Penambahan Kasus Harian Banyuwangi Catatkan Rekor Tertinggi
Untuk pertama kalinya sejak pandemi Covid-19 merebak, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, mencatatkan tambahan 12 kasus dalam sehari.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Untuk pertama kalinya sejak pandemi Covid-19 merebak, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, mencatatkan tambahan 12 kasus dalam sehari. Ini menjadi rekor penambahan kasus harian terbanyak di Banyuwangi.
Hingga Senin (3/8/2020) pagi, Dinas Kesehatan Banyuwangi mencatat ada 70 kasus positif Covid-19. Sebanyak 44 kasus dinyatakan sembuh, 3 orang meninggal, dan 23 lainnya masih dirawat.
Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi dr Widji Lestariono mengungkapkan, penambahan 12 kasus tersebut diketahui setelah pemeriksaan laboratorium terhadap 29 sampel usap (swab). Sejak awal Juli, RSUD Blambangan Banyuwangi sudah mampu melakukan pemeriksaan mandiri spesimen usap.
Sebelumnya, spesimen usap di Banyuwangi selalu dikirim ke Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Surabaya dan Laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangkan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan.
”Dari 29 sampel tes usap, hasilnya 12 dinyatakan konfirmasi Covid-19 dan 17 lainnya dinyatakan negatif. Dari 12 kasus positif, 6 orang di antaranya diketahui memiliki riwayat perjalanan luar kota maupun kontak erat dengan orang dari luar kota,” ungkap Widji.
Kemarin, Banyuwangi juga menambah kasus kematian akibat Covid-19 sehingga persentase tingkat kematian mencapai 4,29 persen. Adapun tingkat kesembuhan mencapai 44 kasus dari total 70 kasus. Dengan demikian, persentase tingkat kesembuhan mencapai 62,86 persen.
Sebagian besar kasus positif Covid-19 berhubungan dengan riwayat perjalanan luar kota.
Widji berharap agar warga tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan dan menahan diri untuk tidak bepergian ke luar kota. Pasalnya, sebagian besar kasus positif Covid-19 berhubungan dengan riwayat perjalanan luar kota.
”Dari penambahan 12 kasus, ada sopir logistik rute Bali dan juga sopir yang baru pulang dari mengirim barang ke Sidoarjo. Selain itu, ada empat orang yang baru saja melakukan perjalanan dari Sidoarjo, Probolinggo ataupun kontak erat dengan kerabat asal Surabaya,” ujar Widji.
Penambahan 12 kasus ini juga memukul dunia kesehatan Banyuwangi menyusul masuknya empat tenaga kesehatan dalam daftar positif Covid-19. Keempat tenaga kesehatan tersebut tertular setelah melakukan kontak erat dengan Pasien 54.
”Kami belum bisa memastikan kontak seperti apa yang terjalin antara para tenaga kesehatan dengan Pasien 54 ini. Namun, yang jelas, Pasien 54 ini merupakan kerabat para tenaga kesehatan yang kerap melakukan perjalanan ke Surabaya,” tutur Widji.
Widji mengaku prihatin dengan tenaga kesehatan yang terinfeksi. Namun, ia berharap agar masyarakat tidak terlalu khawatir berlebihan jika akan berobat ke fasilitas kesehatan. Ia yakin, fasilitas kesehatan juga telah menerapkan protokol kesehatan yang sangat ketat.
Penambahan 12 kasus dalam sehari merupakan rekor tertinggi yang ada di Banyuwangi. Sebelumnya, penambahan tidak pernah lebih dari 10 kasus dalam sehari. Nety Resyana Dewi, ibu rumah tangga dengan tiga orang anak, mengaku semakin khawatir dengan kondisi ini. Ia menyebut belum dibukanya persekolahan adalah langkah yang tepat.
”Tidak dibukanya sekolah terbukti berhasil karena tidak ada kasus penularan di sekolah. Sekarang, yang harus diperhatikan ialah orang yang keluar masuk Banyuwangi karena penambahan kasus sebagian besar dari riwayat perjalanan,” ujar Dewi.
Rekor penambahan kasus harian ini terjadi saat pemerintah pusat dan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi sedang giat mempromosikan pariwisata di Banyuwangi. Promosi tersebut berpotensi semakin membuat banyak orang dari luar daerah masuk ke Banyuwangi.
”Banyuwangi memang zona kuning, jadi semakin banyak orang ingin beriwisata ke Banyuwangi. Tapi, saya sebagai orang Banyuwangi, justru semakin khawatir kalau banyak orang dari luar Banyuwangi berwisata ke Banyuwangi,” ujar Hermawan, warga Banyuwangi.
Hermawan mengatakan hal itu karena ia masih menemukan protokol kesehatan yang diabaikan di sejumlah tempat umum. Selain itu, penyebaran virus oleh orang tanpa gejala juga tidak bisa terpantau.