Aktivitas Sinabung Masih Terus Meningkat, Warga Diminta Waspada
Aktivitas vulkanis Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, terus meningkat setelah erupsi beberapa hari ini. Sinabung masih terus mengeluarkan embusan asap dari kawah. Kegempaan dan tremor juga meningkat.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
KABANJAHE, KOMPAS — Aktivitas vulkanis Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, terus meningkat setelah erupsi dalam beberapa hari terakhir. Sinabung masih terus mengeluarkan embusan asap dari kawah. Kegempaan dan tremor juga meningkat. Masyarakat diminta meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya letusan Sinabung.
”Aktivitas Sinabung semakin tinggi dalam beberapa hari ini. Erupsi dan awan panas guguran bisa terjadi seiring dengan peningkatan aktivitas tersebut,” kata pengamat di Pos Pengamatan Gunung Api Sinabung Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Armen Putra, Rabu (12/8/2020).
Aktivitas Sinabung meningkat sejak erupsi pada Sabtu (8/8/2020) dini hari. Itu merupakan erupsi pertamanya setelah lebih dari setahun tidak beraktivitas. Gunung api berstatus Siaga (Level III) itu lima hari terakhir sudah lima kali erupsi. Meskipun ada peningkatan aktivitas, status Sinabung masih Siaga.
Armen mengatakan, aktivitas kegempaan Sinabung meningkat dan terpantau beberapa jenis gempa, yakni tremor, embusan, vulkanik dalam, tektonik lokal, dan tektonik jauh. Kegempaan didominasi oleh gempa tremor yang biasanya terjadi sebelum erupsi atau awan panas guguran terjadi.
”Meningkatnya aktivitas kegempaan ini juga menandakan adanya suplai energi dan aliran fluida serta dapur magma,” kata Armen.
Meskipun aktivitas meningkat, kata Armen, hingga kini belum terlihat adanya pertumbuhan kubah lava. Gempa hibrid yang menandakan adanya pertumbuhan kubah lava hingga kini juga tidak teramati. Pertumbuhan kubah lava merupakan salah satu indikator aktivitas vulkanis dan bisa runtuh menjadi awan panas guguran.
Agar masyarakat tetap mewaspadai bahaya letusan Sinabung.
Armen pun meminta agar masyarakat tetap mewaspadai bahaya letusan Sinabung dengan menjauhi zona merah yang meliputi radius 3 kilometer dari puncak gunung, 4 kilometer khusus sektor timur-utara, dan 5 kilometer untuk sektor selatan-timur.
Di luar zona merah, letusan Sinabung juga menimbulkan paparan abu vulkanis yang sangat pekat. Abu vulkanis hasil erupsi Sinabung pada Sabtu dan Senin lalu hingga kini masih memapar empat kecamatan di Karo, yakni Namanteran, Merdeka, Berastagi, dan Dolat Rayat. Dampak paling parah berada di Kecamatan Namanteran.
Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo Natanael Peranginangin mengatakan, petugas bersama warga masih terus membersihkan abu vulkanis Sinabung yang menumpuk di jalan, rumah, atap rumah, dan ladang. ”Kami mengerahkan mobil pemadam kebakaran untuk membantu warga membersihkan perkampungan dari paparan abu,” katanya.
Natanael mengatakan, warga pun mulai membersihkan tumpukan abu di atap rumah. Mereka juga coba membersihkan tanaman yang masih bisa diselamatkan dari paparan abu.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Karo Metehsa Karo-Karo mengatakan, 1.483 hektar ladang warga rusak terpapar abu dengan kerugian diperkirakan Rp 41,8 miliar. ”Kami sedang mengajukan permohonan bantuan, baik dari Pemkab Karo, Pemprov Sumut, maupun pemerintah pusat. Masyarakat sangat terpuruk karena tanamannya rusak parah,” katanya.
Yahya Ginting (56), warga Kecamatan Namanteran, mengatakan, mereka sangat berharap bisa mendapatkan bantuan dari pemerintah. Apalagi, selama beberapa bulan belakangan mereka juga sudah merugi akibat pandemi Covid-19. Ia seharusnya memanen 5 ton bunga kol dengan harga Rp 2.000 per kilogram. ”Namun, semuanya rusak terpapar abu Sinabung,” katanya.
Menurut Yahya, harga sayur-sayuran di tingkat petani juga anjlok karena permintaan yang menurun akibat pandemi. Harga bunga kol biasanya berkisar Rp 6.000 per kilogram, kini anjlok hingga Rp 2.000. Para petani pun berharap bantuan seperti bibit, pupuk, pestisida, dan pinjaman modal.