Di Pasar, Perjuangan adalah Pelaksanaan Protokol Kesehatan
Pedagang kini harus siap jika pasar ditutup tiba-tiba karena pedagang lain terjangkit Covid-19. Bagi mereka, perjuangan di masa pandemi adalah pelaksanaan protokol kesehatan.
BALIKPAPAN, KOMPAS — Pedagang yang semula hanya berhadapan dengan naik dan turunnya harga kini harus siap jika pasar ditutup tiba-tiba karena pedagang lain terjangkit Covid-19. Mereka perlu bersiasat agar tetap sehat dan dagangan bisa tetap terjual. Bagi mereka, perjuangan di masa pandemi adalah pelaksanaan protokol kesehatan.
Jefri (57) baru saja menimbang ikan yang ia jual di lantai dasar Pasar Rapak, Kelurahan Muara Rapak, Kecamatan Balikpapan Utara, Kota Balikpapan, Minggu (26/7/2020). Ini hari ketiga ia melapak kembali setelah Pasar Rapak ditutup pada 21-23 Juli 2020 karena empat pedagang terkonfirmasi positif Covid-19.
Saat mendapat kabar bahwa pasar harus ditutup sementara, ia kebingungan bagaimana menjual ikan-ikan laut yang ia jual. Ia baru saja belanja stok barang dagangan sekitar 40 kilogram ikan pada Senin (20/7/2020). Padahal, ikan-ikan itu hanya bisa bertahan sekitar 4 hari jika disimpan di dalam kotak es.
”Untung pengelola pasar mengizinkan kami untuk keluar-masuk mengambil barang. Ikan-ikan itu, kalau tidak segera dijual, bisa rusak dan busuk,” kata Jefri.
Baca juga: Pasar Rapak Balikpapan Ditutup 3 Hari, Pedagang Harus Jalani Tes Usap
Jefri langsung menitipkan ikan-ikan itu ke pedagang ikan di pasar lain supaya bisa terjual. Meski sudah berupaya keras dan ikan disimpan di dalam kotak es, masih saja ada ikan yang busuk. Ia harus merelakan sekitar 10 kilogram ikan untuk dibuang karena kondisinya sudah tidak layak dikonsumsi.
Itu menjadi pelajaran bagi Jefri untuk mengatur belanja ikan. Jika sebelum pandemi Covid-19 ia bisa belanja sekitar 100 kilogram ikan basah, saat ini ia hanya belanja paling banyak 50 kilogram. ”Harus begitu supaya tidak ada barang dagangan yang terbuang ketika tidak laku atau ketika pasar tiba-tiba ditutup karena ada yang terjangkit Covid-19,” kata Jefri.
Sejak kasus Covid-19 muncul di Kalimantan Timur pada Maret 2020, pengunjung di pasar terlihat menurun perlahan dan berdampak kepada penghasilan para pedagang. Melihat gelagat semakin sepi pembeli setelah pasar ditutup, pedagang lain semakin sadar bahwa penerapan protokol kesehatan sangat penting saat bekerja.
Fenomena pasar yang menjadi salah satu pusat penyebaran virus memang membuat khawatir masyarakat. Hal tersebut tertangkap dalam jajak pendapat Kompas, akhir Juni lalu. Hampir 70 persen responden merasa khawatir untuk berbelanja di pasar tradisional saat pasar menjadi kluster Covid-19 (Kompas, 5/7/2020). Hal itu yang membuat pengunjung di pasar semakin sedikit akhir-akhir ini.
Baca juga: Khawatir Belanja ke Pasar di Masa Pandemi Covid-19
Mengembalikan kepercayaan publik untuk kembali berbelanja ke pasar terus diupayakan para pedagang dengan disiplin menerapkan protokol. Ketua Pedagang Pasar Rapak Fatmawati (48) mengatakan, saat ini setiap pedagang sepakat akan menegur pembeli jika tak mengenakan masker. Adanya kasus positif Covid-19 di Pasar Rapak membuat pedagang dan pembeli perlu saling menjaga kesehatan masing-masing.
Fatimawati sendiri mengenakan pelindung wajah dan masker ketika ada pembeli datang. Ia juga tengah membiasakan diri untuk lebih sering cuci tangan. Ketika diwawancara, ia baru saja menerima uang dari pembeli. Ia kemudian berjalan ke tempat cuci tangan yang ia sediakan di depan kiosnya. Ia meyakini, pasar bisa menjadi tempat aman jika kesadaran setiap orang untuk menjalankan protokol kesehatan benar-benar dilaksanakan.
”Setelah ditutup sementara, pembeli masih sepi. Kami berupaya agar pembeli juga merasa aman berbelanja karena pedagang juga disiplin,” katanya.
Kondisi Pasar Rapak memang belum kembali ramai pengunjung setelah ditutup selama tiga hari. Puluhan kios terlihat masih tutup. Meski di akhir pekan, keramaian tak tampak di pasar itu. Hanya ada beberapa orang yang berbelanja di kios sayuran dan kios ikan.
Di satu sisi, hal itu bisa memudahkan untuk menjaga jarak di pasar. Di sisi lain, hal itu berdampak terhadap menurunnya penghasilan para pedagang. Pasar adalah satu-satunya tempat para pedagang tradisional berjualan. Mereka belum menjamah penjualan daring ataupun melakukan transaksi nontunai.
”Kami saling jaga di pasar. Itu jalan satu-satunya yang bisa kami lakukan untuk menjaga kesehatan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari,” kata Fatimawati.
Ia optimistis, kesadaran dan pembiasaan diri akan berdampak baik terhadap kesehatan pedagang. Itu akan beriringan dengan pulihnya pendapatan para pedagang jika pasar menjadi tempat aman berbelanja. Ia mencontohkan, penghasilan pedagang menurun hingga 60 persen selama pandemi karena warga takut berbelanja ke pasar.
Oleh sebab itu, para pedagang berupaya menerapkan protokol kesehatan demi pulihnya aktivitas di pasar. Umi (51), pedagang ayam potong di Pasar Rapak, misalnya. Ia langsung mandi setelah berdagang di pasar. Ia berharap itu menjadi cara efektif untuk mencegah penularan Covid-19 kepadanya dan keluarga di rumah.
”Biar semuanya sehat dan saya juga bekerja tenang,” ujar Umi.
Selain Pasar Rapak, sebelumnya terjadi juga transmisi lokal Covid-19 di Pasar Pandansari, Kecamatan Balikpapan Barat. Terdapat dua pedagang terkonfirmasi positif Covid-19. Pemkot Balikpapan menggelar tes usap massal dan mendapatkan 247 spesimen.
Transmisi lokal di pasar terjadi seiring lonjakan kasus di Balikpapan sejak awal Juli 2020. Pada Juni, sebagian besar kasus tercatat orang dari luar daerah yang bekerja di Balikpapan. Namun, saat ini kasus transmisi lokal yang mendominasi.
Pada Minggu (26/7), tercatat total kasus positif Covid-19 di Balikpapan berjumlah 400 kasus dengan rincian 58 dirawat di rumah sakit, 58 isolasi mandiri, 272 sembuh, dan 12 meninggal dunia. Kasus yang mendominasi adalah transmisi lokal.
Baca juga: Antisipasi Lonjakan Kasus Covid-19 di Kaltim
Kepala Cabang PT Hasta Nusa Indah Doddy Aurora, pengelola Plaza Rapak sekaligus Pasar Rapak Balikpapan, mengatakan, memastikan semua pengunjung dan pedagang menerapkan protokol kesehatan memang menjadi tantangan. Pengelola sudah melakukan penyemprotan disinfektan tiga kali dalam seminggu. Berbagai sarana cuci tangan juga disediakan di setiap sudut pasar.
”Kalau pengunjung tidak pakai masker, tidak boleh masuk. Selebihnya, mari tingkatkan kesadaran masing-masing untuk disiplin menerapkan protokol kesehatan ketika berbelanja,” kata Doddy.
Balikpapan saat ini sudah memasuki pelonggaran kegiatan fase kedua di pusat perbelanjaan dan pariwisata. Beberapa daerah lain di Kalimantan Timur juga melakukan hal sama, seperti Kota Samarinda. Sebelumnya, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Timur Andi M Ishak mengatakan, pemerintah kabupaten dan kota perlu mengevaluasi kebijakan pelonggaran.
”Jika ada yang membahayakan di depan, perlu dievaluasi kembali apa yang perlu diperbaiki dalam penerapan protokol kesehatan di masa pelonggaran. Meski fasilitas kesehatan masih sanggup menampung, lonjakan kasus masih perlu diantisipasi sebab jumlah pasien dirawat saat ini yang tertinggi,” tutur Andi ketika dihubungi.
Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman, Ike Anggraeni, mengatakan, karakteristik penularan Covid-19 di Kalimantan Timur berbeda dengan di Pulau Jawa. Di Kaltim, transportasi umum masih terbatas sehingga pengawasan dan penerapan protokol kesehatan bisa fokus di pusat-pusat keramaian.
Tak hanya di pasar, kasus Covid-19 di Kaltim juga terjadi di kantor pemerintahan. Misalnya di Samarinda, terdapat kluster Pemerintah Provinsi Kaltim, kluster Pemkot Samarinda, dan kluster BNN Provinsi Kaltim. Ike mengatakan, hal itu menunjukkan protokol kesehatan masih belum sepenuhnya dilaksanakan masyarakat di luar rumah.
”Sekarang ada istilah use and treat your mask like your underwear. Aktivitas pakai masker, jaga jarak, dan rutin cuci tangan itu tetap harus dilaksanakan meskipun bertemu dengan teman sejawat dan kerabat di luar rumah,” katanya.
Selain itu, menurut dia, pemerintah juga perlu mengevaluasi kebijakan pelonggaran, terutama di wilayah yang padat penduduk, seperti di Samarinda dan Balikpapan. Di pasar dan tempat publik lain, perlu dipikirkan strategi agar promosi porotokol kesehatan benar-nenar dipatuhi.
Seperti bait puisi WS Rendra berjudul Kesadaran adalah Matahari, perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata.
Pada Kamis (29/7/2020), Pemkot Balikpapan kembali mengumumkan bahwa Pasar Rapak akan kembali ditutup pada Jumat (31/7/2020). Dari hasil tes usap massal, terdapat 17 spesimen dari pedagang dan karyawan di Pasar Rapak dan Plaza Rapak yang terkonfirmasi positif.
”Malam ini akan kembali disemprotkan disinfektan dan pada Jumat akan dilakukan kembali tes usap massal gratis bagi pedagang yang belum mengikuti tes,” kata Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi saat pers rilis di halaman Kantor Wali Kota Balikpapan.
Masih terjadinya transmisi lokal di Balikpapan menunjukkan virus SARS-CoV-2 masih ada di tengah kehidupan warga. Seperti bait puisi WS Rendra berjudul Kesadaran adalah Matahari, /perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata/. Di masa pandemi ini, perjuangan adalah pelaksanaan jargon-jargon protokol kesehatan, bagi siapa saja, di pasar, tempat pertemuan, dan tempat publik lainnya.