkan awan panas letusan, Jumat (14/8/2020). Petugas meningkatkan patroli karena banyak warga berladang di zona merah.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
KABANJAHE, KOMPAS — Setelah erupsi beberapa kali selama sepekan ini, Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, mengeluarkan awan panas letusan, Jumat (14/8/2020). Awan panas meluncur 1.500 meter ke arah tenggara dan 500 meter ke selatan. Petugas kini meningkatkan patroli karena masih banyak warga berladang di zona merah.
”Sejak aktivitas vulkanis Gunung Sinabung meningkat dalam sepekan ini, kami meningkatkan patroli untuk meminta masyarakat keluar dari zona merah. Kami juga terus melakukan sosialisasi bahaya Sinabung kepada masyarakat,” kata Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo Natanael Peranginangin.
Pada Jumat (14/8/2020) hingga pukul 19.00, Gunung Sinabung sudah erupsi empat kali dengan tinggi kolom abu 1.500 hingga 4.200 meter di atas kawah. Erupsi paling besar terjadi pukul 16.56 dengan tinggi kolom abu 4.200 meter. ”Erupsi itu juga disertai awan panas letusan yang meluncur 1.500 meter ke arah tenggara dan 500 meter ke arah selatan,” kata Natanael.
Natanael mengatakan, bahaya paling besar dari Sinabung adalah awan panas. Awan panas Sinabung pernah meluncur hingga 4.500 meter dan menewaskan sembilan warga yang sedang bertani di zona merah pada Mei 2016.
Natanael mengatakan, warga kini semakin banyak yang bertani di zona merah karena selama setahun belakangan hampir tidak ada aktivitas Gunung Sinabung. Karena itu, pemerintah kini meningkatkan sosialisasi bahaya memasuki zona merah.
”Kami berkeliling menggunakan mobil berpengeras suara untuk meminta masyarakat tidak masuk ke zona merah. Petugas juga berpatroli meminta warga keluar dari zona merah,” kata Natanael.
Dengan status bahaya Siaga, zona merah Sinabung kini mencakup radius 3 kilometer dari kawah gunung. Khusus untuk sektor timur-utara 4 kilometer dan selatan-timur 5 kilometer karena merupakan jalur awan panas.
Selain bahaya awan panas, dampak dari letusan Sinabung yang dirasakan masyarakat saat ini adalah paparan abu vulkanis yang sangat pekat. Abu berdampak pada kesehatan warga, merusak ladang, dan mengganggu aktivitas warga. Paparan abu pun tidak lagi hanya memapar Kecamatan Namanteran, Merdeka, Dolat Rayat, dan Berastagi. ”Abu meluas hingga ke Simpang Empat dan Kabanjahe,” kata Natanael.
Abu meluas hingga ke Simpang Empat dan Kabanjahe.
Pengamat di Pos Pengamatan Gunung Api Sinabung Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Armen Putra, mengatakan, gempa tremor menerus masih terus terpantau di seismograf. Tremor ini menunjukkan masih ada suplai magma dari perut menuju permukaan Sinabung. ”Karakter erupsi Sinabung juga menunjukkan ada potensi erupsi eksplosif yang menghasilkan awan panas,” kata Armen.
Armen pun mengatakan, aktivitas Sinabung masih akan terus tinggi dalam beberapa waktu ke depan. Erupsi dan awan panas pun kemungkinan masih akan terus terjadi. Namun, hingga saat ini, mereka belum ada rencana mengevaluasi status Siaga dari Sinabung karena cakupan bahaya masih terbatas di zona merah.
Seluruh masyarakat juga sudah direlokasi dari zona merah dalam beberapa tahun ini. ”Bahaya letusan Sinabung bisa dihindari dengan tidak memasuki zona merah,” katanya.
Kepala Desa Gamber, Gemuk Sitepu, mengatakan, sampai saat ini warganya masih masuk ke zona merah untuk berladang meski desanya merupakan jalur awan panas. ”Namun, kami hanya berladang pagi hingga sore saja. Kalau malam, tidak ada warga yang masuk ke zona merah,” kata Gemuk.
Gemuk mengatakan, mereka terpaksa bertani di zona merah untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Warga Desa Gamber termasuk salah satu desa yang sudah direlokasi. Mereka telah mendapat bantuan per keluarga sebesar Rp 59,4 juta untuk membangun rumah dan Rp 50,6 juta untuk ladang pertanian.