Papua Masih Kesulitan Alat Pemeriksaan Sampel Usap
Tes Covid-19 di Papua belum mencapai standar yang ditetapkan WHO. Hal ini dipicu minimnya fasilitas dan banyak kabupaten yang tidak melaksanakan pemeriksaan Covid-19.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·2 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Pemeriksaan Covid-19 di Papua belum sesuai standar yang ditetapkan WHO. Penyebabnya karena faktor ketersediaan alat untuk pemeriksaan sampel usap cenderung minim.
Hal ini disampaikan juru bicara Satuan Tugas Pengendalian, Pencegahan, dan Penanganan Covid-19, Silwanus Sumule, di Jayapura, Minggu (2/8/2020).
Silwanus mengatakan, standar yang ditetapkan WHO adalah 10 pemeriksaan Covid-19 untuk satu kasus pasien yang positif virus tersebut.
Pemeriksaan sampel usap, baik melalui alat tes cepat molekuler (TCM) maupun alat PCR, baru mencapai 28.381 hingga Sabtu malam. Kami sudah maksimal dan hampir mencapai standar WHO. (Silwanus Sumule)
Berdasarkan data, kasus pasien positif Covid-19 di Papua telah mencapai 3.040 hingga Sabtu (1/8/2020) malam. Sesuai dengan standar WHO, seharusnya pemeriksaan Covid-19 mencapai 30.400.
”Pemeriksaan sampel usap, baik melalui alat tes cepat molekuler (TCM) maupun alat PCR, baru mencapai 28.381 hingga Sabtu malam. Kami sudah maksimal dan hampir mencapai standar WHO,” kata Silwanus.
Ia menuturkan, pemeriksaan sampel usap di laboratorium sering kali terkendala ketersediaan zat reagen, minimnya alat pemeriksaan Covid-19. Selain itu, hanya sejumlah daerah yang aktif melakukan pemeriksaan Covid-19, seperti Kota Jayapura.
Jumlah kumulatif pasien positif Covid-19 di Kota Jayapura hingga Sabtu telah mencapai 1.854 orang, yang meliputi 1.291 dirawat, 539 orang sembuh, dan 24 orang meninggal.
Diketahui alat pemeriksaan sampel usap hanya terdapat di Kota Jayapura, Kabupaten Mimika, Kabupaten Merauke, Kabupaten Kepulauan Yapen, Kabupaten Nabire, dan Kabupaten Jayawijaya.
Masih terdapat 13 kabupaten di Papua yang telah ditemukan kasus positif Covid-19, tetapi belum memiliki alat pemeriksaan sampel usap.
”Kami sudah berupaya meminta bantuan pengadaan mobil PCR kepada pihak Badan Nasional Penanggulangan Bencana,” katanya.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia Papua Donald Aronggear mengungkapkan, pihaknya prihatin dengan belum adanya alat pemeriksaan sampel usap di banyak rumah sakit untuk penanganan Covid-19. Misalnya Rumah Sakit Umum Daerah Dok II dan Rumah Sakit Abepura.
Rawan tertular
Ia berpendapat, tanpa alat pemeriksaan sampel usap di rumah sakit, tenaga kesehatan dan pasien sangat rawan tertular Covid-19.
Adapun dari data Satgas Pengendalian, Pencegahan, dan Penanganan Covid-19 Papua, terdapat 307 tenaga kesehatan di Papua yang dirawat karena positif Covid-19. Sementara satu tenaga kesehatan meninggal akibat Covid-19.
”Kami meminta Pemprov Papua wajib menyiapkan alat pemeriksaan sampel usap di seluruh rumah sakit. Hanya dengan cara tersebut dapat mencegah penyebaran Covid-19 di rumah sakit,” kata Donald.