Kapasitas tempat tidur untuk pasien Covid-19 di Surabaya masih tersisa 854 atau 44 persen dari kapasitas maksimal. Warga yang memiliki gejala Covid-19 diminta agar segera berobat ke fasilitas kesehatan setempat.
Oleh
IQBAL BASYARI
·2 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, meminta warga yang memiliki gejala Covid-19 agar segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan karena kapasitas rumah sakit masih mencukupi. Penanganan cepat terhadap pasien menjadi langkah awal untuk menekan angka kematian, terutama pada pasien yang memiliki penyakit penyerta.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachamanita di Surabaya, Kamis (13/8/2020), mengatakan, rumah sakit di Surabaya masih mampu menampung pasien Covid-19. Dari 1.924 tempat tidur yang tersedia, masih tersisa 854 tempat tidur atau 44 persen dari kapasitas maksimal. ”Pasien sembuh di Surabaya terus meningkat sehingga keterisian kamar tidur di rumah sakit terus berkurang,” katanya.
Berdasarkan laman https://lawancovid-19.surabaya.go.id hingga Rabu (12/8/2020), pasien terkonfirmasi positif mencapai 9.875 orang. Sebanyak 6.569 pasien telah sembuh dan 831 pasien meninggal. Sementara pasien yang menjalani perawatan sebanyak 2.475 orang, terdiri dari 1.070 pasien dirawat di rumah sakit dan 1.405 pasien rawat jalan.
Pasien sembuh di Surabaya terus meningkat sehingga keterisian kamar tidur di rumah sakit terus berkurang.
Febria mengatakan, warga yang memiliki gejala Covid-19 agar segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan agar cepat terdeteksi. Adapun pasien positif juga diminta mau dirawat di rumah sakit ataupun di Asrama Haji Surabaya.
Pasien dengan gejala berat dan penyakit penyerta akan dirawat di rumah sakit, sedangkan pasien tanpa gejala diisolasi di Asrama Haji Surabaya. Alat bantu pernapasan atau ventilator pun telah ditambah ke beberapa rumah sakit. ”Beberapa rumah sakit di Surabaya juga telah menambah kapasitas tempat tidur untuk mengantisipasi penambahan pasien,” ujarnya.
Masih tersedia
Epidemiolog Universitas Airlangga, Windhu Purnomo, mengatakan, meskipun tempat tidur untuk pasien masih tersedia, angka kematian Surabaya masih tinggi. Hingga 10 Agustus 2020, angka kematian Surabaya 8,5 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata di Jatim 7,4 persen. Bahkan, angka kematian di Surabaya hampir dua kali lipat dibandingkan dengan rata-rata nasional 4,5 persen.
”Tingginya angka kematian salah satunya disebabkan kurangnya kapasitas tempat tidur. Namun, ada faktor lain, yakni keterlambatan pasien mendapatkan perawatan di rumah sakit,” tuturnya.
Oleh sebab itu, Windhu berharap agar pasien Covid-19, terutama yang memiliki penyakit penyerta, agar secepat mungkin mendapatkan perawatan dari tenaga medis. Selain bisa menurunkan risiko perburukan, perawatan di rumah sakit bisa mencegah terjadi penularan di rumah dari pasien-pasien yang telah terkonfirmasi Covid-19.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Perlindungan Masyarakat Irvan Widyanto mengatakan, Satgas Wani Sehat di program Kampung Tangguh mengidentifikasi warga yang memiliki gejala Covid-19 agar mendapat perawatan dari petugas puskesmas setempat.
Mereka juga melakukan pemantauan terhadap orang dalam pemantauan (ODP), pasien dalam pengawasan (PDP), orang tanpa gejala (OTG), serta pasien positif Covid-19 yang menjalani rawat inap.
Selain itu, petugas juga melakukan sosialisasi dan pendampingan agar semua warga kampung disiplin menerapkan protokol kesehatan. ”Masyarakat memiliki peran penting dalam memutus penularan Covid-19,” ucap Irvan.