Disdikbud Balikpapan Galang Donasi Gawai untuk Siswa Kurang Mampu Lakukan PJJ
Disdikbud Balikpapan menggalang bantuan gawai dan laptop untuk membantu siswa dan orang tua yang kesulitan melaksanakan pembelajaran jarak jauh karena keterbatasan alat penunjang.
Oleh
SUCIPTO
·4 menit baca
BALIKPAPAN, KOMPAS - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Balikpapan belum membuat kebijakan belajar di sekolah mengingat kasus Covid-19 di Balikpapan belum menunjukkan penurunan. Untuk membantu siswa dan orang tua yang kesulitan melaksanakan pembelajaran jarak jauh atau PJJ, penggalangan bantuan gawai dan laptop dilakukan.
“Saat ini, belum ada pembelajaran tatap muka di sekolah karena Covid-19 belum mereda. Untuk membantu PJJ siswa dan orang tua yang membutuhkan, kami membuat gerakan peduli pendidikan 1708 dengan menggalang bantuan gawai dan laptop,” kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Balikpapan Muhaimin ketika dihubungi, Selasa (11/8/2020).
Gerakan 1708 mengambil momen Hari Kemerdekaan 17 Agustus. Bantuan gawai dan laptop yang diterima akan dibagikan pada saat upacara bendera pada 17 Agustus mendatang. Adapun gawai dan laptop yang bisa didonasikan oleh warga atau perusahaan bisa berupa barang bekas laik pakai atau baru.
Berdasarkan data yang sudah diverifikasi, terdapat 1.531 siswa SD dan SMP di Balikpapan yang membutuhkan gawai atau laptop untuk menunjang PJJ. Hingga Selasa (11/8/2020) pukul 15.00 Wita, sudah terkumpul donasi 458 gawai dan 11 laptop.
Muhaimin mengatakan, ada beberapa guru yang bukan pegawai negeri juga mengajukan laptop untuk menunjang PJJ. Ia mengatakan, akan melihat kondisi riil siswa dan guru untuk menyalurkan bantuan yang terkumpul. Jika hingga 17 Agustus kuota belum terpenuhi, maka akan dilihat prioritas siswa dan guru yang paling membutuhkan.
Disdikbud Kota Balikpapan membagi tiga prioritas bagi siswa yang akan mendapat bantuan. Pertama, keluarga siswa yang sama sekali tidak memiliki gawai atau laptop. Prioritas kedua adalah keluarga yang memiliki satu gawai, tetapi anak yang sekolah lebih dari satu sehingga kebutuhan gawai untuk menunjang PJJ lebih dari satu.
Adapun prioritas ketiga yakni siswa yang menggunakan gawai milik orang tua untuk PJJ, tetapi orang tua juga menggunakannya untuk bekerja. “Nanti akan diseleksi lagi penerima bantuan itu. Jika di luar waktu yang ditetapkan masih ada yang menyumbang, akan diserahkan kepada satuan pendidikan masing-masing,” ujar Muhaimin.
Kuota internet
Saat ini, dana bantuan operasional sekolah (BOS) regular sudah digunakan untuk pemenuhan kuota guru dan siswa di Balikpapan. Dana BOS ini besarannya tergantung jumlah siswa di setiap sekolah. Bagi sekolah yang memiliki siswa sedikit, otomatis dana BOS juga kecil.
Muhaimin mengatakan, di sekolah yang jumlah siswanya sedikit, penyaluran dana BOS untuk kuota internet akan diprioritaskan bagi siswa yang termasuk keluarga miskin. Penerima bantuan prioritas ini tidak selalu yang memiliki kartu Indonesia pintar (KIP) dan penerima program keluarga harapan (PKH).
“Kami melihat kondisi riil orang tua. Data yang sudah diverifikasi ada 887 siswa SMP dan 644 siswa SD yang termasuk keluarga miskin,” kata Muhaimin. Besaran dana BOS untuk kuota internet guru Rp 125.000 per bulan, untuk tenaga kependidikan Rp 75.000 per bulan, dan untuk siswa Rp 50.000 per bulan.
Untuk program selanjutnya, Disdikbud Balikpapan mengupayakan agar ada penyediaan wi-fi gratis bagi siswa untuk PJJ di sekitar tempat tinggal mereka. Gerakan itu diberi nama 812 yang diambil dari jam sekolah anak-anak, yakni pukul 08.00-12.00.
Hal itu akan diwujudkan melalui kerja sama lintas sektor dengan pengelola rumah ibadah, kantor pemerintahan, atau kantor swasta. Setiap bangunan yang memiliki wi-fi, nantinya akan menyediakan sudut wi-fi gratis bagi siswa yang akan melaksanakan PJJ. Setiap sudut wi-fi yang berbentuk ruangan hanya bisa diisi oleh lima siswa agar tidak terjadi penumpukan siswa dalam jumlah banyak.
Lembar soal
Untuk menyiasati keterbatasan akses internet siswa dan menyesuaikan kemampuan siswa, beberapa sekolah menyiasati dengan membuat lembar kerja siswa. Salah satu yang menjalankannya adalah Sekolah Luar Biasa Tunas Bangsa Balikpapan.
“Kita membuat lembar kerja siswa yang setiap minggu diambil oleh orang tua. Selebihnya, untuk mengetahui perkembangan siswa, guru berkomunikasi melalui percakapan video dengan anak dan orang tua,” kata Kepala SLB Tunas Bangsa Balikpapan Susan.
Salah satu pengajar di SLB Tunas Bangsa Balikpapan Djum’ati Ramdhana mengatakan, kebutuhan siswa SLB berbeda-beda, sehingga dibutuhkan lembar kerja siswa yang beragam. Guru perlu menyesuaikan kebutuhan belajar siswa dengan membuat soal yang tepat untuk setiap siswa.
“Jadi, ketika orang tua mengambil lembar kerja siswa, kami berkomunikasi terkait kebutuhan dan perkembangan siswa. Ada beberapa tugas yang bentuknya tertulis, ada juga yang berbentuk video dikumpulkan melalui whatssap,” kata Djum’ati.