Perbedaan hasil tes usap yang dilakukan Dinas Kesehatan Jawa Tengah dan Pemerintah Kota Tegal terhadap 45 warga Tegal, menjadi polemik. Wali Kota Tegal mengaku bingung. Gubernur Jateng menjamin laboratorium pemerintah.
Oleh
KRISTI UTAMI / ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
TEGAL, KOMPAS - Perbedaan hasil tes usap antara yang dilakukan Dinas Kesehatan Jawa Tengah dan Pemerintah Kota Tegal terhadap 45 warga Tegal, menggelinding menjadi polemik. Wali Kota Tegal Dedy Yon Supriyono mengaku bingung dengan perbedaan itu. Di sisi lain, Gubernur Jateng menjamin tidak ada laboratorium abal-abal yang ditunjuk pemerintah.
Sebelumnya, hasil tes usap dari Dinas Kesehatan Jateng menyatakan 45 orang tersebut positif Covid-19. Adapun hasil tes usap alternatif yang dilakukan Pemkot Tegal menyatakan mereka negatif Covid-19.
"Sebanyak 45 orang kami swab (tes usap) semua di (laboratorium) Prodia, (Rumah Sakit) Mitra Keluarga, dan (Rumah Sakit Nasional) Universitas Diponegoro. Ahamdulillah, hasilnya negatif semua," kata Dedy Yon Supriyono di sela-sela pelantikan 246 pejabat eselon III dan IV, Kamis (13/8/2020) di Balai Kota Tegal. Setelah beberapa hari terakhir enggan berkomentar terkait perkembangan kasus Covid-19 di daerahnya, ia kembali berkomentar.
Berdasarkan tes yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Jateng, Kamis (30/7/2020)-Kamis (6/8/2020), sebanyak 45 orang yang mayoritas tenaga kesehatan di Kota Tegal itu dinyatakan positif Covid-19. Sebagian kasus positif itu kemudian diumumkan oleh Dinas Kesehatan Jateng pada Kamis (6/8/2020).
Adapun Pemerintah Kota Tegal secara resmi baru mengumumkan penambahan kasus di daerahnya, Jumat (7/8/2020). Jumlah kasus positif yang dimumumkan saat itu sebanyak 28 orang. Sementara itu, sebanyak 18 orang positif lainnya diumumkan Senin (10/8/2020).
Dedy mengaku bingung setelah mengetahui perbedaan hasil tes yang dilakukan Dinkes Jateng dan tes alternatif secara massal oleh Pemkot Tegal di tiga tempat berbeda itu. Dedy berharap mendapatkan penjelasan terkait hal yang menurut dia janggal tersebut.
"Saya sebenarnya pengin, tim mobile PCR (reaksi berantai polimerase) yang kemarin, saya temukan dengan Prodia, Mitra Keluarga, dan Universitas Diponegoro. Saya ingin dengar, akan ngomong seperti apa di depan mereka," ujar Dedy dalam dialek tegalan.
Dalam kesempatan tersebut, Dedy juga menyinggung terkait permintaan maaf. "Kalau saya gentle, langsung minta maaf kalau memang kurang tepat. Karena apa? Kalau orang punya jiwa yang baik, mesti merasa dihantui (rasa bersalah)," lanjutnya.
Dalam konferensi pers, Rabu petang, Kepala Dinas Kesehatan Kota Tegal Sri Primawati Indraswari menjelaskan, tes usap ulang dilakukan untuk mendapatkan opini alternatif. Tes itu dilakukan serentak dalam tiga gelombang.
Gelombang pertama diikuti dua orang pada Senin (3/8/2020), gelombang kedua diikuti sebanyak 24 orang pada Kamis (6/8/2020), dan gelombang ketiga diikuti sejumlah 18 orang pada Sabtu (8/8/2020).
Saat ditanya apakah tes usap ulang massal itu difasilitasi oleh Pemerintah Kota Tegal, Prima membantah. Menurut Prima, keputusan melakukan tes ulang untuk mendapatkan pendapat alternatif itu diputuskan sendiri oleh para pasien.
Dedy berharap mendapatkan penjelasan terkait hal yang menurut dia janggal tersebut.
Tepercaya
Sementara itu, di sisi lain, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo di Kota Semarang mengatakan, pemeriksaan sampel usap oleh Dinkes Jateng yang diambil di Kota Tegal dilakukan di laboratorium tepercaya. Menurut dia, laboratorium yang digunakan untuk mengetes sampel usap di Jateng sudah ditunjuk oleh Kementerian Kesehatan.
"Saya sempat membaca (ada yang menyebut) bahwa jangan percaya (hasil tes Dinas Kesehatan Jateng). Ini laboratoriumnya ditunjuk lho, tidak ada laboratorium abal-abal. Bahwa kemudian bisa terjadi false negative (negatif yang keliru)dan false positive (positif yang keliru), kita bisa audit," kata Ganjar.
Ganjar menambahkan, tidak masalah jika Pemerintah Kota Tegal ingin melakukan tes sendiri. Dengan begitu, tidak perlu ada tes alternatif.
"Tes sendiri saja, biar tidak geger genjik (kekacauan). Siapa tahu hari ini dites, (lalu) empat hari lagi dites (hasilnya) sembuh, katakan saja sembuh tidak usah panik," lanjutnya.
Tes sendiri saja, biar tidak geger genjik (kekacauan). Siapa tahu hari ini dites, (lalu) empat hari lagi dites (hasilnya) sembuh, katakan saja sembuh tidak usah panik. (Ganjar Pranowo-Gubernur Jateng)
Sebelum ada tes massal dari Pemerintah Provinsi Jateng, Kota Tegal tercatat sebagai daerah dengan kasus paling rendah di Jateng. Sejak Juli-awal Agustus, Kota Tegal mengklaim daerahnya nihil kasus positif Covid-19 baru, nol pasien dalam pengawasan yang dirawat, dan nol orang dalam pemantauan.
Dalam berbagai kesempatan, Dedy mengklaim keberhasilan tersebut dicapai setelah dirinya menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan isolasi wilayah.
Hingga Kamis malam, Kota Tegal mencatatkan 67 kasus positif kumulatif. Dari jumlah tersebut, sebanyak tujuh orang dirawat, dua orang diisolasi mandiri, sebanyak 54 sembuh, dan empat meninggal dunia.