Sebanyak 28 laboratorium jejaring atau satelit disiapkan untuk mendukung pemeriksaan laboratorium pemeriksaan daerah. Keberadaan dukungan laboratorium krusial seiring dengan tes massal yang kian gencar di Jabar.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Pelacakan kasus Covid-19 di Jawa Barat dilakukan lebih intensif untuk memutus mata rantai penularan virus korona baru. Sebanyak 28 laboratorium jejaring atau satelit disiapkan untuk mendukung pemeriksaan laboratorium pemeriksaan daerah.
Pelacakan sebaran Covid-19 diperkuat untuk menekan jumlah kasus yang terus meningkat. Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jabar (Pikobar) mencatat, pada Jumat (14/8/2020) hingga pukul 17.00 WIB, terdapat peningkatan 361 pasien positif. Dengan begitu, total kasus kumulatif hingga hari ini mencapai 8.275 kasus.
Sementara penambahan kasus positif dalam sepekan terakhir rata-rata 161 pasien per hari. Angka ini hampir naik dua kali lipat dibandingkan dengan pekan lalu, saat penambahan kasus rata-rata 87 pasien per hari.
Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar Daud Achmad menuturkan, potensi lonjakan kasus ini terjadi karena mobilitas masyarakat menuju kondisi adaptasi kebiasaan baru (AKB). Oleh karena itu, pihaknya meningkatkan upaya pelacakan dan tes Covid-19.
Laboratorium jejaring atau disebut juga laboratorium satelit ini menjadi pendukung Unit Pelaksana Teknis Dinas Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Jabar. Fasilitas pemerintah ini telah memiliki kapasitas pemeriksaan reaksi berantai polimerase (PCR) berkisar 1.500-2.000 spesimen per hari.
Laboratorium jejaring atau satelit disiapkan untuk mendukung kinerja laboratorium utama agar tidak kewalahan melakukan pemeriksaan spesimen. Pasokan sampel spesimen di wilayah Jabar terus meningkat seiring dengan tes masif yang semakin gencar.
Penanggung jawab Labkesda Jabar Ryan B Ristandi menyatakan, dengan adanya laboratorium satelit tersebut, pihaknya secara konsisten meningkatkan kapasitas pemeriksaan. Gugus Tugas Jabar telah melaksanakan uji usap (swab test) PCR sebanyak 183.542 spesimen.
Laboratorium yang tersebar ini mempermudah akses pemeriksaan sehingga tidak menumpuk di Labkesda Jabar.
Laboratorium satelit ini mendukung pelaksanaan pemeriksaan PCR di Jabar secara keseluruhan. Laboratorium yang tersebar ini mempermudah akses pemeriksaan sehingga tidak menumpuk di Labkesda Jabar. Hal tersebut dapat mengurangi waktu pemeriksaan sampel setiap spesimen sehingga bisa menyimpulkan status kesehatan lebih cepat.
”Waktu yang dibutuhkan untuk mengetes satu sampel berkisar 2-3 hari. Dengan waktu pengetesan yang lebih cepat, potensi sebaran Covid-19 dapat ditekan,” tutur Ryan.
Tes masif
Terkait tes masif tersebut, Daud menjelaskan, hal itu akan berdampak pada lonjakan jumlah kasus yang terdeteksi. Namun, di sisi lain, pelacakan mempermudah pemetaan persebaran kasus di seluruh Jabar, terutama di daerah dengan mobilitas warga yang tinggi.
”Pelacakan ini bertujuan memetakan keberadaan SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19, sekaligus memutus mata rantai penularan. Hal tersebut akan mempermudah Gugus Tugas Jabar melacak dan memblokade sebaran Covid-19 hingga kontak erat. Hal ini dilakukan agar pandemi tidak meluas,” ujarnya.
Mobilitas tinggi ini kerap ditemui di kota-kota besar dan daerah yang beririsan langsung dengan DKI Jakarta sebagai salah satu episentrum kasus Covid-19 di Indonesia. Sebagian besar jumlah kasus Covid-19 tertinggi di Jabar masih berlokasi di kawasan penyangga DKI Jakarta sebagai ibu kota negara.
Mobilitas tinggi ini kerap ditemui di kota-kota besar dan daerah yang beririsan langsung dengan DKI Jakarta sebagai salah satu episentrum kasus Covid-19 di Indonesia.
Pikobar mencatat, jumlah pasien positif Covid-19 di Jabar yang masih dirawat, terbanyak berada di Kota Bekasi dengan 759 kasus per Jumat (14/8/2020). Peringkat kedua Kota Depok (378 kasus) dan Kabupaten Bogor (341 kasus). Kota Bandung, sebagai ibu kota Jabar, menempati posisi keempat dengan 275 kasus.
”Ada mispersepsi masyarakat yang mengira semua sudah kembali ke masa normal. Padahal, protokol kesehatan tetap harus dilakukan. Karena itu, kami akan intensif melakukan pelacakan. Sebanyak 28 laboratorium satelit yang tersebar kami siapkan agar pelacakan dan pengetesan berjalan optimal,” ujarnya.