Kampung Inggris di Kediri Masih Lakukan Pembelajaran Daring
Sejak 26 Maret sampai saat ini lebih dari 150 lembaga kursus bahasa asing di Kampung Inggris, Pare, Kediri, ditutup sementara akibat pandemi Covid-19. Namun pembelajaran masih berlangsung secara daring.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
KEDIRI, KOMPAS — Lembaga penyedia kursus bahasa asing di Kampung Inggris, Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, telah menyiapkan protokol kesehatan. Namun, mereka belum berencana membuka kursus secara tatap muka dalam waktu dekat.
Sejak 26 Maret hingga saat ini, mereka masih menerapkan pembelajaran jarak jauh secara daring. Cara belajar seperti ini sebenarnya dinilai kurang optimal dibandingkan biasanya. Dalam situasi normal, para siswa selalu berinteraksi satu sama lain (bertemu) untuk melatih kecakapan berbicara bahasa asing.
Di Kampung Inggris terdapat 158 lembaga kursus yang telah bergabung dalam Forum Kampung Bahasa (FKB) dan 10 lembaga lainnya belum masuk. Pada kondisi normal biasanya ada 3.000-4.000 siswa yang berkumpul di kawasan itu dalam satu waktu.
Ketua FKB Kampung Inggris Adi Mahesa, Senin (10/8/2020), mengatakan, pembelajaran secara tatap muka masih menunggu zona hijau. Mereka juga masih menunggu kebijakan dari pemerintah daerah setempat.
”Meski begitu, teman-teman sudah menyiapkan protokol kesehatan sejak 8 Juni. Kami sudah berkoordinasi dengan pemerintah desa, kecamatan, dan kabupaten. Tapi (oleh pemerintah daerah) Kampung Inggris belum bisa dibuka. Masih menunggu zona hijau,” ujarnya saat dihubungi dari Malang.
Sejak pandemi Covid-19 merebak, suasana kampung yang berjarak sekitar 18 kilometer di sisi timur laut Kota Kediri itu menjadi sepi. Selain banyak lembaga kursus bahasa yang tutup sementara, denyut kegiatan siswa yang biasanya belajar percakapan bahasa Inggris—di luar tempat kursus—hampir tidak terlihat.
Biasanya, siswa dari berbagai daerah datang ke tempat itu dengan cara mondok, mulai dari harian, mingguan, hingga bulanan, menyesuaikan dengan paket-paket yang disediakan oleh lembaga kursus. Kondisi ini berpengaruh pada geliat ekonomi warga setempat.
Menurut Adi, penutupan sementara kegiatan pembelajaran tatap muka berpengaruh langsung terhadap perekonomian warga yang sebelumnya mendapat pemasukan dari menyediakan fasilitas pendukung, seperti warung makan, persewaan sepeda, dan pemondokan.
”Secara ekonomi tidak ada pemberdayaan terhadap warga karena (sistem daring) yang dapat (pemasukan) lembaga. Pembelajaran daring sifatnya survive (lembaga bertahan) namun tidak membawa dampak bagi masyarakat sekitar,” kata Adi. Adi menyebut perputaran uang di Kampung Inggris bisa mencapai miliaran rupiah dalam sehari sebelum pandemi Covid-19.
Pembelajaran daring sifatnya survive tetapi tidak membawa dampak bagi masyarakat sekitar.
Sementara itu, Pemerintah Kota Kediri hingga saat ini belum menentukan apakah akan tetap mempertahankan pola balajar dari rumah atau tatap muka untuk sekolah-sekolah yang ada di wilayah itu. Hingga saat ini Kota Kediri masih zona oranye.
Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar, yang dihubungi secara terpisah, mengatakan, sejauh ini pihaknya belum berani memaksakan diri agar anak kembali ke sekolah dan melakukan pembelajaran tatap muka. Namun minggu ini pihaknya akan merapatkan masalah tersebut.
”Ada kekhawatiran anak-anak belum bisa menerapkan jarak fisik di sekolah. Di media sosial juga banyak orangtua yang belum setuju anak-anak mereka masuk kembali ke sekolah,” ucapnya. Untuk pembelajaran dari rumah di Kota Kediri sejauh ini tidak ada persoalan. Semua wilayah terjangkau sinyal selular.
Selain membolehkan penggunaan dana bantuan operasional sekolah untuk membeli paket data internet bagi siswa, Pemerintah Kota Kediri juga meminta pihak kelurahan membuka akses Wi-Fi agar bisa dimanfaatkan oleh para siswa guna mendukung pembelajaran dari rumah.