Taman Nasional Sebangau Masih Ditutup, Antisipasi Karhutla Jalan Terus
Selama pandemi Covid-19, Taman Nasional Sebangau belum dibuka, baik untuk kunjungan wisata maupun kegiatan lainnya. Namun, aktivitas di taman nasional masih terus berjalan khususnya untuk mencegah kebakaran hutan.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Selama pandemi Covid-19, Taman Nasional Sebangau belum dibuka, baik untuk kunjungan wisata maupun kegiatan lainnya. Namun, aktivitas di taman nasional masih terus berjalan, khususnya untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan.
Taman Nasional Sebangau (TNS) di Kalimantan Tengah menjadi salah satu lokasi wisata paling ramai dikunjungi di Kota Palangkaraya selama ini. Kawasan yang luasnya mencapai 568.700 hektar biasa dikunjungi 700 hingga 800 orang per minggu di saat normal.
Meskipun demikian, kawasan yang luasnya hampir sembilan kali luas DKI Jakarta itu juga sering disinggahi kebakaran hutan dan lahan hampir setiap tahun. Di tahun 2019 setidaknya 125 hektar lahan di kawasan konservasi itu terbakar.
Kepala Balai Taman Nasional Sebangau Andi M Khadafi menjelaskan, hingga saat ini lantaran pandemi Covid-19 lokasi-lokasi di TNS yang biasanya dibuka untuk wisatawan ditutup sementara. Namun, para petugas tetap berpatroli dan bekerja seperti biasa untuk mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan.
”Kalau antisipasi kebakaran hutan dan lahan masih jalan terus, kalau wisata memang ditutup hingga perkembangan Covid-19 ada kejelasan,” kata Andi di Palangkaraya, Kamis (6/8/2020).
Andi menjelaskan, antisipasi kebakaran hutan dan lahan yang dilakukan, antara lain, koordinasi dengan berbagai instansi terkait, membuat posko siaga karhutla, dan patroli lapangan. ”Kami juga terus memantau kawasan gambut di dalam kawasan,” katanya.
Kebakaran hutan dan lahan hingga kini masih jadi perhatian pemerintah daerah di Kalimantan Tengah. Tahun 2019, dari data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan setidaknya 317.749 hektar lahan terbakar.
Pemerintah pun menyiapkan berbagai macam skema. Data dari Dinas Lingkungan Hidup, 2017-2019 Badan Restorasi Gambut (BRG) membangun setidaknya 10.905 sumur bor yang tersebar di beberapa kabupaten di Kalteng. Lalu membentuk 103 kelompok Masyarakat Peduli Api (MPA) di delapan kabupaten/kota di Kalteng yang masing-masing kelompok berisi lebih kurang 20 orang.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kalteng Esau A Tambang mengungkapkan, saat ini semua kawasan yang dinilai rawan kekeringan mulai dibasahi, termasuk di TNS. Pihaknya juga sedang memeriksa infrastruktur pembasahan gambut (IPG).
”Saat ini masih dilihat sumur bor dan sekat kanal, jadi kalau ada yang tidak berfungsi atau rusak yang diperbaiki. Jadi, sekali jalan pemeliharaan dan pendataan dilakukan sekaligus pembasahan,” ungkap Esau.
Tak hanya pembasahan gambut, lanjut Esau, pihaknya juga fokus pada penguatan kelompok masyarakat. Setidaknya 103 MPA yang sudah terbentuk juga diikutsertakan dalam patroli, pembasahan, hingga pemadaman jika ditemukan titik api.
”Jadi, ada operasi pembasahan yang didalamnya ada anggarannya, ini mungkin agak berbeda dengan tahun lalu. Jadi, kelompok MPA ini benar-benar bisa bekerja maksimal,” kata Esau.
Jadi, kalau ada titik api sekecil apa pun langsung diserbu. Di tiap desa yang rawan itu ada pos bersama yang didalamnya ada semua unsur untuk membantu memadamkan api juga membasahi lahan.
Dari data DLH, anggaran yang disiapkan pihaknya dari APBD hanya Rp 175 juta selama tahun 2020. Hal itu berkurang dari awalnya diusulkan Rp 400 juta. Pemotongan itu terjadi karena situasi pandemi.
”Jadi, kalau ada titik api sekecil apa pun langsung diserbu. Di tiap desa yang rawan itu ada pos bersama yang didalamnya ada semua unsur untuk membantu memadamkan api juga membasahi lahan,” ungkap Esau.
Provinsi Kalimantan Tengah sebelumnya sudah menetapkan status siaga darurat kebakaran hutan dan lahan hingga 28 September 2020. Terdapat tiga kabupaten/kota yang juga menetapkan status kedaruratan yang sama yakni Kabupaten Kotawaringin Barat, Barito Utara, dan yang terakhir Kota Palangkaraya.
Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Kalteng Darliansjah menjelaskan, helikopter itu merupakan bantuan dari BNPB untuk Kalteng sebagai bentuk antisipasi dan respon cepat kebakaran hutan dan lahan.
Helikopter jenis Kamov Ka-31 ini mampu memuat sekitar 5.000 ton air. Selain itu, BNPB juga mengirim pilot mereka yang berasal dari Kanada dan lima kru lain.
”Ini semua disiapkan agar kami lebih siap untuk menghadapi kebakaran hutan dan lahan sehingga tidak menjadi bencana baru. Kami berharap tahun ini bebas asap,” kata Darliansjah.