Banyuwangi Berkabut Tebal dan Lebih Dingin dalam Sepekan Terakhir
Sejumlah warga Banyuwangi merasakan hawa dingin dalam seminggu terakhir. Penurunan suhu bahkan munculnya kabut tebal di Banyuwangi adalah dampak adanya kehadiran Monsoon Dingin Australia.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·2 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Hawa dingin terasa di Banyuwangi, Jawa Timur, setidaknya dalam sepekan terakhir. Disertai kabut tebal, kondisi ini dipicu munculnya Monsoon Dingin Australia.
Kabut tebal membuat jarak pandang pada pagi hari di sejumlah tempat berkurang. Di puncak Gunung Ijen, suhu udaranya dilaporkan hingga 6 derajat celsius.
Sony Dwi Fajrian (25), warga Glagah, Banyuwangi, terkejut melihat suasana di sekitar kediamannya yang lebih gelap dari biasanya. Awalnya, dia menduga hal itu disebabkan hujan abu letusan Gunung Raung.
”Ternyata kabut tebal. Jarak pandang hanya 15 meter. Menara BTS dekat rumah yang biasanya terlihat ujungnya, tadi hanya terlihat setengah saja,” ujar pemilik Ijen Home Stay tersebut.
Sony mengatakan, udara pagi hari sekitar pukul 05.30 tersebut lebih sejuk dari biasanya. Saat berkendara, udara terasa lebih lembab.
Hal serupa juga dirasakan sejumlah warga di Rogojampi. Aktivitas Pasar Rogojampi juga diselimuti kabut tebal sekitar pukul 04.30.
”Saya belum pernah merasakan kabutnya setebal hari ini. Saya juga heran, padahal daerah ini (Rogojampi) bukan daerah pegunungan yang biasa ada kabut,” ujar Hermanto, pedagang makanan yang biasa berbelanja di Pasar Rogojampi.
Di puncak Gunung Ijen, suhu udara juga turun menjadi lebih dingin. Kepala Seksi Konservasi Taman Wisata Alam Kawah Ijen Sigit Haribowo mengatakan, terjadi penurunan suhu udara di sekitar Gunung Ijen. Suhu udara di puncak Gunung Ijen bahkan mencapai 6-8 derajat celsius.
Akan tetapi, Sigit mengatakan, belum mendapatkan laporan munculnya embun upas atau embun beku. Tahun lalu, fenomena tersebut sempat terjadi beberapa saat ketika suhu udara di Ijen mencapai 3 derajat celsius.
Sigit memprediksi embun upas bakal terjadi pada akhir bulan Agustus hingga September. Oleh karena itu, Sigit mengingatkan wisatawan di Gunung Ijen harus menggunakan jaket tebal untuk mencegah udara dingin ekstrem.
Dita Purnamasari, prakirawan BMKG Banyuwangi, menyebutkan, kabut tebal dan udara dingin di Banyuwangi adalah fenomena alam yang wajar. Hal itu dampak dari Monsoon Dingin Australia dan puncak musim kemarau seperti sekarang.
”Saat ini, angin bertiup dari arah tenggara-selatan yang membawa angin yang cukup dingin ke wilayah Jawa Timur,” ujarnya.
Dita mengatakan, saat ini, rata-rata suhu udara di Banyuwangi bisa mencapai 23 derajat celsius. Suhu itu lebih rendah dari pada rata-rata suhu udara Banyuwangi saat normal, 26 derajat celsius.