Antisipasi Lonjakan Kasus, Jawa Barat Siapkan Tempat Isolasi Selain Rumah Sakit
Selain rumah sakit, 1.510 tempat tidur di sejumlah lokasi di Jawa Barat juga disiapkan menjadi tempat isolasi pasien Covid-19. Hal ini dibutuhkan untuk mengantisipasi lonjakan kasus di tengah pandemi yang belum berakhir.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Selain rumah sakit, 1.510 tempat tidur di sejumlah lokasi di Jawa Barat disiapkan menjadi tempat isolasi pasien Covid-19. Hal ini dibutuhkan untuk mengantisipasi lonjakan kasus di tengah pandemi yang belum berakhir.
Hingga Rabu (5/8/2020), tingkat keterisian tempat isolasi nonrumah sakit masih 16,21 persen. Namun, penambahan kasus Covid-19 di Jabar belum mereda. Kasus positif di Jabar berjumlah 6.912 orang. Jumlah itu tertinggi kelima di Indonesia setelah Jawa Timur, DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan.
Salah satu tempat isolasi nonrumah sakit tersebut berada di gedung Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Jabar di Kota Cimahi. ”Untuk kasus positif tanpa gejala, kami sudah siapkan BPSDM untuk menampung,” ujar Ketua Divisi Pelacakan, Pengujian, dan Manajemen Laboratorium Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar Siska Gerfianti.
Siska mengatakan, pihaknya juga intens menggelar tes masif di sejumlah instansi. Tes, di antaranya, dilakukan di Kantor Kejaksaan Tinggi Jabar, TVRI Jabar, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Jabar, serta Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jabar.
”Tujuannya, kami ingin melihat bagaimana peta penyebaran Covid-19 dan untuk memutus rantai penularan,” katanya.
Sebelumnya, 1.265 orang di Gedung Sate, kompleks perkantoran Pemprov Jabar, menjalani tes usap pada 26-28 Juli. Hasilnya, 40 orang terkonfirmasi positif Covid-19.
Lonjakan kasus Covid-19 di Jabar patut diantisipasi. Sebab, berdasarkan data Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jabar (Pikobar), dalam tujuh hari terakhir, 30 Juli-5 Agustus, terdapat 147 kasus baru.
Tingkat keterisian tempat isolasi nonrumah sakit di Jawa Barat masih 16,21 persen. Namun, penambahan kasus Covid-19 belum mereda.
Jumlah itu meningkat dibandingkan dengan pekan lalu pada 23-29 Juli dengan 550 kasus. Penambahan kasus baru dalam beberapa hari terakhir membuat tingkat reproduksi Covid-19 di Jabar naik menjadi 1,05.
Kapasitas laboratorium untuk memeriksa sampel juga akan ditingkatkan. Saat ini Laboratorium Kesehatan (Labkes) Jabar mampu memeriksa 1.500-2.000 sampel per hari.
Penanggung jawab Labkes Jabar Ryan B Ristandi menyebutkan, reagen untuk tes reaksi berantai polimerase (PCR) yang tersedia dapat mengetes sekitar 250.000 sampel.
”Agustus ini kami ada program tes PCR di 27 kabupaten/kota dengan target 105.000 sampel. Itu akan disebar di 28 laboratorium satelit,” ujarnya.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan, pihaknya meningkatkan tes usap atau PCR dengan target 1 persen dari jumlah penduduk. Jumlah itu setara dengan 500.000 orang.
Berdasarkan data Pikobar, jumlah tes PCR di Jabar baru mencapai 162.130 tes. Selain itu, Jabar juga telah melakukan 265.921 tes cepat.
Kamil menuturkan, tes usap seharusnya dilakukan minimal kepada 20 orang yang melakukan kontak erat terhadap satu kasus positif Covid-19. Hal ini dibutuhkan agar pemetaan persebaran virus korona baru berjalan optimal.
”Nah, rasio (pengetesan 20 kontak erat) itu masih belum dilakukan. Dalam satu kasus hanya dua atau tiga (orang) yang dites keluarga terdekatnya,” ujarnya.