Sebaran Covid-19 Belum Terkendali, Sidoarjo Kembali ke Zona Merah
Sebaran Covid-19 di Kabupaten Sidoarjo belum terkendali sehingga kembali masuk ke zona merah peta epidemi dan hanya sepekan bertahan di zona oranye. Upaya penanganan lebih digiatkan untuk memutus rantai sebaran virus.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Sebaran Covid-19 di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, belum terkendali. Kota satelit ini kembali masuk ke zona merah peta epidemi dan hanya sepekan bertahan di zona oranye. Beragam upaya penanganan lebih digiatkan untuk memutus rantai sebaran virus, termasuk mencegah lonjakan kasus saat perayaan Idul Adha 1441 H.
Tim Kajian Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (Unair), Surabaya, memaparkan, penduduk Sidoarjo berisiko tinggi terinfeksi Covid-19. Angka risiko serangan Covid-19 atau attack rate (AR) per 100.000 jiwa penduduk mencapai 138,2, naik dibandingkan dengan pekan lalu yang berada di posisi 121,7.
”Selain itu, risiko kematian pada orang yang positif Covid-19 atau case fatality rate (CFR) meningkat dari sebelumnya 5,6 persen menjadi 6,0 persen,” ujar juru bicara Tim Kajian Epidemiologi Unair, Windu Purnomo, Rabu (29/7/2020), di Sidoarjo.
Karena kembali ke zona merah, konsekuensinya Pemda Sidoarjo harus intensif melakukan pengetesan Covid-19 dan agresif menelusuri kontak erat pasien positif. Selain itu, masyarakat juga harus tetap berada di rumah dan tidak diperbolehkan melakukan perjalanan. (Atik Choirul Hidajah)
Windu mengatakan, angka kematian Covid-19 ini harus ditekan hingga maksimal 2 persen. Angka kematian Covid-19 di Sidoarjo jauh lebih tinggi daripada angka kematian nasional yang berada di level 4,8 persen dan angka kematian global yang berada di level 3,9 persen.
Kurva epidemik Covid-19 di Sidoarjo masih menunjukkan pola sebaran penularan, propagative, dan terus-menerus. Total kasus terkonfirmasi positif sampai Senin (27/7/2020) 3.041 dan menjadikan Sidoarjo menduduki peringkat kedua dengan jumlah kasus terbesar di Jatim. Penyumbang terbesar kasus konfirmasi adalah kontak erat tanpa gejala atau orang tanpa gejala Covid-19.
Dari 15 indikator penilaian epidemiologi yang ditetapkan oleh Satgas Covid-19, Kabupaten Sidoarjo saat ini (20-26 Juli) kembali berada di zona merah. Padahal, pada periode 13-19 Juli, Sidoarjo berada di zona oranye peta epidemiologi Jatim.
Windu menambahkan, meski secara umum sebaran Covid-19 belum terkendali, beragam upaya penanganan yang dilakukan Pemda Sidoarjo mulai membuahkan hasil signifikan. Indikasinya, angka kesembuhan naik dari 20 persen menjadi 59 persen. Angka kesembuhan ini lebih rendah dibandingkan dengan Jatim, 61,9 persen.
Indikasi perbaikan lainnya adalah angka reproduksi efektif (Rt) yang bertahan di bawah 1 terhitung 10-15 Juli. Reproduksi efektif menunjukkan berapa banyak orang yang ditulari dari satu orang yang terinfeksi Covid-19. Rt ini efektif apabila mampu bertahan 14 hari berturut-turut.
Tak boleh kendur
Ketua Tim Kajian Epidemiologi Unair Atik Choirul Hidajah mengatakan, dengan kondisi sebaran Covid-19 yang belum terkendali, Sidoarjo tidak boleh mengendurkan beragam upaya yang sudah dilakukan. Bahkan, penanganan harus ditingkatkan pada hari raya Idul Adha karena berpotensi meningkatkan sebaran penyakit yang disebabkan oleh virus korona galur baru tersebut.
”Karena kembali ke zona merah, konsekuensinya Pemda Sidoarjo harus intensif melakukan pengetesan Covid-19 dan agresif menelusuri kontak erat pasien positif. Selain itu, masyarakat juga harus tetap berada di rumah dan tidak diperbolehkan melakukan perjalanan,” kata Atik.
Berdasarkan perhitungan timnya, Sidoarjo dengan populasi penduduk 2,3 juta jiwa idealnya melakukan pengetesan Covid-19 secara massal 2.000 orang setiap pekan. Kepala Dinkes Sidoarjo Syaf Satriawarman mengatakan, saat ini kapasitas pengetesan massal yang dilakukan masih berada di angka 1.200 orang per pekan. Pihaknya berjanji meningkatkan pengetesan menjadi 2.000 orang.
”Selain pengetesan dengan uji cepat, Sidoarjo juga akan meningkatkan pengetesan dengan uji usap. Ada dua mesin uji usap yang bisa dimaksimalkan kapasitasnya,” ucap Syaf Satriawarman.
Pelaksana Tugas Bupati Sidoarjo Nur Ahmad Syaifuddin mengatakan, dengan belum terkendalinya sebaran Covid-19, pendisiplinan masyarakat terhadap penerapan protokol kesehatan akan ditingkatkan. Kegiatan yang berpotensi memicu penularan baru diantisipasi sejak dini, seperti perayaan Idul Adha.
”Takbir keliling tidak diperbolehkan, tetapi di masjid dan mushala diizinkan dengan menerapkan protokol kesehatan. Perbanyak tempat shalat Idul Adha untuk mencegah konsentrasi massa di masjid besar,” ujar Nur Ahmad.
Kepala Polresta Sidoarjo Kombes Polisi Sumardji menambahkan, pihaknya menurunkan ribuan anggota polisi, TNI, dan Satpol PP Sidoarjo untuk mengawasi perayaan Idul Adha. Petugas akan mengawasi penerapan protokol kesehatan, mulai dari malam takbiran, saat penyelenggaraan shalat, penyembelihan hewan kurban, hingga pembagian hewan kurban.
”Penyembelihan hewan kurban idealnya dilakukan di rumah potong. Namun, hal itu sulit diimplementasikan karena banyaknya jumlah hewan kurban yang harus dipotong dan terbatasnya fasilitas rumah potong,” kata Sumardji.
Oleh karena itu, dari kepolisian akan menurunkan 1.500 personel ditambah TNI dan Satpol PP Sidoarjo. Mereka akan disebar ke desa-desa untuk mengawasi pemotongan hewan kurban dan pembagian daging kurban. Imbauan langsung dan dalam bentuk spanduk sudah disebar.
Isinya agar panitia kurban tidak membagikan kupon dan tidak mendatangkan penerima daging kurban. Panitia kurban diharuskan membagikan daging kurban langsung kepada penerima atau memberikan dari pintu ke pintu. Apabila mengalami kesulitan, panitia bisa meminta bantuan polisi atau TNI.