Suara gemuruh Gunung Raung di Jawa Timur merupakan hal yang wajar di tengah aktivitas vulkanik Gunung Raung yang sedang meningkat. Warga diminta tidak beraktivitas di kawasan 2 kilometer dari kawah.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Sejumlah warga mengaku mendengar suara gemuruh yang berasal dari Gunung Raung, Jawa Timur. Fenomena suara gemuruh tersebut merupakan hal yang wajar di tengah aktivitas vulkanik Gunung Raung yang sedang meningkat.
Gunung Raung merupakan gunung api aktif dengan ketinggian 3.332 meter di atas permukaan laut. Gunung yang berada di perbatasan Kabupaten Banyuwangi, Jember, dan Bondowoso, Jawa Timur, tersebut kembali menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik dalam dua minggu terakhir.
Informasi terdengarnya suara gemuruh dari Gunung Raung banyak diperbincangkan warganet di media sosial. Sebagian besar mengaku mendengar suara gemuruh dari arah Gunung Raung.
Salah satu warga yang mendengar suara gemuruh tersebut ialah Rani Azzaki. Ia juga yang akhirnya memulai percakapan di laman media sosial Facebook mengenai suara gemuruh di Gunung Raung tersebut.
”Siapa yang mendengar gelegar Gunung Raung? Dari tadi bunyi terus,” tanya Rani. Pertanyaan tersebut mendapat tanggapan sejumlah warganet yang juga mendengar suara gemuruh tersebut.
Pelintas Samuderadewata mengaku juga mendengar suara gemuruh tersebut. ”Tlogo sangat jelas,” ujarnya.
Cekungan yang besar membuat efek resonansi dari aktivitas kawah seperti letusan.
Fenomena suara gemuruh dari Gunung Raung diakui oleh Kepala Pos Pemantauan Gunung Api Raung Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Mukijo. Kendati mengakui tidak mendengar, Mukijo menyebut, fenomena tersebut merupakan hal yang normal dan biasa.
”Dari pos pengamatan tidak terdengar. Namun, apabila melihat erupsi sebelumnya seperti di tahun 2012 dan 2015, suara gemuruh merupakan ciri khas Gunung Raung. Cekungan yang besar membuat efek resonansi dari aktivitas kawah seperti letusan,” ungkapnya ketika dihubungi dari Banyuwangi, Rabu (29/7/2020).
Gunung Raung memang memiliki kaldera yang sangat besar di puncaknya. PVMBG mencatat kaldera Gunung Raung memiliki diameter hingga 2 kilometer dengan kedalaman lebih dari 500 meter.
Gemuruh tersebut dimungkinkan terjadi saat terjadi erupsi-erupsi kecil. Mukijo mengatakan, hingga saat ini masih sesekali terjadi erupsi kecil seperti hari-hari sebelumnya.
Data Pos Pengamatan Gunung Api Raung mencatat, dalam periode pukul 00.00 hingga 06.00, Rabu (29/7), terdapat delapan kali gempa letusan atau erupsi dengan amplitudo 5-13 mm, dan lama gempa 58-101 detik. Selain itu, juga tercatat 52 kali tremor nonharmonik dengan amplitudo 1-9 mm dan lama gempa 49-698 detik. Serta terdapat 1 kali gempa tektonik jauh dengan amplitudo 20 mm, S-P 53 detik dan lama gempa 211 detik.
Aktivitas Gunung Raung tercatat meningkat sejak 13 Juli 2020. Hal itu tampak dari kemunculan gempa embusan yang tidak pernah muncul dalam tiga bulan sebelumnya.
Aktivitas vulkanik semakin meningkat pada 16 Juli 2020. Saat itu, mulai muncul gempa tremor nonharmonik dan erupsi. Baru pada 17 Juli, PVMBG meningkatkan status Gunung Raung dari Normal (level I) menjadi Waspada (level II).
Peningkatan status Gunung Raung menjadi Level II (Waspada) disampaikan Kepala PVMBG Kasbani ketika dihubungi dari Banyuwangi, Jumat (17/7/2020). ”Aktivitas dan ancaman bencana menjadi dasar peningkatan status Gunung Raung. Sejak empat hari terakhir memang ada peningkatan aktivitas di sana,” ujar Kasbani.
Daerah radius 2 km dari kawah merupakan kawasan rawan bencana.
Kasbani mengatakan, dengan peningkatan status ini, daerah dengan radius 2 km dari kawah merupakan kawasan rawan bencana. PVMBG merekomendasikan tidak ada aktivitas warga di kawasan tersebut.
Ditanya terkait potensi bencana, Kasbani mengatakan, hingga saat ini ancaman yang paling nyata ialah hujan abu di sekitar radius 2 km tersebut.
”Kami tidak bisa memprediksi kapan terjadi erupsi. Kami juga tidak bisa memprediksi apakah akan terjadi erupsi sebesar seperti tahun 2015. Kami masih terus melakukan pemantauan secara intensif,” tutur Kasbani.
Peningkatan aktivitas Gunung Raung ini pertama kali terjadi sejak Gunung Raung terakhir erupsi pada 2015. Tahun 2015, Gunung Raung erupsi besar disertai gempa tremor dengan amplitudo 29 milimeter hingga 32 milimeter. Erupsi kala itu juga mengakibatkan hujan abu di wilayah Banyuwangi hingga ke daerah yang berjarak 30 km dari Gunung Raung.