Positif Covid-19, Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Unsyiah Meninggal
Setelah meninggalnya wakil dekan, Fakultas Kedokteran Hewan Unsyiah ditutup selama sepekan. Sementara tim gugus tugas menelusuri orang-orang yang pernah kontak erat dengan almarhum.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, drh Razali (52) meninggal pada Selasa (11/8/2020) pagi di rumahnya di Desa Tungkop, Kecamatan Darussalam, Kabupaten Aceh Besar. Beberapa jam sebelum meninggal, hasil pemeriksaan usap di laboratorium menyatakan dia positif Covid-19.
Wakil Ketua Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Safrizal Rahman menyebutkan, jenazah almarhum disemayamkan sesuai dengan protokol Covid-19. Razali mengembuskan napas terakhir tanpa sempat dirawat ke rumah sakit.
Safrizal menuturkan, dalam beberapa hari terakhir almarhum mengeluh sakit, seperti demam dan batuk. Karena menunjukkan gejala Covid-19, tim gugus tugas mengambil sampel swab atau usap. Namun, beberapa jam setelah hasil uji keluar, Razali telah menutup usia.
Setelah meninggalnya wakil dekan, Fakultas Kedokteran Hewan Unsyiah ditutup selama sepekan. Sementara tim gugus tugas menelusuri orang-orang yang pernah kontak erat dengan almarhum.
Rektor Unsyiah Samsul Rizal mengatakan, sivitas akademika berduka atas kepergian drh Razali. Samsul meminta semua karyawan dan warga kampus untuk disiplin menerapkan protokol kesehatan. Sebelum Razali, tiga dosen dan 39 mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis Fakultas Kedokteran Unsyiah terpapar Covid-19. Sebagian dari mereka masih dalam proses perawatan.
Kasus Covid-19 di Aceh setiap hari bertambah. Pada Senin, 10 Agustus, sebanyak 96 kasus positif bertambah. Dengan demikian, total kasus di Aceh menjadi 675 kasus.
Pantauan Kompas, penerapan protokol kesehatan di Aceh sangat longgar. Warga beraktivitas di ruang publik tanpa memakai masker dan tidak menjaga jarak. Pemerintah terus mengimbau agar warga patuh. Namun, sangat jarang petugas turun ke lapangan untuk menerapkan aturan.
Pemerintah terus mengimbau agar warga patuh. Namun, sangat jarang petugas turun ke lapangan untuk menerapkan aturan.
Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Aceh Saifullah Abdulgani mengatakan, sebanyak 488 orang kini dalam perawatan dan 21 orang meninggal. Pemerintah Aceh telah membuka ruang isolasi tambahan di Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin, Banda Aceh, untuk menampung pasien baru.
Saifullah mengatakan, penerapan protokol harus diperketat dengan menjatuhkan sanksi bagi yang melanggar. Sanksi tersebut mulai dari teguran, pencabutan izin usaha, hingga mengaji.
Sementara itu, Laboratorium Covid-19 Unsyiah mendapatkan bantuan peralatan medis dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Peralatan medis meliputi reagen untuk uji reaksi rantai polimerase (PCR) sebanyak 5.000 tes, peralatan untuk menguji asam ribonukleat (RNA) sebanyak 6.000 tes, dan media pembawa virus (VTM) untuk 5.000 tes. Peralatan medis itu senilai Rp 1,58 miliar.
Rektor Unsyiah Samsul Rizal mengatakan, bantuan ini adalah permohonan khusus Unsyiah kepada BNPB pada 7 Agustus 2020. Unsyiah meminta bantuan reagen dan alat medis pemeriksaan sampel Covid-19. ”Kami tidak menyangka permohonan direspons cepat oleh Kepala BNPB Jenderal Doni Monardo,” kata Samsul.
Tambahan peralatan medis membuat Unsyiah bisa bekerja lebih maksimal untuk memetakan sebaran Covid-19 di Aceh. Saat ini, Unsyiah bekerja sama dengan Kabupaten Aceh Besar dan Kota Banda Aceh. Diperkirakan peralatan itu cukup untuk empat bulan.