Shalat Id di Kantor Gubernur Sumbar Terapkan Protokol Kesehatan
Shalat id kembali digelar di halaman Kantor Gubernur Sumatera Barat dalam perayaan Idul Adha 1441 H dengan menerapkan protokol kesehatan. Umat diminta memiliki ketahanan kolektif menghadapi pandemi Covid-19.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Shalat hari raya atau shalat id kembali digelar di halaman Kantor Gubernur Sumatera Barat, Padang, pada perayaan Idul Adha 1441 Hijriah ini dengan menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19. Jemaah diminta memiliki ketahanan kolektif dalam menghadapi pandemi Covid-19.
Jemaah shalat Id mulai mendatangi halaman Kantor Gubernur Sumbar, Jumat (31/7/2020) pukul 06.30. Shalat Id dimulai pukul 07.33 dipimpin oleh Irsat, ustaz di Sumbar. Sementara khotbah disampaikan oleh Ustaz Duski Samad, Ketua Majelis Ulama Indonesia Kota Padang.
Jemaah shalat Id menggunakan masker dan membawa sajadah masing-masing. Sebelum masuk ke halaman kantor gubernur, petugas memeriksa suhu tubuh jemaah dengan pistol termometer. Dalam saf, jarak jemaah sekitar 1 meter.
Jika dibandingkan dengan Idul Adha 1440 Hijriah yang dirayakan pada 11 Agustus 2019, shalat Id di kantor gubernur tahun ini relatif sepi akibat pandemi Covid-19. Jumlah jemaah tidak sampai separuh jumlah jemaah dalam shalat Id tahun lalu. Adapun pada Idul Fitri pada 23 Mei 2020, shalat Id di halaman kantor gubernur ditiadakan.
Gubernur Sumbar Irwan Prayitno mengatakan, sejak normal baru kegiatan shalat berjemaah sudah kembali diadakan di Sumbar, termasuk shalat Id. Yang terpenting dalam shalat berjemaah adalah penerapan protokol kesehatan. Menurut dia, jemaah shalat Id di halaman kantor gubernur sudah tertib dan disiplin menjalankan protokol kesehatan.
”Shalat Idul Adha berjemaah relatif bisa dikontrol dibandingkan dengan tempat kerumunan lainnya, seperti di pasar dan restoran karena jadwalnya dan tempatnya jelas. Asalkan diatur masuk dan pulangnya jemaah, shalat Id aman. Tadi kami melihat jemaah jaga jarak dan pulangnya antre. Intinya, jika protokol kesehatan diterapkan aman. Kita bisa produktif, termasuk dalam beribadah,” kata Irwan.
Ketahanan kolektif
Duski dalam khotbah menyampaikan, pandemi Covid-19 jangan sampai menurunkan semangat umat Islam karena selalu ada hikmah di balik cobaan. Ujian pandemi Covid-19 dalam empat bulan terakhir membutuhkan kekuatan serta daya tahan diri, keluarga, dan masyarakat dalam menghadapi ancaman psikis, ekonomi, dan sosial.
”Menguatkan solidaritas internal dalam keluarga seperti yang dilakukan Nabi Ibrahim, istrinya Sarah, dan anaknya Ismail, yang tegar dan satu kata dalam menghadapi iblis, yang disimbolkan dengan melempar jamaraat (syariat ibadah haji) adalah teladan abadi dalam menghadapi tantangan,” kata Duski.
Menghadapi Covid-19, masyarakat harus mempertahankan ketahanan kolektif.
Duski melanjutkan, dalam menghadapi Covid-19, masyarakat harus mempertahankan ketahanan kolektif. Dalam situasi itu, takwa adalah energi mental spiritual untuk bangkit dan tetap kuat menghadapi situasi seburuk apa pun.
Makna pesan takwa dalam hal ini, kata Duski, termasuk loyal pada pemimpin, patuh terhadap aturan secara mandiri, disiplin ketat terhadap budaya pencegahan Covid-19, dan kesadaran untuk meninggalkan larang Allah SWT sepenuh hati.
”Pesan takwa adalah terwujudnya umat yang mandiri dan berkesadaran penuh menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan, dan mematuhi protokol kesehatan di tempat umum untuk ketahanan kolektif bagi kebaikan umum,” ujar Duski.
Duski juga mengingatkan, agar umat membagikan daging kurban kepada kaum miskin yang jarang mendapatkan protein hewani. Peserta kurban kurban juga boleh memanfaatkan daging kurban. Pemanfaatan daging kurban oleh warga miskin ataupun peserta kurban bermakna setiap orang sama di hadapan Tuhan.
”Kesamaan manusia di hadapan Allah SWT dan kewajiban tolong-menolong adalah tali pengikat sosial yang tangguh karena saling memberi adalah indikasi seseorang itu mulia dan terhormat,” ujar Duski.
Cepat berlalu
Rita Warman (39), jemaah shalat Id di halaman kantor gubernur, mengatakan, bersyukur bisa ikut shalat Id berjemaah. Pada momen Idul Fitri lalu, ia tidak bisa mendapatkan momen ini.
Menurut Rita, Idul Adha di tengah pandemi Covid-19 merupakan momen untuk menguji keimanan. Di tengah Lebaran, yang kental dengan suasana kedekatan dan silaturahmi, umat mesti menjaga jarak untuk mencegah penularan Covid-19.
”Kami berharap pandemi Covid-19 bisa segera berlalu sehingga bisa beraktivitas normal dan anak-anak bisa sekolah. Berharap bisa shalat berjemaah dengan saf rapat seperti biasa dan ramai karena lebih terasa kebersamaannya. Sekarang, jemaah agak sepi,” katanya.