Misteri Hilangnya Instruktur Selam Kelas Dunia di Teluk Ambon
Carol Marie Lakein, instruktur selam asal Amerika Serikat, hilang di Teluk Ambon. Peristiwa itu hingga kini masih diselimuti kabut misteri.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·5 menit baca
Carol Marie Lakein (57), warga Amerika Serikat, memiliki pengalaman menyelam yang tak diragukan lagi. Selama 20 tahun terakhir, ia menjelajahi bawah air sejumlah perairan di dunia, mulai dari teluk sempit hingga tepian samudra luas. Namun, saat menyelam pada Jumat (7/8/2020) pagi di Teluk Ambon, Maluku, perempuan itu hilang tanpa pesan dan jejak.
Jumat (14/8/2020) petang, perahu karet yang mengangkut para penyelam tiba di pesisir Teluk Ambon, tepatnya di Desa Amahusu, Kota Ambon. Turun dari perahu, raut wajah para penyelam tampak dingin, tanpa canda, tanpa senyum merekah. Mereka sepertinya tak menerima kenyataan. Pencarian Lakein selama tujuh hari harus berakhir tanpa hasil.
Dari pinggir pantai, Kevin Scott Pool (57), rekan Lakein, menyambut para penyelam dengan tatapan kosong. Harapan agar bisa melihat Lakein kini sirna. Ia lalu mengusap wajah sambil mengembuskan napas melalui mulut seperti orang sedang menahan tangis. Sesekali ia mengarahkan pandangan ke kapal layar Aquabago.
Di kapal itu, pada Jumat (7/8/2020) pagi, tujuh hari lalu, ia masih mengobrol santai dengan Lakein setelah melewati malam berdua di dalam perahu yang berlabuh sekitar 250 meter dari pesisir. Obrolan itu berlangsung sebelum Pool turun menyelam pagi itu. ”Waktu saya mau menyelam, dia belum berencana menyelam,” kata Pool.
Setelah menjelajahi bawah air selama lebih dari 40 menit di kedalaman sekitar 30 meter, Pool kembali ke kapal. Tiba di atas kapal, ia tidak melihat Lakein. Perlengkapan menyelam, seperti tabung gas, baju renang, dan kacamata milik Lakein, juga tidak ada di kapal. Pool menyimpulkan, Lakein ikut menyelam beberapa saat setelah Pool menyelam.
Setelah lebih dari satu jam, Lakein tidak kunjung muncul ke permukaan. Firasat buruk menghampiri Pool. Dalam kepanikan, Pool coba memandang sekeliling dekat kapal, tetapi tak ada tanda-tanda. Beberapa saat kemudian, ia memutuskan melaporkan hal itu kepada warga setempat. Segeralah berita itu sampai ke Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Ambon, yang berjarak sekitar tiga mil laut (5,6 kilometer) dari titik itu.
Tim SAR pun bergerak ke lokasi. Para penyelam lokal, termasuk mereka yang mengenal Lakein dan Pool, berdatangan dan ikut melakukan pencarian. Mereka langsung turun ke titik penyelaman. Angky, penyelam, menuturkan, ia menyisiri titik itu selama lebih kurang 52 menit dengan jarak pandang sekitar 10 meter. Lakein telah hilang.
Meski tidak melihat, Pool meyakini, Lakein ikut menyelam. Ia mengaku tidak habis pikir, mengapa orang sekaliber Lakein bisa hilang di perairan yang tidak terlalu berbahaya untuk penyelaman itu. Dua puluh tahun dia menjadi instruktur selam. ”Lakein sering menyelam di titik yang lebih rawan bila dibandingkan dengan Teluk Ambon, seperti di Amerika, Pasifik, dan Asia,” kata Pool.
Pool sendiri tidak melihat tanda-tanda Lakein akan mengalami kemalangan itu. Fisik Lakein sehat. Bahkan, tiga hari sebelum peristiwa itu, mereka masih menyelam sambil merekam video. Tak ada pesan tersirat ataupun tersurat. ”Semua terjadi tiba-tiba. Dia sudah pergi dan tak kembali lagi,” ujarnya.
Kepala Kantor SAR Ambon Djunaidi mengatakan, tak ada hambatan berarti dalam pencarian itu. Tinggi gelombang permukaan laut hanya 0,5 meter dan kecepatan arus laut pada hari pertama dan kedua yang mencapai 4 knot turun menjadi kurang dari 1 knot pada hari-hari berikutnya. Satu knot setara 1,9 kilometer per jam. Jarak pandang pun di atas 10 meter.
Permukaan dasar laut didominasi pasir, karang laut sangat jarang. Proses pencarian di dasar laut dalam radius 1.000 meter. Selain pencarian oleh tim penyelam di dasar laut, pencarian di permukaan juga digencarkan tim SAR gabungan. Sejumlah perahu karet dikerahkan hingga radius lebih dari 5 kilometer.
Djunaidi, dengan pengalaman puluhan tahun dalam operasi pencarian orang hilang di laut, juga mengaku heran dengan kondisi itu. Berdasarkan pengalamannya, jika korban hilang itu meninggal di dasar laut, pada hari kedua atau ketiga jasadnya akan terapung di permukaan. ”Itu pasti,” ujarnya.
Syamsul Bahri, instruktur selam yang sudah menjelajahi sejumlah titik bawah air di Maluku, menuturkan, banyak pengalaman tak lazim yang dialami pada saat penyelaman, termasuk dalam misi pencarian Lakein. ”Pada hari pertama, saya dan tim turun malam hari. Di titik yang diperkirakan lokasi korban jatuh, tiba-tiba jarum kompas bergerak tak karuan. Bulu kuduk saya juga merinding,” ujarnya.
Masyarakat Maluku meyakini, setiap tempat di darat dan di laut itu ada pemiliknya, baik yang tampak ataupun yang ”tidak tampak”. Pemilik tak kelihatan biasa menjelma ke dalam berbagai rupa makhluk. Ada pemilik yang baik, tetapi ada juga yang bisa mencelakai manusia.
Kevin (Pool) mengatakan itu kepada saya bahwa mereka sudah mengikhlaskan. Kita harus menghargai itu.
Dalam kepercayaan masyarakat Maluku, untuk mengungkap misteri hilangnya orang, bisa dijawab dengan seremonial adat. Ada rencana akan digelar seremoni adat oleh tetua Desa Amahusu. Dalam seremoni adat, roh tak kelihatan diminta memberikan petunjuk di mana korban berada.
Namun, seremoni batal dilakukan. Wali Kota Ambon Richard Louhenapessy, yang hadir saat penutupan operasi pencarian itu, mengatakan, pihak keluarga Lakein menolak dilakukan upacara adat. ”Kevin (Pool) mengatakan itu kepada saya bahwa mereka sudah mengikhlaskan. Kita harus menghargai itu,” kata Richard.
Hilangnya Lakein juga menarik perhatian pihak kepolisian. Seorang penyelidik Polri yang ditemui di pos komando pencarian, menuturkan, pihaknya sudah memeriksa sejumlah saksi dan memeriksa kondisi kapal yang digunakan Pool dan Lakein. ”Kami tidak menemukan tanda-tanda kekerasan,” ujar penyelidik dimaksud.
Lakein adalah penyelam profesional pertama yang tenggelam dan hilang di Teluk Ambon. Hilangnya Lakein, penjelajah samudra itu, dipenuhi kabut misteri.