Sebanyak 50 lukisan dari 25 pelukis di Sulawesi Utara ditampilkan dalam pameran lukisan virtual pertama yang digelar Pemerintah Provinsi Sulut.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — Sebanyak 50 lukisan dari 25 pelukis di Sulawesi Utara ditampilkan dalam pameran lukisan virtual pertama yang digelar Pemerintah Provinsi Sulut. Selain mengekspos lukisan terbaiknya, setiap pelukis juga memamerkan satu karya bertemakan kegiatan gubernur Sulut selama pandemi yang akan dinilai oleh warganet melalui Facebook.
Pameran ke-50 lukisan itu dibuka selama enam hari, mulai Rabu (29/7/2020) hingga Senin (3/8/2020), di aula kantor Dinas Kebudayaan Sulut. Sekalipun digelar secara virtual, masyarakat dapat mengunjungi pameran itu dengan syarat mematuhi protokol kesehatan, minimal mengenakan masker. Kapasitas aula dibatasi untuk 20 orang saja.
Mayoritas dari lukisan-lukisan tersebut menggunakan media cat akrilik di atas kanvas. Tema lukisan, selain kegiatan Gubernur Sulut Olly Dondokambey, beragam, mulai dari pandemi Covid-19, lingkungan, budaya, hingga religi.
Gambar 50 lukisan itu akan diunggah ke laman Facebook Museum Negeri Sulut agar dapat dinikmati masyarakat secara luas. Secara khusus, lukisan bertema kegiatan gubernur akan dikompetisikan dengan dasar penilaian jumlah Like dari warganet Facebook. Tiga pelukis yang karyanya mendapat Like terbanyak menjadi pemenang.
Pelukis asal Tomohon, Arie Tulus, memamerkan lukisan berjudul ”Berbunga di Tengah Bunga-bunga” yang menampakkan dua bunga merah berlatarkan bunga-bunga berwarna pastel dan Gunung Lokon untuk menggambarkan Tomohon sebagai kota bunga. Ia juga memamerkan lukisan para ibu yang berfoto di depan sebuah baliho slogan Pemprov Sulut.
Menurut dia, pameran ini membahagiakan komunitas pelukis Sulut yang telah gagal menggelar pameran di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, karena pandemi Covid-19. ”Setelah bertahun-tahun, baru kali ini kami rasakan apresiasi yang luar biasa dari pemprov untuk para pelukis lokal,” kata Arie.
Selama ini, para pelukis hanya dapat memamerkan karyanya melalui acara yang disponsori komunitas-komunitas seni. Pagebluk Covid-19 membuat keadaan semakin tak berpihak kepada para pelukis. Tak hanya merenggut kesempatan pameran, pesanan lukisan, terutama lukisan potret, juga banyak yang ditunda atau batal. Padahal, satu lukisan nilainya bisa mencapai lebih dari Rp 5 juta.
”Banyak order yang batal. Sekarang kita semua seperti dipenjara, tidak boleh ke mana-mana, apalagi kumpul-kumpul orang banyak, karena alasan kesehatan. Tetapi, pameran seperti ini, kan, tidak lagi terbatas pada ruang fisik, bisa juga di ruang maya. Kami harap pameran seperti ini terus berlangsung,” tutur Arie.
Sementara itu, pelukis asal Eris, Minahasa, Yosef Sikome, memamerkan dua lukisan beraliran impresionisme. Pertama, lukisan berjudul ”War in The Spirit” yang menggambarkan seorang wanita yang menerima hikmat dari Tuhan. Ia juga memamerkan lukisan Olly Dondokambey yang menggenggam kuas sebagai visualisasi apresiasi pemprov bagi pelukis.
Yosef mengatakan, para seniman mendapat dana hibah sekitar Rp 1,9 juta setelah dipotong pajak sebagai insentif sebelum melukis. ”Tidak penting banyak atau sedikitnya. Yang penting, kami bisa dapat dana untuk menyiapkan bahan-bahan untuk melukis,” ujarnya.
Justru dalam kondisi yang begitu berat, akan lahir karya yang luar biasa.
Ia berharap pemerintah dapat meneruskan kegiatan-kegiatan serupa sekalipun ketika pandemi telah berlalu. Sebab, pelukis tidak pernah berhenti berkarya dalam keadaan apa pun. ”Dalam setiap kondisi dan situasi, seniman tetap berjalan dengan karyanya. Justru dalam kondisi yang begitu berat, akan lahir karya yang luar biasa,” kata Yosef.
Kepala Dinas Kebudayaan Sulut Jenry Sualang mengatakan, ini adalah pameran lukisan pertama sekaligus pameran virtual pertama yang digelar Pemprov Sulut. Selain karya 25 pelukis, pengunjung juga dapat melihat empat lukisan bermediakan cat minyak di atas kanvas koleksi Museum Negeri Sulut, termasuk lukisan karya mantan Gubernur DKI Jakarta yang berasal dari Sulut, Henk Ngantung.
”Karena diselenggarakan secara virtual, pameran ini bisa dikatakan terakbar di Sulut. Semoga ini bisa jadi obat penawar rindu akan pameran bagi seniman Sulut, sekaligus memacu kreativitas mereka dalam merawat dan menjaga kearifan lokal,” kata Jenry.
Ia menambahkan, pemprov berkomitmen mengadakan pameran lukisan dan karya seni lainnya secara berkelanjutan. Sebab, para seniman Sulut memiliki peran penting dalam melestarikan dan mengembangkan kebudayaan lokal.
”Jangan pernah berhenti berkarya. Saya harap pula, ada pengunjung di sini yang tertarik mengapresiasi karya para seniman dengan membelinya,” tambah Jenry.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Taman Budaya dan Museum Sulawesi Utara Ferdy Tamarindang mengatakan, pameran adalah salah satu cara untuk menumbuhkan kemampuan generasi muda Sulut untuk mengapresiasi karya seni. Ia berharap pameran dapat mendekatkan museum pada generasi muda.
Menurut Ferdy, acara ini diselenggarakan menggunakan dana UPTD, tetapi ia tidak menyebut nominalnya. ”Ini juga demi melaksanakan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Semoga para seniman semakin semangat berkarya,” katanya.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Sulut Merry Karouwan mengatakan, seni lukis termasuk salah satu aspek kebudayaan yang turut mengembangkan pariwisata. Ia berjanji akan mempromosikan karya-karya yang dipamerkan.