Lacak Kluster RSUD 1945 Kuningan, 286 Warga Jalani Tes Usap
Sebanyak 286 warga teridentifikasi kontak erat dengan 19 kasus positif Covid-19 kluster RSUD 1945, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Mereka akan menjalani tes usap.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·4 menit baca
KUNINGAN, KOMPAS — Sebanyak 286 warga teridentifikasi kontak erat dengan 19 kasus positif Covid-19 kluster RSUD 1945, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Mereka akan menjalani tes usap untuk mendeteksi sekaligus mencegah penularan virus korona baru penyebab Covid-19 tersebut.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kuningan Denny Mustofa mengatakan, pihaknya telah melakukan tes usap terhadap 148 orang di lingkungan RSUD 1945. ”Besok (Rabu, 5/8/2020), menurut rencana, 138 keluarga dan rekan kerja kasus pasien akan tes swab (usap),” katanya, Selasa (4/8/2020), di Kuningan.
Pekan lalu, RSUD 1945 Kuningan menjadi kluster baru penularan Covid-19. Dari 100 karyawan yang menjalani tes usap, 11 perawat, 4 dokter internship, 3 dokter, dan 1 petugas kebersihan terkonfirmasi positif Covid-19.
Mereka bertugas di instalasi gawat darurat (IGD) dan poli umum. Adapun tenaga kesehatan yang berjaga di ruangan isolasi Covid-19 dinyatakan negatif virus korona baru.
Pasca-penemuan kasus, IGD RSUD 1945 ditutup 12 jam untuk dilakukan dekontaminasi dengan cairan disinfektan di area RS. Kini, 19 kasus yang tanpa gejala klinis Covid-19 itu menjalani karantina di eks Rumah Sakit Citra Ibu.
Denny mengatakan, 286 orang yang teridentifikasi melakukan kontak erat dengan kasus positif harus menjalani isolasi mandiri hingga hasil tes usap menunjukkan negatif Covid-19. Dengan demikian, potensi penularan Covid-19 bisa dicegah.
Denny berharap hasil pemeriksaan sampel usap di Laboratorium Kesehatan Daerah Jabar di Bandung bisa segera keluar dalam tiga hari. Sebenarnya, pemeriksaan dengan metode reaksi rantai polimerase (PCR) bisa lebih cepat diketahui jika dilakukan di Cirebon, tetangga Kuningan. Namun, pihaknya terbatas anggaran, sedangkan pemeriksaan di Labkesda tidak dipungut biaya.
Direktur RSUD 1945 Kuningan Deki Saefullah mengeluhkan pemeriksaan sampel usap di Labkesda yang bisa memakan waktu seminggu. Dari 100 pegawai RSUD yang menjalani tes, lanjutnya, baru sekitar 60 orang yang hasil pemeriksaannya diketahui.
Meski demikian, lanjut Deki, operasional RSUD 1945 tetap berjalan dengan sejumlah pengetatan. ”Rumah sakit ditutup untuk pengunjung hingga batas waktu yang belum ditentukan. Hanya pasien dan seorang penjaga pasien yang boleh datang. Ini demi keselamatan semuanya,” ungkapnya.
Meskipun menjadi kluster baru penularan, RSUD 1945 tetap menangani kasus Covid-19.
Setiap pasien juga harus menjalani tes uji cepat. Adapun pasien yang memiliki gejala Covid-19, seperti demam dan sesak napas, akan menjalani tes usap. Ruang tunggu tambahan pun disiapkan di luar rumah sakit. Seluruh tenaga kesehatan juga dibekali alat pelindung diri (APD).
Menurut Deki, meskipun menjadi kluster baru penularan, RSUD 1945 tetap menangani kasus Covid-19. Saat ini, dua suspek Covid-19 dirawat di rumah sakit. Tim penanganan Covid-19 berjumlah 60 orang pun tetap bersiaga.
Kepala Dinas Kesehatan Kuningan Susi Lusiyanti mengatakan, untuk mencegah munculnya kluster baru, termasuk di rumah sakit, pihaknya bakal menggelar tes usap massal pada 10 Agustus. Menurut rencana, tes dilakukan dua minggu dengan target sekitar 2.000 orang. Salah satu sasarannya adalah tenaga kesehatan.
Pihaknya memastikan alat untuk tes usap massal tersedia. ”Alhamdulillah, Pemerintah Provinsi Jabar mengabulkan permintaan kami untuk pengadaan alat PCR. Minggu depan kami ambil dan semoga sudah bisa melakukan pemeriksaan bulan September,” katanya.
Hingga kini, baru sekitar 3.500 warga Kuningan yang menjalani tes usap. Jumlah itu berkisar 0,3 persen dari jumlah penduduk Kuningan, yakni 1.080.804 jiwa. Semakin luas cakupan tes usap, semakin banyak kasus yang dapat terdeteksi.
”Dengan begitu, penanganannya bisa lebih cepat, seperti melakukan isolasi terhadap kasus. Penularan Covid-19 pun bisa dicegah,” kata Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon Catur Setiya Sulistiyana.
Apalagi, berkaca dari kluster RSUD 1945 Kuningan, Catur menilai penularan berasal dari luar rumah sakit. Sebab, para tenaga kesehatan telah mengenakan APD. ”Di luar, kan, tidak. Apalagi, aktivitas warga sudah seperti normal sebelum pandemi,” katanya.
Hal itu tampak dari 70 kasus positif yang terdeteksi di Kuningan, dua di antaranya meninggal dan 41 orang lainnya dinyatakan sembuh. Kuningan tercatat menjadi daerah dengan kasus positif Covid-19 tertinggi kedua di Jabar bagian timur setelah Kabupaten Cirebon dengan 74 kasus.