Gotong Royong Internet yang Dibutuhkan
Empat bulan pandemi Covid-19 menjadi masa-masa penuh perjuangan, termasuk dalam dunia pendidikan. Namun, di antara kegetiran, muncul sejumlah inisiatif warga yang menyejukkan.
Empat bulan pandemi Covid-19 menjadi masa-masa penuh perjuangan, termasuk dalam dunia pendidikan. Namun, di antara kegetiran, muncul sejumlah inisiatif warga yang menyejukkan.
Halaman rumah itu tergolong tak luas, 5 meter x 6 meter saja. Namun, tempat itu menjadi tempat berharga bagi tujuh anak sekitar yang membutuhkan akses internet untuk belajar jarak jauh.
Mereka adalah anak-anak dengan latar belakang keluarga kurang mampu, di antaranya anak buruh bangunan lepas, pedagang keliling, asisten rumah tangga, dan pekerja serabutan.
Anak-anak itu datang ke rumah tersebut dari pukul 08.00 sampai pukul 12.00. ”Saya sangat terbantu bisa mendapat akses internet gratis dan kencang,” kata Dio Ferdinand, siswa kelas VII SMP, yang rutin mengakses internet di sana, Kamis (30/7/2020). Sering kali, ia kehabisan kuota internet ibunya yang memang terbatas.
Pemberi fasilitas internet gratis itu Irsan Mulyadi (34), pewarta foto. Beberapa hari terakhir ini ia lakukan inisiatif tersebut.
Ia tergerak menyediakan akses internet gratis setelah membaca berita tentang seorang anak yang lari dari rumah karena menghabiskan kuota internet orangtuanya. Ternyata, kuota itu digunakan untuk pembelajaran jarak jauh.
Halaman rumah Irsan di Jalan Tani Asli, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, itu menjadi tempat belajar yang nyaman. Ada meja dan kursi di halaman rumah dengan rumput hijau dan pohon yang rindang.
Protokol kesehatan Covid-19 pun diterapkan. Ada air dan sabun cair untuk tempat mencuci tangan. Setiap anak yang datang wajib mencuci tangan, menjaga jarak, dan mengenakan masker selama belajar.
Akses internet itu, kata Irsan, merupakan bagian dari langganan paket internet rumah yang ia bayar sekitar Rp 570.000 per bulan. Agar proses belajar-mengajar bisa maksimal, anak-anak pun hanya diizinkan menggunakan akses internet selama untuk keperluan belajar. Kini, tujuh anak rutin datang setiap pagi.
”Ada juga anak yang datang bahkan tidak membawa gawainya. Kami meminjamkan gawai agar ia bisa mengakses internet,” kata Irsan. Dari mereka, ia tahu beberapa bulan belakangan anak-anak tersebut kesulitan akses internet untuk pembelajaran jarak jauh.
Bahkan, ada yang ikut ke tempat kerja orangtuanya di salon mobil agar bisa mendapat akses internet gratis.
Bagi Dio, akses internet itu sangatlah penting karena ia harus belajar mandiri. Karena harus belajar sendiri tanpa dibimbing guru langsung, ia pun harus mencari tambahan bahan pelajaran dari berbagai laman situs.
Inisiatif serupa juga muncul di sejumlah tempat, seperti yang viral di media sosial, yakni gotong royong internet di sebuah rukun tetangga di Subang, Jawa Barat. Setiap hari, keluarga di sana menyisihkan uang Rp 1.000 yang diletakkan di dalam stoples di rumah.
Kumpulan uang sekitar 50 keluarga itu cukup untuk berlangganan internet yang dipasang di balai RT. Setiap akhir bulan, pengurus karang taruna mengambil uang di setiap rumah.
Bukan hanya akses internet yang diperoleh, melainkan juga kertas dan tinta printer untuk mencetak tugas sekolah, jika harus. Anak-anak tak perlu ke persewaan komputer. Komputer di balai RT itu juga sumbangan warga.
Bahkan, masih ada sisa kas untuk honor Rp 20.000 per hari bagi pemuda-pemudi pendamping anak-anak belajar. Mereka pemuda setempat yang sudah lulus SMA/SMK tetapi belum bekerja.
Pemerintah daerah
Di Jawa Timur, Pemerintah Kota Surabaya bersiap memasang layanan internet yang bisa diakses gratis di seluruh balai rukun warga (RW). Fasilitas itu menjadi solusi bagi pelajar yang tak mampu membeli paket data untuk pembelajaran dalam jaringan internet selama wabah Covid-19.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Surabaya Muhammad Fikser mengatakan, pemasangan layanan internet di balai RW rencananya dimulai pekan depan. Fasilitas ini utamanya akan digunakan bagi siswa SD, SMP, SMA, dan SMK di Surabaya.
Dari survei yang dilakukan di 1.200 dari 1.360 balai RW di Surabaya, mayoritas memenuhi syarat untuk digunakan pembelajaran daring. Ruangan cukup luas sehingga mampu memastikan siswa yang memanfaatkan layanan tersebut mematuhi protokol kesehatan.
”Bagi balai RW yang ruangannya tidak memadai bisa menggunakan fasilitas lain di kawasan itu yang lebih memadai, seperti balai pertemuan,” kata Fikser.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, selain balai RW, akan dioptimalkan 53 broadband learning center (BLC) untuk tempat pembelajaran daring. Fasilitas di BLC itu memadai untuk pembelajaran daring karena ada komputer dan internet.
Namun, siswa yang dibolehkan memanfaatkan layanan internet gratis akan dibatasi. Hanya siswa dari keluarga kurang mampu yang boleh mengaksesnya. Sebab, jangan sampai balai RW dan BLC menjadi tempat belajar siswa saat pandemi yang berarti ada risiko penularan.
”Kapasitasnya disesuaikan dengan kemampuan daya tampung agar tetap dapat mematuhi protokol kesehatan,” ujar Risma.
Hal senada diutarakan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa yang meminta seluruh bupati/wali kota mendorong lurah/kepala menyediakan fasilitas internet cuma-cuma bagi pelajar untuk mendukung pembelajaran daring.
Penyediaan internet gratis dianggap menjadi solusi karena metode pembelajaran di sekolah reguler belum bisa diadakan dengan tatap muka di sekolah. ”Kami meminta agar setiap desa bisa menyediakan fasilitas internet gratis,” kata Khofifah.
Di tengah berbagai rencana pemerintah daerah, para pengelola tempat usaha, seperti warung atau kedai kopi, sudah bergerak menyediakan fasilitas internet gratis, khusus bagi pelajar. Meski upaya ini bermotif bisnis, kalangan pelajar memanfaatkannya.
Di warung kopi Pitulikur, Jalan Ngagel, Surabaya, misalnya, sudah hampir sebulan menyediakan internet gratis bagi pelajar. Bahkan, pelajar juga disediakan teh hangat dengan syarat datang untuk pembelajaran daring, bukan untuk bermain gim daring.
Beberapa siswa SMP dan SMA rutin datang ke warung itu pada pagi hingga menjelang tengah hari. Di sana, mereka berbaur dengan konsumen dewasa yang makan dan minum, bahkan merokok.
(NSA/SYA/BRO)