Pembangunan Manado Marina Bay Tak Ada Kemajuan Setelah Resmi Dimulai Enam Bulan Lalu
Setengah tahun setelah peletakan batu pertama, pembangunan Manado Marina Bay tidak berlanjut. Anggaran serta rencana induk infrastruktur pendukung pariwisata itu juga akan berubah.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — Setengah tahun setelah peletakan batu pertama, pembangunan Manado Marina Bay di Manado, Sulawesi Utara, tidak berlanjut. Anggaran serta rencana induk infrastruktur pendukung pariwisata di Manado-Bitung-Likupang sebagai Destinasi Superprioritas itu juga dirombak menyusul perubahan susuan direksi PT Pelindo IV sebagai penanggung jawab proyek.
Tidak ada perubahan yang kasatmata di titik peletakan batu pertama pembangunan Manado Marina Bay (MMB), pada Rabu (5/8/2020), jika dibandingkan dengan 13 Februari. Di sepetak tanah kosong di selatan pelabuhan itu, tepat di depan pintu gedung pelabuhan, hanya ada tumpukan pasir dan batu.
Poster MMB yang menunjukkan gambaran tiga dimensi hotel 24 lantai serta dermaga modern dengan logo PT Pelindo IV sudah tidak ada. Batu yang diletakkan saat acara seremonial Februari lalu juga sudah tidak ada. Tidak ada alat berat ataupun pekerja yang melanjutkan proyek itu.
General Manager (GM) PT Pelindo IV Cabang Pelabuhan Manado M Sofyan Marasabessy mengatakan, desain pelabuhan masih disusun manajemen kantor pusat serta konsultan di Jakarta. Rencana induk pelabuhan (RIP) belum final karena ada perubahan menyusul survei lokasi.
”Kami masih menunggu hasilnya seperti apa. Desain di beberapa area masih harus diselesaikan. Sebenarnya, Desember 2019 lalu sudah ada RIP-nya, tetapi perlu ada perubahan agar tidak ada masalah di belakang hari,” kata Sofyan.
Salah satu hal yang masih harus dibahas adalah akses masuk ke pelabuhan MMB. Untuk menghindari kemacetan, PT Pelindo IV merencanakan adanya akses kendaraan yang terhubung dengan Jembatan Soekarno. Penyusunan jalan itu masih dibahas oleh Pemprov Sulut dan Pemkot Manado.
”Kami ingin MMB ini nyaman bagi wisatawan, termasuk aksesnya. Kami juga ingin menghindari kemacetan di Manado. Jadi, akses ini masih dibicarakan karena ada beberapa rekomendasi akses lain juga. Masih dirundingkan pemprov dan pemkot,” kata Sofyan.
Kami ingin MMB ini nyaman bagi wisatawan, termasuk aksesnya. Kami juga ingin menghindari kemacetan di Manado. (M Sofyan Marasabessy)
Dihubungi dari Manado, Kepala Dinas Perhubungan Sulut Lynda Watania menolak memberi keterangan detail. Menurut dia, masalah akses ke MMB memang menjadi salah satu topik pembahasan. ”Tetapi, nanti kita koordinasi lagilah, ya,” kata Lynda sebelum mengakhiri percakapan.
Di samping masalah akses, kata Sofyan, survei lokasi juga berujung pada beberapa perubahan fitur penting MMB, seperti hotel setinggi 24 lantai, pusat perbelanjaan, dan dermaga yacht. Hal ini juga masih harus disesuaikan dengan kapasitas pelabuhan serta perkiraan pengunjung yang sampai sekarang masih dalam penyusunan.
”Kami masih rapatkan, termasuk anggaran pembangunan. Jika sudah clear semua, konsultan sudah selesai memetakan desain, dan anggaran sudah bisa diperkirakan, kami akan publikasikan,” kata Sofyan. Ia menambahkan, proses ini terhambat oleh keharusan rapat dalam jaringan selama pandemi Covid-19, yang dinilainya tidak seefektif rapat tatap muka.
Pada peresmian Februari disebutkan bahwa MMB akan dibangun dengan dana Rp 1 triliun dari dana internal PT Pelindo IV serta beberapa investor. PT Pelindo IV akan bersinergi dengan PT PP sebagai penanggung jawab utama proyek. Proyek ini dijanjikan selesai sebagian pada Desember 2020.
Menurut rencana, MMB akan didirikan dengan dermaga seluas 1.600 meter persegi dan area susun 2.150 meter persegi. Berbagai fasilitas pendukung pariwisata meliputi ruang pameran, pelataran kuliner, anjungan pelabuhan, dan hotel setinggi 24 lantai direncanakan dibangun. Hal ini untuk mendukung pariwisata di Manado-Bitung-Likupang sebagai Destinasi Superprioritas.
Saat itu, Gubernur Sulut Olly Dondokambey berjanji akan mendukung penuh pembangunan MMB. Sebab, keberadaannya bisa menggairahkan industri pertemuan, insentif, konvensi/konferensi, dan pameran (MICE) di Sulut. Akan semakin banyak acara internasional yang bisa digelar di Sulut.
Namun, rencana ini mandek setelah Farid Padang, yang merancang program pembangunan MMB, diberhentikan dari jabatan Direktur Utama PT Pelindo IV setelah acara peletakan batu pertama MMB. ”Saya juga kaget karena tidak ada pemberitahuan sebelumnya. Setelah saya tidak menjabat, beberapa program saya, termasuk MMB, tidak jelas kelanjutannya,” kata Farid yang sampai sekarang belum mendapat tugas baru dari Kementerian BUMN.
Ketidakjelasan kelanjutan MMB ini menambah daftar proyek nasional yang tak kunjung rampung di Sulut. Sejumlah proyek lain seperti Jalan Tol Manado-Bitung, Bendungan Kuwil Kawangkoan, Bendungan Lolak, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bitung, dan KEK Likupang hingga kini belum selesai. Beberapa di antaranya mulai dibangun sejak 2015.