Kasus di Maluku Bertambah 45, Angka Kematian Pun Meningkat
Kasus Covid-19 di Maluku bertambah 45 menjadi 1.221 orang. Banyak warga tersesat bias informasi yang disampaikan politisi lokal. Kewaspadaan warga pun berkurang.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Pasien Covid-19 di Provinsi Maluku bertambah 45 orang per Kamis (6/8/2020) sehingga total kasus menjadi 1.221. Angka kematian pun bertambah menjadi 25 orang. Kenaikan kasus ini disebabkan mulai berkurangnya kewaspadaan masyarakat akan bahaya covid-19.
Dalam keterangan pers secara tertulis yang disampaikan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Maluku pada Kamis malam, penambahan kasus terjadi di Kota Ambon sebanyak 22 pasien, Kota Tual 21 pasien, serta Maluku Tengah dan Maluku Tenggara masing-masing satu pasien. Sementara itu, total yang sembuh 779 orang atau sekitar 75,4 persen.
Adapun kasus kematian yang pada sepekan sebelumnya 22 orang, kini meningkat menjadi 25 orang. Kamis sekitar pukul 18.15 WIT, satu pasien Covid-19 dari Kota Ambon dengan inisial EAS (51) dimakamkam. Dari 11 kabupaten/kota di Maluku, kasus positif terbanyak ada di Kota Ambon, yakni 854 orang dengan 18 orang di antaranya meninggal.
Ketua Pelaksana Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Maluku Kasrul Selang mengimbau masyarakat agar tetap mematuhi protokol kesehatan. Ia melihat tingkat kewaspadaan masyarakat mulai menurun. Di Kota Ambon, misalnya, semakin banyak warga yang keluar rumah. Jalanan di Ambon pun mulai macet pada jam sibuk.
Di tempat umum banyak orang mengabaikan protokol kesehatan. Mereka tidak mengenakan masker secara sempurna. Masker tidak menutupi mulut dan hitung. Di kafe atau rumah kopi, pengunjung tidak menjaga jarak aman minimal 1,5 meter. Banyak dari mereka juga tidak lagi membawa cairan pembersih tangan.
Perilaku ini mulai tampak setelah Pemerintah Kota Ambon menerapkan pelonggaran selama tiga pekan terakhir. Menurut Kasrul, perilaku itu berpotensi menularkan kasus. Ambon yang turun ke zona oranye bisa kembali naik ke zona merah. ”Pandemi ini masih berlangsung, makanya harus terus waspada. Mari kita sama-sama saling menjaga,” ujarnya.
Pandemi ini masih berlangsung makanya harus terus waspada.
Peningkatan itu juga bisa disebabkan penelusuran kontak yang semakin agresif. Sejauh ini, pemeriksaan tes usap (swab) di Maluku belum mencapai target sebagaimana yang ditetapkan oleh WHO, yakni 10 kali jumlah pasien Covid-19. Hingga Senin (3/8/2020), jumlah sampel tes usap yang diperiksa sebanyak 8.600. Jumlah pasien saat itu 1.135 orang.
Bias informasi
Menurut penelusuran Kompas, menurunnya tingkat kewaspadaan masyarakat disebabkan oleh bias informasi. Ada politisi lokal di Kota Ambon secara terbuka menyatakan ia meragukan kebenaran Covid-19. Bahkan, secara terang-terangan dikatakan bahwa Covid-19 tidak berbahaya. Pernyataan tokoh publik itu oleh sebagian orang dianggap sebagai suatu kebenaran.
”Ada anggota DPRD Kota Ambon bilang Covid-19 tidak berbahaya, jadi saya juga anggap biasa saja. Sementara ada pejabat yang bilang berbahaya. Kira-kira kami mau percaya siapa,” kata Rustam, pedagang di Pasar Mardika Ambon. Beberapa tukang becak juga memberi pandangan serupa.
Sementara itu, ada warga yang menyatakan tetap percaya bahwa virus korona berbahaya dan mengancam nyawa manusia. ”Menyesal punya anggota DPRD seperti itu. Kalau bisa, orang-orang seperti itu ditangkap saja. Mereka bikin masyarakat tambah bingung," kata Hanafi, pedagang asongan di Pelabuhan Slamet Riyadi, Ambon.